Pages

Subscribe:

Recent Posts

Senin, 11 Januari 2016

MALAS

Pertemuan dan perpisahan itu nyata adanya. Bersyukurlah begitu pula aku bersyukur karena pertemuan kita, tapi tidakkah ini akan dan pasti memulai perpisahan kita yang selanjutnya. Kali ini ijinkan aku memanggilmu MALAS. Iy aq panggil engkau malas, malas yang merajai hatimu. Bukan aku tak mengenal malas, ia juga berteman akrab dengan kehidupanku. Namun, tidakkah kau sadari malas telah banyak menyita waktumu dan waktuku. Jika sebelumnya engkau mengenal pertemuan dan perpisahan, kenapa kali ini engkau tidak bisa menemukan waktu berpisah dengan si pemalas yang menempati hatimu itu.

Minggu, 10 Januari 2016

Luasnya Samudera Cinta


Seorang gadis cantik yang bermasalah dengan cintanya karena ditinggalkan tunangannya ke negeri Jiran. Dan  banyak laki-laki baru yang mulai hadir dalam hidupnya yang selalu memberikan perhatian kepadanya disaat cintanya mulai berceceran dan menghasilkan sungai air mata yang terus mengalir hingga bermuara di samudera kepedihan . Rapuhkah tali ikatan pertunangan yang telah dibuatnya? Mampukah dia bersabar menunggunya?  



Di Sekolah

Sejak berumur 6 tahun, Desi telah ditinggalkan hamzah ayah kandungnya yang pergi merantau ke Malasya untuk mencari nafkah. Habiba mamanya hanya seorang diri yang selalu menjaga dan mendidik Desi anak satu-satunya. Dia tinggal berdua di rumah yang menghadap ketimur dengan bunga-bunga yang berada di taman halaman rumahnya. Saat berumur 16 tahun Desi disekolahkan di MAN pamekasan dekat rumahnya.

Tepat hari senin pertama kalinya memasuki masa orentasi siswa, mamanya mengantar pagi-pagi sekali sampai didepan pintu sekolah.  Mentari pagi mulai menyentuh tubuhnya, cahayanya membangunkan jiwa yang telah tertidur lama mengisi liburan kelulusan yang amat panjang. Hari pertama sebelum dimulai masa orentasi siswa (MOS) di MAN Pamekasan mereka tetap melaksanakan upacara bendera. Kini mentalnya di uji, hatinya yang lembut berdetak cepat merasakan masa awal dimana ia menghadapi MOS.

“HEH, namamu siapa?” Desi kaget mendengar teriakan yang keluar dari mulut kakak panitia yang menghampirinya

“Desi kak” dia menjawab seperti biasa dengan nada lembutnya yang dimilikinya.

“Siapa? Aku gak dengar” disusul serupa dari kakak panitia yang semakin membuat Desi semakin ketakutan, mereka serius ketika mengerjai gadis cantik yang terlihat lembut itu.

 “Desi kak” ia mengulanginya lagi namun sedikikit berbeda dari suara sebelumnya meskipun masih terdengar lembut dia mengeraskan suaranya dengan nada gugup yang masih terdengar jelas.

“Yang KERASSS” pria yang pertama berteriak tadi menyuruh semakin mengerasin suaranya.

“DeeSiiiiiii Kakk” Dia sambil menaikkan pandangannya

“Mana Perlengkapan yang disuruh bawa, Cepet keluarkan”

“Ini kak” Ia mengeluarkan semua perlengkapannya dari tas yang terbuat dari plastik merah itu.

Semua perlengkapan yang disuruh semuanya lengkap dan kakak panitia itu hanya mengangguk-angguk. “Iya,, iya” kemudian kakak panitia itu pergi dan mencari mangsa yang lain.

Hari berikutnya tetap gaduh dengan kata-kata teriakan yang masih terdengar di setiap kelas. Semua siswa baru yang sedang di ospek tidak ada yang melawan. Mereka munundukkan pandangannya kepada bangku. Mereka harus mengikuti perintah yang diberikan. Ketika ada yang melanggar, tamatlah dia. Karena panitia osis akan membentak dan bahkan membuat dia malu didepan semua siswa-siswi baru. Yang sebenarnya bentakan itu hanya untuk menguji mental siswa baru.

Sampai hari terakhir semua siswa-siswi baru dikumpulkan di lapangan basket dalam bentuk kelompok. Sekarang dan selanjutnya tak ada lagi bentakan dari kakak-kakak osis. Mereka semua osis berkumpul di depan semua kelompok yang menghadapnya. Majulah ketua osis yang bernama galih beberapa langkah dari teman osisnya yang lain. Dia memberitakan bahwa ospek telah selesai. Dia mewakili semua osis meminta maaf kepada mereka siswa-siswi baru yang tidak disukai dengan perlakuan yang diberikan panitia osis terhadapnya.

***

Hari senin kembali lagi, Mereka siswa-siswi baru masih mengingat dengan jelas perkataan-perkataan osis ketika memarahinya meskipun sudah berlalu. Dari sebagian siswa baru menirukan gerak, kata dan logatnya ketika memarahi siswa yang terkena marah, serta ekspresi dari siswa yang sedang dimarahi lalu mereka tertawa-tertawa menirunya. Ekspresi ceria dari semua siswa-siswi baru setelah selesai diospek terlihat dari wajah-wajah bersihnya.

Pagi itu cuaca diluar cerah berawan, suasana sekolah kembali normal setelah selesai MOS selama tiga hari di minggu yang lalu.  Di depan regu-regu berdiri seorang pria tinggi dan tampan. Ia galih ketua osis yang sedang memimpin upacara yang berlangsung hari itu. Siapa yang tidak mengenalnya, seluruh siswa mengenal dia tak lain adalah siswa paling pintar di kelasnya dan juga sebagai ketua osis. Banyak rumor bahwa galih belum pernah pacaran. Tak jarang gadis-gadis bersamanya namun hanya teman belajar dan juga banyak yang perlu kepadanya karena dia sebagai ketua osis dikala itu. Banyak gadis yang mendekatinya namun dia hanya menganggapnya teman. Ketika kepala sekolah berpidato didepan dan semua siswa dan siswi istirahat ditempat dalam bentuk regu-regu, dalam salah satu regu  yang berada paling timur terdengar bisikan salah satu siswi yang berbadan sedikit berlemak dan putih “Lumayan keren yah ketua osisnya”  lalu siswi disampingnya menyahut “iya katanya bintang kelas pula”.

Desi yang sedang mengikuti upacara tesebut sudah mendengar berita tersebut, tidak dipungkiri Desi juga ada perasaan kepada galih pria yang menyandang gelar ketua osis tersebut. Desi siswi baru yang juga merupakan gadis berparas cantik dan lembut serta solehah seringkali banyak pria menggodanya namun Desi selalu menolaknya. Ketika berjalan menuju kelas yang telah menjadi tempat belajar untuk satu tahun kedepan setelah selesai mengikuti upacara, beberapa orang datang merayu menghampiri jalannya namun dia menghindar.

“Maaf,, aku keburu” dia semakin cepat melangkah menuju kekasnya.

“Boleh kenalan nggak,, kamu kelas 1 apa?? Tanya seorang siswa yang muncul dari kamar mandi setelah selesai berganti seragam olahraga.

“Maaf,, permisi.” Gadis itu lalu membelah geng yang merupakan teman dari siswa yang meggunakan baju olahraga kemudian berlari menjauh.

“Heiii, jangan lari nanti jatuh.” Sahut salah satu dari geng baju olahraga itu.



MINGGU TERAKHIR SEMESTER GENAP



Masa belajar mengajar sudah beberapa minggu bejalan. Ujian semester sudah tinggal satu minggu lagi, galih sebenarnya memendam rasa terhadap Desi. Rasa itu mulai bersemi saat melihat Desi dikerjai temannya ketika MOS. Beberapa minggu berlalu dia selalu datang pagi-pagi kesekolah hanya untuk mengucapkan selamat pagi di depan pintu kelasnya dan tak lain juga untuk menikmati pesona wajah indahnya dikala mentari menyingsingkan sinarnya dan cahayanya menyinari jawah lembutnya lewat jendela kelasnya.

“Hai,, selamat pagi.” Pemuda yang di panggil galih menunggu di depan pintu kelasnya dan memberi selamat.

“Pagi... Pagi juga” Gadis yang lembut dan manis itu menjawab pelan, lalu masuk kedalam kelas yang masih kosong.

“Cantik sekali kamu pagi ini,” Terkuak dari mulut galih tanpa ragu.

Gadis itu yang bernama Desi tidak menjawab dan sibuk mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

“Rajin sekali setiap hari pasti kamu yang pertama kali masuk dikelas ini???” Galih bertanya sambil melihat-lihat ruangan kelas yang di tempati Desi.

“Tidak juga, aku sudah biasa. Kamu lebih rajin, sebelum aku datang kamu sudah ada disini di depan kelasku.” Desi  menbantahnya yang dibilang rajin.

“Hehehe itu karena kamu”

Beberapa siswa-siswi mulai datang. Suara Bell bertanda masuk terdengar dari setiap sudut kelas dan menghentikan percekapannya, lalu galih pamit kepada Desi yang terlihat cantik di pagi itu dengan jepit rambut pink berbentuk hati dirambut hitamnya.

“Aku pergi dulu yah,,kapan-kapan jika ada waktu kita ngobrol lagi”. Ketua osis itu kemudian bergegas keluar dari kelas Desi.

Meskipun kadang sering dicuekin galih tetap saja tidak menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan gadis manis itu. Gadis yang selalu menggetarkan hatinya ketika memandangnya. Meskipun banyak gadis-gadis yang juga tidak kalah cantik darinya. Namun hatinya telah memilih.

Pada akhirnya terlihat setiap kali istirahat  mereka galih dan Desi sering terlihat bersama berada di kantin atau taman sekoloh. Galih sering bercerita tentang dirinya kepada Desi, dia terlihat akrab belakangan ini. Teman-temannya menganggap mereka sudah pacaran karena terlihat akrab dan beberapa hari ini terlihat sering bersama.

“Ciee,, ketua osis sekarang sudah punya cewek.” Seru gadis yang bertubuh tinggi sambil menepuk bahu kedua pasangan itu.

“Eggak kok” Mereka berdua membantah ucapan teman galih secara kompak dengan muka yang terlihat malu-malu dan tidak terima dibilang pacaran karena kenyataannya masih belum pacaran.

“Pasangan yang serasi, itu sudah jawabnya kompak.” Lalu dia berjalan meninggalkannya.

“Ditunggu traktirannya pokonya” Serunya lagi sambil berjalan.

Sudah dikira pacaran padahal galih untuk mengatakan kata cinta saja belum berani. Apalagi harus meyakinkan Desi bahwa dia mencintainya.



Pada hari-hari berikutnya Desi mendapat kabar melalui sahabatnya aini bahwa galih akan menunggunya di taman sekolah dekat musolla saat jam istirahat. Disanalah Galih akan mengungkapkan isi hatinya kepada Desi secara langsung bahwa dia mencintainya sejak melihat pertama kali saat masuk SMA dan juga dengan janjinya bahwa akan menjadikannya tunangan. Rayuan dan bunga mawar merah yang sudah disiapkan yang akan diberikan kepadanya Desi.

Di bawah pohon ketapang tempat yang sering mereka tempati setiap kali istirahat. Sekitar jam 10:05 Desi telah tiba di tempat yang telah sahabatnya kabarkan kepadanya.  Desi langsung duduk di tempat duduk yang ada di tengah taman menunggunya, tapi galih belum juga tampak. Karena soal-soal yang harus memeras otaknya untuk memecahkan soal tersebut, galih dan anak kelas 12a belum diizinkan keluar sebelum menyelesaikannya. Ditengah menunggu kedatangan galih Desi membuka sebuah buku yang dibawanya kemudian membacanya.

Tak lama beberapa menit galih tampak dari ujung jalan berlari kecil menghampiri Desi yang sedang menunggunya. Ia langsung duduk di sebelah gadis yang sudah menunggunya dan meminta maaf karena terlambat dengan nafas yang masih kencang keluar masuk hidungnya. Tangan kanannya yang sedang memegang buku setelah galih datang ia kemudian meletakkan bukunya disampingnya dan ia tidak memasalahkannya. Ia hanya menampakkan senyuman manisnya yang biasa dia tebarkan, sebuah senyuman yang membuat galih semakin jatuh hati kepadanya.

“Sudah lama nunggu ya??? Maaf tadi guru matematika belum mengizinkan anak-anak keluar”

“nggak kok,, ini juga baru duduk”

“pelajaran apa tadi?”

“IPS kak!!! oia kak ngerti Fisika nggak???

“Sedikit,, emangnya kenapa?”

“Aku ada tugas besok harus udah dipraktekkan !!”

“Tugasnya emang buat apaan,,?

“Disuruh buat sebuah benda melayang di dalam air mas. Suruh jelasin teorinya dan juga dipraktekkan”

“Ohhh,,, itu mah mudah!!!” galih sambil tersenyum penuh tanda tanya

“Serius aku kak”

“Iya-iya dek beneran, aku dulu kan udah dapet tugas itu. Jadi aku tau”

Tampak muka ceria yang diperlihatkan Desi saat itu, lalu galih menjelaskannya padanya dan menyuruh membawa benda yang massa jenisnya lebih berat sedikit dari air dan juga menyuruh membawa garam. Garam di tuangkan kedalam air yang sudah berisi benda, benda yang tidak terlalu berat namun masih bisa tenggelam didalam air seperti bawang merah. Kemudian garam perlahan ditambah dan diaduk hingga benda yang tadinya tenggelam bisa melayang karena massa jenis air yang dicampur garam bisa mendekati atau sama dengan benda yang akan dibuat melayang.

“Makasih kak,, klo gag ada kak entah besok aku dapat nilai apa!! Ngomong-ngomong kak galih ngajak aku kesini ngapain?”

“Besok saja sekarang sudah hampir masuk ini sudah jam 10:25”

“Oke besok klo berhasil aku buat benda melayang, kak aku traktir jajan dehh!!”

“Aku ikhlas kok. Semoga berhasil”

“Tidak apa-apa kak, makasih loh,, aku masuk kelas duluan ya kak,, besok jam istirahat ketemu disini lagi” Kemudian Desi berjalan menuju kelasnya yang berada di paling belakang.

“Oke,, besok yang banyak dan enak jajannya yahh hehehehe ndak ndak bercanda” ia juga beranjak pergi dari tempat itu dan bunga mawar yang dibawanya didalam tasnya.

Jam menunjukkan 10:30 dan bell pun berdering bertanda waktu istirahat telah berakhir. Galih meskipun tak sempat mengatakan maksud ia mengajaknya karena tersita dengan tugas fisika yang Desi berikan, namun dia masih terlihat senang karena bisa mengajari gadis itu. Setelah Desi berlalu dari tempat duduk menuju kelasnya galih meraba hatinya dengan tangan kanannya tiba-tiba sepertinya getaran didadanya terasa cepat. “Ohh,, aku benar-benar jatuh cinta padanya” kemudian ia berdiri dan berjalan menuju kelasnya pula dengan wajah tersenyum.

Keesokan harinya galih datang lebih awal dia menyiapkan kata-kata yang akan diucapkan kepada gadis yang sering membuatnya tersenyum sendiri. Bunga mawar yang diambil didepan rumahnya dan dikemas rapi, galih tak ingin membuatnya layu seperti kemaren. Terlihat Desi dan temannya di Kopsis sedang memilih-milih beberapa jajan yang akan dibelinya.  Kemudian Desi datang dengan kantong plastik yang berisi beberapa jajan untuk mentraktir galih karena membantu mengerjakan tugas fisikanya.

“Kok banyak sekali”

“Iya kak ini jajan dari temanku juga, aku menjelaskan kepada temanku juga teori teori yang kak galih jelaskan kemaren dan tadi aku sama guru diberi pujian karena ujian praktek itu aku sama temanku akan diberikan nilai A oleh guru ”

“Temanmu tidak kesini?”

“Bentar lagi dia kesini, masih kekamar mandi sebentar. Dia tuh sudah nongol”

“Sini Ay duduk”

“Makasih lohh kak,, berkat Desi dan kak galih aju juga bisa dapat nilai A. Oh iya aku Aini teman Desi kak” Dia sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan.

“Galih”

Bukan saat yang tepat untuk galih yang sudah menyiapkan dengan matang kata-kata dan keberaniannya yang mengebu-ngebu dalam dadanya. Dihatinya “kenapa membawa temannya,, andaikan cepat masuk kelas kamu aku akan merasa senang meskipun kamu tidak memberikan jajan”.

“Ini makan kak aku sama aini beli untuk kak galih”

“Iya makasih ini banyak lohh makan bareng aja”

“Kak makan sama Desi aja, soalnya aku mau ke perpus ada buku yang aku mau pinjem”

“Beruntung” dalam hatinya berbisik. Setelah beberapa jajan yang telah mereka habiskan, galih mulai menjalankan maksud dari tujuan kemarin mengajaknya ketempat itu. Meskipun sempat terhalang oleh temannya tapi dia beruntung karena aini telah pergi ke perpustakaan dan tinggal dia bersama Desi. Persiapan kata-kata dan keberaniannya yang telah disiapkan dia buktikan di tempat itu dengan lancar meskipun Desi masih meminta waktu untuk memikirkannya.

“Dek.... sebenarnya aku mau ngomong sesuatu kepadamu”

“Ngomong apa kak? Serius amat ngomong aja kenapa” kemudian galih mengambil tangan Desi dari pangkuannya.

“Dek,, kamu perempuan terindah yang aku tau. Sejak aku mengenalmu dalam pikiranku kamu yang selalu hadir. Dikala malam dan rembulan bersinar aku berharap kamu ada disamping duduk bersama seperti sekarang. Mustahil jika aku berbohong padamu aku katakan dengan hati yang masih terlilit sebuah asa yang menggelenggu dalam dinding-dinding yang rapuh. Aku mencintaimu iya aku mencintaimu des. Maukah kamu menjadi pacarku?”

“Hmmmmmm....Maaf kak,,,,,, Aku tidak bisa jawab sekarang,, mungkin aku akan pikirkan nanti. Beri aku waktu untuk memikirkannya.. sampai ujian semester selesai” Iya ragu untuk menjawabnya ia juga tidak ingin ujiannya senin depan terganggu masalah itu.

Terlihat kerutan kecil di jidat galih saat mendengar Desi meminta waktu untuk berfikir. Pikirannya tersita menerjemahkan raut wajah Desi dengan ketidakpastian mungkin ada dua jawaban iya atau tidak. Mungkin saja dia menolaknya namun secara halus.

“Maaf kak,, aku pergi kekelas bentar lagi bell berbunyi” Suaranya mengalihkan tatapannya yang penuh tanda tanya itu.

“Iya,, iya.”.

***

 Tepat hari senin, langit berwarna biru tak ada awan yang menghalangi. Semua siswa setlihat santai tampa beban. Galih dengan hati tak karuan pergi sekolah kesiangan karena beberapa malam ia tidak merasakan tidur nyenyak karena selalu memikirkan gadis yang di ditembaknya. Pemuda yang rajin, pintar dan siswa nomer satu disekolah itu bisa juga kacau karena cinta yang belum pasti. Hari itu galih meminjam motor buntut milik ayahnya berniat akan mengajak Desi pulang bareng. Di depan pintu sekolah galih menunggu Desi cukup lama karena kelas Desi masih ada pelajaran ekstra. Setelah beberapa jam menunggunya terlihat Desi yang sedang berjalan keluar. Hati dan pikirannya terpenuhi oleh bayang-bayang cinta yang tak pasti dengan motor yang sudah siap menemani galih pada hari itu.

“Dek,, pulang bareng yuk” galih mengajaknya sambil menghidupkan motornya



“Maaf kak,, aku bareng temanku naik angkot, kak duluan saja”. Terlihat dari raut wajahnya sebenarnya tak ingin menolaknya namun Desi tak enak dengan temannya.

Galih tak putus asa dia lalu meminta ijin pada kedua temannya itu “Adek... gag apa kalian berdua kan klo Desi aku ajak pulang bareng???”

“gag apa-apa kok kak”

“Terserah Desinya mau apa nggak” teman satunya menjawab.

Tak dipungkiri kedua teman Desi iri padanya karena mereka tidak diajak dan hanya Desi yang selalu mendapat perhatian dari pria yang menjadi ketua osis.

“Oke sekarang Desi mau nggak pulang bareng kak?

Desi masih terlihat malu namun ajakannya yang memaksa membuat Desi rela berpisah dengan kedua temannya saat itu. Kemudian Desi naik motor tua itu dan berjalan dengan asap tebal keluar dari knalpotnya. “Duluan yahhh”. “Iya kak”. “des pegangan yang kuat”

Di perjalan galih menagih janji Desi yang belum dipenuhi yaitu memberi kepastian pertanyaan dikala itu dan Desi sebenarnya juga menyukai galih namun harus memikirkannya beberapa hal karena bagi seorang perempuan dia tak ingin mendapat cinta dari orang yang salah. Hari itu di atas sepeda itu menjadi saksi kebahagiaan mereka berdua yang sedang dilanda asmara. Yah meraka jadian, Desi menerima cinta pertama dari seorang laki-laki yang tampan dan pintar. Sampai di depan rumah Desi, Galih tersenyum senang ketika menurunkan Desi didepan rumahnya. Diam sejenak dan tetap tersenyum tampa percakapan Desipun membalas senyumannya kemudian galih pamit pulang dengan wajah kosong tampa banyak kata yang keluar dari mulutnya. Hari-hari seterusnya Desi selalu berangkat dan pulang sekolah bareng.

Tidak seperti biasanya, mamanya penasaran dengan teman yang selalu mengantar jemput Desi kesekolah. Karena ditanya Desi menceritakan semuanya kepada sang mama. Mamanyapun tidak menghalangnya karena sudah terlanjur hanya saja memperingati untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan hingga sampai waktunya.



Hari Pertunangan

Telah datang seorang pesuruh bertamu kerumah Desi. Dengan pakaian sopan dia mengucapkan salam. Setelah beberapa kali memanggil pemilik rumah terbukalah pintu rumah tersebut. Keluar seorang perempuan separuh baya sambil memperbaiki kerudungnya dan menjawab salam darinya. Dia adalah mama Desi. Kemudian mama Desi langsung mempersilahkan masuk kedalam. Bukan ditanyakan dulu maksud kedatangannya takut orang tidak benar. Dilihat dari tampangnya dan pakainnya sudah dipastikan orang baik. Lalu pesuruh dipersilahkan duduk kemudian mamanya memanggil papa Desi yang sedang menonton TV bersama Desi. Kebetulan papa Desi baru datang dari Malasya. Papa Desi tiba diruang tamu dan langsung mempersilahkan kue yag ada di meja untuk dimakan. “Ayo silahkan makan” sambil menghidupkan kipas yang ada disebelahnya dia menyuruh istrinya untuk membuatkan kopi. Kemudian dia menanyakan maksud tujuannya "Ada keperluan apa kemari?!" dan ketika dijawabnya ia bermaksud menjadikan putrinya sebagai tunangan dari pemuda bernama galih. Dia pesuruh mewakili galih. Papanya Desi tersenyum dan disela-sela senyumannya dia  sedang berfikir. Ibu Desi yang akan memhidangkan kopi mendengar percakapannya bahwa putrinya ada yang ingin menjadikannya tunangan. Papanya lalu menanyakan rupa dari pemuda tersebut dan anaknya siapa serta dari daerah mana. Ketika pesuruh mengeluarkan foto galih ukuran 3R, ibunya yang melihatnya langsung mengenalinya persis seperti yang Desi ceritakan. Sebenarnya Desi telah menceritakan semuanya kepada mamanya.

Papa Desi tidak langsung menerimanya. Dia memanggil Desi yang sedang menonton TV. Desi tidak mendengar karena suara TV. Kemudian mamanya pergi kedalam memanggil Desi. Dibawalah Desi keruang tamu untuk ditanyakan kesediaannya dipinang menjadi tunangan dari saudara galih. Singkat cerita Desi menerimanya kemudian sang pesuruh berpamit pulang untuk mengabarkan berita bahagia ini kepada keluarga galih.

Hari petungannya akan dimusyawarahkan secepat mungkin saat keluarga galih bersilaturrahmi kerumah Desi yang disambut juga dengan keluarga-keluarga terdekatnya, sekadarnya saja tidak banyak yang mengetahui namun seperti angin yang berhembus kabar mulai sampai juga hingga telinga tetangga-tetangganya. Setelah cangkir-cangkir kopi telah surut kemudian datanglah pula hidangan makan malam untuk menghormati tamu begitu juga menjalankan adat yang telah lama diterapkan. Selanjutnya menentukan hari pertunangan dan disepakati yaitu hari senin malam. Kemudian setelah didapat hasil musyawarah keluarga galih berpamit pulang dan mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan dalam acara pertunangan nanti sebagai calon dari laki-laki. Sebelum hari pertunangannya tiba. Desi terlihat asyik memanjakan tubuhnya dengan lulur. Kebaya yang dibelinya di kota terlihat menambah kecantikannya ketika dicoba dikenakannya.

Setelah sampai pada hari yang telah ditetapkan dikala itu, keluarga dan tetangga-tetangganya yang diundang sibuk membantu menyiapkan acara kebahagiaan ini. Desi yang sedang dihias didalam kamarnya terlihat senyam-senyum menunggu acara pertunangan. Datanglah tamu yang ditunggu-tunggu, sebuah mobil berhias karangan bunga didepannya yang disambut alunan musyik islami. Diiringi kedua orang tuanya galih keluar dari mobil tersebut.

Disaksikan orang tua dan sanak keluarga. “Inilah hari yang dinantikan, pertemuan cinta yang Insyaallah diberkati dan dirhidai Ilahi. semoga dapat berlanjut sampai pelaminan.” “Amien”. Dalam hitungan detik terikatlah cinta Desi dan galih dengan ikatan pertunangan yang disaksikan oleh kedua keluarganya. Semua tamu yang telah datang beranjak pulang ke rumah masing-masing. Setelah malam semakin sunyi karena semua orang sudah pulang dan kedua orang tuanyapun juga sudah tidur, mata Desi belum juga tertidur masih tak bisa menghilangkan bahagia yang terjadi tadi, terlihat dari raut wajahnya, impiannya benar-benar telah terjadi barusan dan tinggal selangkah lagi menuju jenjang pernikahan, mungkin dalam beberapa tahun setelah lulus kulia.



Ditinggal Ke Malasya

Sebulan setelah pertunangannya dengan galih, Desi menerima kabar jika minggu depan ada perpisahan kelas 12 termasuk galih yang juga lulus tahun sekarang. Susah senang dialami Desi karena mendengar tunangannya sudah lulus namun merasa sedih karena tak dapat melihatnya setiap hari, tidak lagi berangkat dan pulang sekolah bareng bahkan Desi tidak akan melihatnya dalam waktu yang cukup lama karena galih setelah lulus akan merantau ke malasya dimana pamannya bekerja disana. Disinilah waktu yang akan membuktikan kesetiaan dalam percintaan. Dimana akan ada suara yang hanya bisa didengarkan dan foto yang dilihat.

Saat senja berwarna jingga di ufuk barat dan matahari mulai meredupkan cahayanya galih menyempatkan berziarah kepada makam ayahnya, dengan pakaian muslim dan surat yaseen yang dibawanya di berjalan kaki menuju tempat pemakaman ayahnya. Selesai mengirim yaseen kepada ayahnya galih meneteskan air matanya dan berdoa semoga ayahnya tenang dialam sana dan lebih-lebih galih memohon kepada Tuhan supaya perjalanan menuju malaysia untuk bekerja. Langit semakin gelap suasana semakin sunyi galih memegang batu nisan itu dan mengusap-ngusapnya kemudian meninggalkannya.

Malam itu yang menjadi malam terakhir bagi galih berada dikampungnya dan besok merupakan hari terakhir melihat wajah tunangannya begitu juga tunangannya. Ia tak kuasa memberi kabar kepada tunangannya, belum sempat mengirim sms kepadanya handponenya berbunyi dan ia langsung membukanya yang mengira Desi tunangannya yang mengirimnya namun setelah dibuka raut wajahnya dari yang terlihat ceria berubah menjadi hambar lantaran yang mengirim pesan itu bukanlah Desi yang mengirimnya.

Siang-siang galih dan mamanya serta beberapa sanak keluarganya sudah terlihat di terminal dengan 2 koper besar. Tidak terlihat Desi disana, setelah kurang dari 10 menit sebelum bis yang akan dinaiki galih berangkat tidak juga terlihat Desi dan galih mengambil handponenya disaku celananya dan menghubungi nomer yang berada di panggilan cepat tombol 1(truuutttttt..... ttruuutttt....truuuuttttt) “nomer yang anda tuju tidak dijawab cobalah hubungi lagi nanti. Tut tut.

Galih mencium tangan mamanya beserta keluarga yang mengantarnya dan meminta doa supaya kembali dengan selamat dan juga sukses ditempat barunya.

“Ma aku berangkat, doain aku disana dan mama juga jaga diri baik-baik” dengan kata terbata-bata seperti baru belajar berbicara dia pamit kepada mamanya dan air matanya jatuh dibahu mamanya saat galih memeluknya kemudian pamannya menarik pelukan orang tua dan anak yang akan berpisah dan membawa galih yang masih dengan mata merah penuh air mata kedalam bis

Selesai pamit dia dan pamannya mengangkat koper dan membawanya kedalam bis. Setelah galih dan pamannya sudah berada didalam bis terlihat Desi bersama temannya dengan baju sekolah yang masih dikenakan mereka keluar dari angkot dan berlari namun setelah sampai di depan pintu bis yang dinaiki galih, bis tersebut mulai bergerak maju. Desi hanya bisa melambaikan tangan dan meneteskan air mata. Sementara galih melihatnya dari kaca bis dan mengirimkan sebuah pesan melalui handphone kepadanya.

Terima kasih telah mendampingiku selama ini. Kamu akan membantuku untuk tetap berjuang keras disana karena aku akan selalu merindukanmu. Doakan aku sehat dan sukses”.

Desi tak sempat mengucapkan kata selamat kepada tunangannya. Hatinya tak rela berpisah, mungkin setahun sekali bisa bertemu bahkan lebih. Tak sempat mengucapkan kata hanya air mata yang terus mengalir tak terbendung mengartikan tak ingin berpisah namun tak ada perbuatan selain mengiklaskan kepergiannya. Setelah bis yang ditumpangi galih sudah tidak terlihat, keluarga galih beranjak pulang dan termasuk Desi dengan muka yang tampak pucat.

Setelah beberapa hari ditinggalkan tunangan namun hubungan mereka tetap berjalan baik. Bagi Desi merindukan seseorang yang jauh disana dapat membuat bahagia dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan mereka lebih harmosis saat berpisah. Dari yang biasanya jarang telponan sekarang sering, sampai kebawa tidur. Dari ucapan yang dulunya hanya selamat pagi dan malam kini rutin pagi, siang dan malam. Dari yang jarang mengingatkan untuk solat sekarang malah sama sunnahnya diingatkan.

Di jauh, kerinduan terbungkus kesetian. Perindu menjalankan tugas berat mengecam hatinya untuk tetap kuat setiap kali kerinduan bersandar. Hampir setiap malam Desi mendapatkan sms dari tunangannya. Selalu terkandung kalimat yang memberi harapan dalam pesan-pesannya.

“yang udah malem besok lagi yahh,, met bobo sayang tunggu aku di Indonesia i miss u”

“iya sayang,, met bobo juga. Aku pasti tunggu kamu disini” balasnya dengan hati penuh harapan bisa cepat bertemu. Berharap besok saat bangun pintu kamarnya ada yang mengetok dan tunangannya lah yang akan muncul.

Ketika adzan Subuh berkumandang lantas ibunya mengetok pintu kamarnya, membangunkan untuk sholat.

“Nakk... Desi bangun.!!!”

“aarrrgggg..... masih ngantuk ma...”

“sudah subuh cepet bangun” mamanya memaksanya

Beberapa menit kemudian Desi membuka pintu dan langsung menuju kamar mandi berwudu’ kemudian menghampiri mamanya yang sudah menunggunya solat berjamaah.



Rapuhnya tali pertunangan

Di malasya galih mendapat kabar yang tidak begitu menyenangkan. Perusahaan tempat galih bekerja terjadi penurunan pendapatan yang berdampak terhadap gaji karyawannya. Dengan gaji yang berkurang galih untuk mencapai target uang yang dihasilkan semakin lama, namun galih untuk mengumpulkan uang banyak dia mencari pekerjaan lain di waktu istirahatnya yaitu sore sampai malam sehingga sedikit waktu santai dan untuk menghubungi Desi pun tak sempat bahkan Desi menelpon tidak dia terima karena sibuk dengan pekerjaannya.

Semenjak kabar tersebut telah benar-benar nyata kepastiannya, galih berusaha mencari pekerjaan sampingan di waktu berlainan dengan pekerjaan utamanya. Kesana-kemari mencari, namun kerasnya kehidupan dinegeri yang lebih maju dari negerinya sendiri  cukup sulit mencari pekerjaan karena mereka semua tidak ia kenal apalagi hanya ijazah SMA yang ia agungkan.

Ia membicarakan hal ini pada teman kerjanya dimalasya. Si Anton, yang juga bekerja di perusahaan tersebut. Anton tidak begitu ngotot dengan pendapatannya karena untuk behutuhan kesehariannya bersama istri dan anaknya sudah cukup bahkan sisanya masih ditabung.

“Sudahlah mungkin Tuhan memberimu cara lain untuk mencapai targetmu itu, mungkin Tuhan menyiapkan jalan yang lain yang tentunya lebih baik dari itu atau biar kamu berlama-lama tetap bersamaku hahahaha” candanya muncul dalam keadaan serius.

“Entahlah ton,, semakin lama aku pulang ke Indonesia”

“Tidak... tidak kamu masih bisa kerja sampingan jika kamu tidak capek”

“Kerja apaan? bagaimana dengan kerjaanku sekarang?”

“Kerjanya mudah kok dan kamu ambil shif malam saja”

“Persyaratannya apa?”

“Kamu tenang aja aku yang ngurus. Om aku kerja disana nanti aku minta bantuan supaya kamu bisa kerja disana”

 “Semoga saja ada lowongan,, terimakasih ton. Nggak tau klo tidak ada kamu gmana nasibku semakin lama aku berada di Negeri ini.

            Galih dengan kerinduan terhadap mamanya, tunangannya beserta keluarga dan temannya di Indonesia dia mengorbankan waktu istirahatnya untuk bekerja tambahan supaya bisa cepat kembali ke kampung halamannya. Perkembangan selanjutnya galih jarang menghubungi Desi yang selalu ingin tau kabarnya karena sibuk dengan pekerjaannya disana. Pernah Desi kena marah saat lagi menghubunginya karena saat itu hampir tidak ada waktu istirahat dan pikiran yang tak tenang, sehingga Desi takut untuk menghubunginya lagi.  

Jika aku tak bersabar menunggu seorang yang ku cinta dan bila aku tak bisa melihat wajahnya dalam waktu yang cukup lama dan bila aku tak bisa mendengar kabar darinya, apa yang bisa kulakukan. apakah aku harus tinggalkan dia? Sementara diriku tertawan oleh ikatannya. Apakah aku harus membiarkan cinta ini pupus? sementara dulu pernah bergelora tuk menjadi impiannya. Apakah aku harus menganggapnya telah hilang? sementara puing-puing rindu masih ditemukan dalam hatiku. Rindu yang menyakitkan bukan sebuah penghibur dan kesabaran pula tak lagi cukup kuat. Apakah aku harus melepaskan meskipun keinginan dahulu belum didapatkan.

Setelah sering diabaikan, Desi mulai bosen karena saat menghubunginya selalu tidak ada respon. Setelah beberapa bulan lamanya tak ada kabar, Desi mendatangi ibu mertuanya yang yang masih satu kota dimana Desi dan ibunya tinggal, untuk menanyakan kepastian dari hubungan mereka, tetapi apa yang di dapat dia mendapat kecaman karena galih disana sedang sibuk terhadap pekerjaannya yang harpir 24 jam.

 “Kamu ini tidak sabaran menunggu tunangannya yang sedang susah payah bekerja dimalasya untuk hidupmu juga kelak” ucap mertuanya sambil melirihkan pandangannya,

kemudian Desi dengan nada tidak nyaman menjawab “ini sudah beberapa bulan  dia tidak ada kabar bahkan saat dihubungi selalu tidak bisa, saya tidak mengerti maksudnya kenapa tidak memberi kabar!!”

“Tunggu saja sampai dia pulang, atau kamu sudah ada yang lain yahh?”

“MasyaAllah ibu,, tidak ibu, saya hanya hawatir padanya” Desi membantah pernyataan mertuanya yang menuduh memiliki laki-laki lain selain putranya

Kini Desi hanya pasrah kepada keadaan dan terus menjalani kehidupannya tampa memikirkan kabar dari tunangannya dan tak sempat meminum teh hangat yang diberinya lalu Desi pamit pulang setelah mencium tangannya dan beranjak keluar dari rumahnya.

Kebahagiaan bagaikan taman impian yang semua manusia mencarinya namun sedikit dari mereka yang mendapatkannya.  Walaupun beragam impian dan berbeda-beda jalan untuk mendapatkannya, ada yg menganggap bahagia lantaran cinta, harta kekayaan atau tahta. Mereka semua lebih banyak yang mengejar kesenangan semata untuk memenuhi keinginannya. Sebenarnya  kebahagiaan yang sesungguhnya sangat sederhana yaitu hidup yang tentram, bahagia tanpa adanya rasa kesedihan dan kegundahan. Dan yang utama adalah mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan maka ketentraman, kebahagiaan dan perasaan aman akan hadir menyusul.

Cinta yang sudah terikat hubungan pernikahan Tak menjamin indah bagai pelangi, yang membawa harmonisan dan bahagia apalagi hanya tali pertunangan sepertinya. banyak hambatan yang dilalui saat terbang menggapai surga kebahagiaan yang di impikan. suatu ketika jika salah satu sayap -sayap cintanya berguguran disitu sebenarnya belum akhir dari segalanya, tapi bagaimana Salah satu sayap itu memberi kekuatan dan tetap setia menemani sayap2 rapuh yang masih melekat di tubuhnya sehingga semangatnya tetap berkibas. Terkadang bukan hanya hembusan rasa cemburu yang menghalangi, terpaan angin bosan yang datang tiba-tiba, pelangi yang hadir saat menghabiskan hujan rintik jatuh dari lekukan pipi ketika hampir mencapai impian. Bertahan pada impian meskipun angin dilangit cintanya dapat mengubah haluan dan rasa saling percaya yang akan membawa kita tetap bersama meskipun hanya didepan taman impian dengan beberapa sayap yg tersisa di tubuh.

Cinta memerlukan kesetian dan kesetiaan itu membutuhkan insan yang dapat menepati janji-janjinya.*

Jika hidup sudah dibuat berpasang-pasangan, mengapa mereka remaja-remaja sekarang repot dengan cintanya. Mereka bagi perempuan hanya menunggu dan memilih yang baik menurut mata dan kemudian hati yang menentukan. Namun setelah hati sudah memilih kadang kala itu bukan kebenaran yang sudah Tuhan siapkan untukmu namun hadirlah orang lain yang mungkin tidak kita duga sebelumnya. Jodoh yang akan memeliharamu di dunia sampai akhiratNYA kelak, yang rela tetap menjaga nama baikmu dihadapan maupun dibelakangmu serta menjauhkanmu dari kesedihan yang membuat warna keindahanmu memudar.



Mengingat Hari Pertunangan

Sore itu, entah berapa detik, menit, jam, bahkan hari yang telah berlalu. Ketika itu masalalunya mememanggilnya ia mengajaknya bererita, mengingat kejadian yang pernah dilalui. Sebuah masa yang penuh kebahagiaan yaitu hari yang memang Desi impikan, hari pertunangannya berlangsung. Dia merasa sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Saat itu dia merasakan, rasa yang belum pernah dialami, sebuah rasa yang tidak dapat diceritakan dalam sebuah tulisan. Rasa yang membuatnya menerawang jauh pada kejadian-kejadian yang akan dilakukan saat masa depan dengan penuh kebahagiaan. Saat itu galih melantunkan janji-janji suci dari bibir manisnya dan menatapnya dengan mata indahnya yang penuh cinta kasih sayang mengatakan didepan keluarga dan keluarganya bahwa galih benar-benar mencintainya setelah memasang cincin di jari manis tangan kiri Desi dan memintanya apakah bersedia menjadi tunangannya.

Dikala itu Desi tidak tau bagaimana raut wajahnya tergambar dihadapan keluarganya dan keluarga galih. Desi hanya melihat senyuman manis dari mulutnya saat pertanyaan itu tertuju padanya. Dia terdiam kaku, mulutnya masih merangkai huruf-huruf yang akan diucapkan. Darah dalam tubuhnya perlahan mencair dan mengalir kembali, secara tidak sadar kepalanya mengangguk mengikuti hati mewakili mulut yang masih tertutup rapat.

"Des... Desi" tiba-tiba suara mamanya menghentikan lamunannya.

"iya mam" Desi menjawab dan keluar dari kamar sambil mengusap pipinya yang basah oleh airmata yang menetes dari sudut matanya yang rapuh.         

Kenangan saat hari pertunangannya itu terukir dibalik jendela kamar tidurnya saat senja menyapa. Semua yang terjadi waktu itu benar-benar semu. Hanya melahirkan keindahan yang menyakitkan dalam ASA.

Menikmati lembut bahasa dari lihai bibirmu di atas buaian cinta, membuat nyaman perasaanku dikala itu. Lalu masa-masa yang indah itu dengan cepat berlalu bersama sifatmu yang berubah pula. Dia Desi tak lagi mengharap banyak dari galih kekasihnya, dia tau bahwa tunangannya berlayar jauh ke negeri orang. Desi bahkan tak pernah sedikit berfikir sang tunangan berpaling darinya, dia gadis yang setia dan tetap menunggunya meskipun sudah beberapa tahun tidak ada kabar, dia masih terus menyebut nama tunangan yang dibanggakan dalam doa-doanya, namanya tetap dia puja semoga sang tunangan sukses disana. Tapi apa yg dia dapat??? tidak ada, bahkan tunangannya tak pernah memberi kabar. Setiap hari, seminggu, sebulan, setahun bahkan sudah cukup lama dia mnunggu hingga tak merasakan lagi galih sebagai orang yang pantas untuk ditunggu.

            Waktu demi waktu berlalu begitu cepat hingga musim silih berganti. Dunia ini pun banyak berubah. Banyak manusia-manusia yang sulit dipahami. Janji-janji hanya bagaikan angin yang lewat dan hilang begitu saja. Galih laki-laki yang dia impikan dulu untuk mengarungi samudera kehidupan dengan mimpi bahagia yang begitu nyata di angannya. Yang dia anggap seperti raja dan permaisuri dalam dongeng yang nenek-nenek dulu saat kecil sering ceritakan padanya, seperti dalam novel-novel remaja yang endingnya selalu berakhir bahagia. Aneh iya dia laki-laki aneh, dia yang sejak dulu Desi percaya sekarang menampakkan keanehannya. Keanehan itu membuat kepercayaan Desi mulai luntur terbawa air sungai kecil di pipinya, membuat hatinya merasakan pgalihh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, begitu sakit hati yang Desi rasakan bagai tertusuk panah yang beracun saat mengenangnya. Namun api sejuk terbungkus tubuhnya yang lembut bagaikan salju. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain selain melelehkan salju yang terbakar api kecewa dalam tubuhnya melalui matanya yang sayu.

Senja mulai memudar, malam mulai petang dan sunyi. Rembulan hampir selalu terus menghiasinya, namun tetap tak mengubah kesepian jiwanya yang kosong. Cahaya rembulan baginya tak terasa indah bahkan purnama hanya hiasan malam yang datang sebulan sekali.

Dia menghantarkan pertanyaan lewat angin yang berhembus saat senja mulai pudar warnanya, bintang-bintang berkedip menyapanya menemani malam yg penuh nada kegundahan. Untuk meringankan kesedihannya yang terbakar api kecewanya “Apa salahku padamu wahai kekasihku??? Sepatah kata aku tunggu meskipun sulit diartikan akan aku dengarkan dan akan ku jawab karena itu berharga bagiku dibandingkan yang lain namun kau tak pernah memberi kabar. Sekarang dia sadar bahwa tunangannya mungkin tak lagi mengharapkannya menjadi pendamping hidupnya.

Bahkan Desi tak tau apa tujuannya?? sampai saat ini dia tidak mengakhiri pertunangan dan menggantung hati yang sudah tidak mengharap perlindungan darinya. Sungguh sakit hati ini, meskipun aku terus menampakkan wajah berbohongku sehingga aku terlihat seperti wanita kuat. Bukan tidak terlintas lagi dalam bayang ingatanku, aku masih mengingat jelas saat kamu memasang cincin di jari manisku dan janji-janjimu yang manis dulu aku masih mengingatnya berkata dalam hatinya yang gundah. Desi selalu berdoa saat terlintas dalam ingatannya mengenang laki-laki itu “Tuhan... buat hatiku tenang apapun yang aku alami dan yang aku rasakan saat ini”.

Meskipun malam terlihat indah dengan bintang-bintang di sudut gelap pada akhirnya Desi juga masih membutuhkan purnama dalam hidupnya. Dia selalu percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan akan mendengar doa-doanya, akan menjawab permintaan-permintaannya.

Bahkan Desi lupa bahwa masih ada ibunya yang selalu menyempatkan waktunya untuknya, keluarga yang menyayanginya tampa harus dia minta, masih ada sahabat, teman dan orang yang selalu ada yang selalu memberinya semangat tapi dia selalu hiraukan. Laki-laki itu mungkin memang dilahirkan untuk mengajarkan tentang kehidupan, hingga dia sadar untuk mencapai dan menemukan kebahagiaan yang nyata harus melewati jalan yang berliku, harus mengalami rasa sakit terlebih dahulu, karena waktu itu pasti ada.



Melanjutkan Kuliah

            Malam itu yaitu malam perpisahan semua siswi mencari kebaya untuk acara perpisahan besok di Aula MAN Pamekasan dimana Desi juga belajar disana. Tempat persewaan baju sudah tersewa Desi terlalu lambat sehingga tidak kebagian. Mamanya saat itu juga menelfon kerabatnya diluar kota kebetulan anaknya seumuran dan menjadi model majalah kebudayaan jadi saat ditelfon ia menyanggupi sebuah kebaya yang pernah dipakainya. Saat hari perpisahan berlangsung beberapa pandangan tertuju pada Desi yang mengenakan kebaya adat dari kerajaan madura, pesonanya bertabur-tabur saat mengikuti jalannya acara meskipun terlihat kerutan didahinya mengingat kesedihan yang dialami.

            Di hari perpisahan Desi duduk di barisan nomor dua dari depan paling kiri bersama teman-teman akrabnya, Mereka terlihat bahagia dan haru mengikuti pesta kelulusan dan juga perpisahan yang digelar di Aula sekolahnya. Ekspresi haru mengisi suasana perpisahan saat salah satu perwakilan siswa lulusan terbaik mengisi puisi berjudul Perpisahan. Kehidupan baru akan mereka jelajahi demi masa depan yang cerah benderang. Mereka saling bercerita tentang Universitas yang akan dituju untuk menimba ilmu sesuai keinginan dan bakatnya masing-masing

            “Oh iya Des.. kamu melanjutkan kemana setelah lulus dari sini?” tanya Ratih sambil memandangi kepala sekolah yang memberi sambutan didepan.

“Aku daftar di UTM bareng Aini juga, do’ain ya semoga diterima disana kalau kamu sudah daftar dimana”

“Kalian enak ada temannya dari sini, aku sendirian” Jawab Ratih dengan wajah yang berubah menjadi lusuh

“Memangnya daftar dimana?” ucap Aini penasaran

“Aku daftar Akbid di kediri, cuma aku sendiri dari sekolah ini ”

            “Kita berpisah dong…yang daftar di UTM beberapa anak tapi aku tak begitu akrab hanya Aini yang aku tau bahkan satu jurusan”

“Hm… Tapi, kita tidak boleh putus komunikasi. Kita selalu saling beri kabar ya” Aini memberi semangat kepada Ratih yang wajahnya layu.

“Itu harus” Ratih menambahkan

“Ok.

Dengan modal ilmu dan ijazah yang ditempuh di SMAnya Desi mendaftar kuliah di universitas trunojoyo madura (UTM) bersama beberapa temannya meskipun jurusan yang ditempuh berbeda dan hanya Aini yang kebetulan satu jurusan. Acara perpisahan telah usai. Desi mengambil tas yang diletakkan di lantai depan kursi yang ia duduki. Dia tidak langsung pulang, masih berdiri memandang setiap sudut ruangan mencari teman-temannya. “Heii teman,, ayo foto bareng kapan kita bisa berkumpul seperti ini lagi”. Dia mendekati guru wali kelas yang di gerumuti beberapa temannya yang sedang tersenyum didepan kamera yang berdiri dengan tiga kaki itu.

***

Pengumuman dari semua Universtas telah diberitakan secara online. Dia diterima di UTM, setelah memasukkan Nama ID dan Password di portal penerimaan mahasiswa baru di warnet dekat rumahnya Pamekasan. “Alhamdulillah” Ucapnya didalam ruangan kecil itu. Dia langsung Tersenyum senang dan mematikan PC yang disewa. Dia berdiri kemudian mendekati operator dan memasukkan tangan kanannya dalam saku celananya yang kanan. Dia berikan selembar uang kertas yang sedikit keriput. “Ini kembaliannya bak tiga ribu” dia mengambilnya lalu pergi.

Pada kesehariannya dia selalu bersama temannya sejak SMA hingga kuliah yaitu Aini. Matahari telah beristirahat dikediamannya. Masjid-masjid telah selesain mengumandangkan Adzan. Dikamarnya Desi sedang solat Magrib. Baru rakaat pertama terdengar bunyi handphonenya bertanda ada pesan masuk. Desi melanjutkan solatnya sampai selesai dan berdoa. Kemudian membacanya ternyata dari lukman teman dikampusnya yang tak lain kakak tingkatnya satu jurusan dengannya.

“selamat malam... lagi ngapain?”

“malam juga, baru selesai sholat”

“Sudah makan, makan diluar yuk?” Lukman lagi-lagi mengajaknya makan diwarung favoritnya dan Desi merasa tak enak setelah beberapa kali ia mengajaknya meskipun sebelumnya bukan mengajak makan.

“Hm,, gimana ya.. iya deh tapi jangan lama-lama”

Malam itu Desi berpakaian biasa,  dengan hijab warna hijau kesukaannya dan jaket batik yang dikenakan saat itu terlihat cantik meskipun sederhana. Duduk didepan TV sambil menunggu lukman menjemput, tiba-tiba teman kosnya memberi tau bahwa ada temannya yang mencari diluar. Kemudian Desi keluar dan beranjak pergi bersama lukman yang sudah datang menjemputnya. Setelah selesai makan mereka masih mampir ke toko. Sedikit kata yang keluar dari mulut lukman, dia adalah pria pemalu Desi mengenalnya. Sampai di pertigaan jalan kos Desi, lukman tidak membelokkan motor yang dikendarainya dia terus lurus. Desi bingung kemana dia akan dibawa dan sampai di taman kampus galih berhenti dan tersenyum kepada Desi dan mengeluarkan minuman yang dibeli ditoko tadi.

Purnama bersinar indah dikelilingi bintang dilangit gelap, tepatnya di bawah pohon cemara yang berada di taman kampus. Disana mereka duduk menikmati minuman yang dibelinya ditoko tadi. Keluar beberapa kata dengan gugup terlihat dari bibir lukman yang bergetar kaku.

“Malam ini cukup indah ya???” lukman sambil memandang ke atas

Lalu Desi pandangi bulan yang menyinari mereka

“Iya” Desi menjawab santai, meskipun menurutnya biasa saja sama seperti malam-malam biasanya.

“Indah karena aku melihat mersamamu” lukman mulai merayunya

“Ahh,, biasa saja” seru Desi seraya tersenyum

“Sebenarnya aku mengajakmu kesini. se..se.benarnya aku hanya ingin menuruti keinginan hatiku saja” lukman berkata sambil menunduk

“Maksudnya???” Jawab Desi penasaran

“Iya, semenjak aku mengenalmu aku merasa aneh pada diriku”

 “Memangnya kenapa dengan dirimu, aneh kenapa?” Desi menatap wajahnya yang tak sanggup melihatnya saat itu

“Aku selalu melihatmu, kamu selalu terlintas dalam benakku, aku tak tau dengan keadaanku yang sekarang ini, hingga waktu membawaku menguatkanku mengatakan. Aku harus jujur pada diriku sendiri dan dirimu. Betapa bodohnya aku, sudah tau bahwa kamu sudah bertunangan namun aku masih nekat demi perasaanku padamu. Maaf, maafkan aku yang tak kuasa menahannya”

Desi hanya termenung mendengarnya, entah apa yang Desi fikirkan saat itu. Tatapan yang hanya sekilas Desi melihat matanya yang sayu terkandung kejujuran dalam hatinya. terlihat masih banyak kata yang ingin dikatakan kepada Desi. Kemudian lukman melanjutkan kata demi kata yang sempat terhenti.

Des, aku tak begitu mempedulikan jawabanmu kamu boleh jawab suatu saat nanti, aku hanya ingin jujur meskipun hatiku berharap sangat dan beban yang aneh ini tidak lagi begitu menyakiti hati. Aku hanya ingin kamu mengisi kekosongan jiwa yang hampa ini, mencerahkan hidupku yang kelam ini, maukah kamu menemaniku dikala susah maupun senang?”

“Sebenarnya.... sebenarnya aku.”

“sttttt.... Aku tidak perlu jawaban sekarang. Jangan kau jawab semua pertanyaanku tadi, karena hati ini masih belum siap di terpa ombak yang lebih besar lagi. Jawablah bahwa kamu akan memikirkannya.” lukman serentak menghentikan perkataan Desi yang tak sampai selesai.

            Percakapan mereka mulai lebih serius saat lukman menyatakan perasaan itu pada Desi, Desi juga tak bisa berkata apa selain menunduk dan tak sengaja melihat kaki lukman yang bergetar. Sudah larut malam Desi mengajak pulang kemudian lukman langsung beranjak berjalan ke sepeda yang di parkir di dekat mereka duduk. Sampai di kosan Desi pun masih berfikir tentang perasaan lukman kepadanya yang tak tau Desi harus bagaimana menyikapinya, tak terkira sudah menunjukkan jam 12 Desi belum jua belum menutup matanya dan masih memikirkan percakapan tadi di taman kampus. Desi harus memikirkan terlebih dahulu untuk menerimanya, memang lukman laki2 baik, sopan tidak banyak bicara begitu Desi mengenalnya.

            Desi kembali berfikir tentang kejadian di taman kampus, hal itu yang memaksanya menjawab meskipun lukman tak butuh jawaban sekarang namun sebagai perempuan Desi sudah pernah merasakan rasanya menunggu sakitnya menunggu yang sudah lama tak pernah memberi kabar. Desi tak ingin lukman juga merasakan hal yang sama seperti dirinya yaitu menunggu seseorang yang tak pernah memberi kabar. Tapi Desi harus menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu yang belum kunjung berakhir dengan tunangannya. Meskipun sedikit terlintas di hati Desi untuk menerimanya dia masih terikat tali yang sulit kulepas ikatannya, apakah salah besar jika menerima orang lain saat masih terikat pertunangan.

            Ia tidak nyenyak tidur, lampu kamar sudah dimatikan dan guling yang dipeluknya tak membuatnya tidur meskipun mata indahnya tertutup, kata-kata yang diucapkan lukman masih memaksa hatinya untuk memikirkannya. Earphone di meja kemudian dicolokkan pada handponenya dan memutar musik, ia kemudian berdoa supaya bisa tidur. Setelah beberapa lagu melow yang ia putar akhirnya dia juga lelap.

            Dia harus memilih pilihan yang sulit dimana pilihan itu muncul ketika dirinya  kurang mendapat perhatian dari galih yang sedang mempertaruhkan waktunya untuk mendapatkan ringgit. Kebosanan yang dialaminya membuatnya harus terus berfikir untuk menerima cinta dari lukman. Lukman dapat membuat kesedihan Desi selama ini mulai menghilang dan merubahnya menjadi canda tawa.



Sepucuk Surat Untuk galih

Kembang api menghias malam ditahun baru. Letusan apinyanya menggetarkan jiwa  meretakkan dinding hati yang dibuatnya, memaksa membuka hati ini untuk lepas dan bebas dari penjara cintamu yang kau berikan padaku. dikala api-api itu bertabur saat itu pula tahun telah berganti. semua orang besorak berbahagia menikmatinya. beberapa tahun belakangan tidak dengan gadis cantik yang bersedih, hatinya menolak untuk bahagia membuka lembaran kehidupan yang baru. hatinya mulai sadar mengapa dia masih hidup setelah tunangannya menggantung sekian lamanya bahkan dia tidak bertemu malaikat  yg akan menjemputnya. Dinding yang dibuat tunangannya itu sungguh lemah dan mudah retak tapi mengapa hatinya takbisa keluar dari penjaranya yang rapuh itu.

Tepat pergantian tahun Desi menuangkan perasaannya dalam baris2 kertas yang  mengkerut salah satu sudutx, terkena tertetesan air mata yang menetes saat mengingatnya.

"untuk galih            

Aku mengerti  begitupun kamu mengapa aku tuliskan surat ini, aku tau bahwa hanya aku yang ingin tau kabarmu, tapi kamu tak pernah memberi kabar. iy hanya aq saja yg merasa rindu padahal kamu lupa, iya hanya aku saja yg mersakan sedih padahal engkau tidak. Sedih ini sudah sering aku alami kau tak perlu risau atau cemas, sedih ini sudah menjadi sahabat dalam hidupku kau tak perlu tau, sedih ini kadang memberi semangat untuk bangkit meskipun merasa kecewa. Aku terlihat bodoh masih berharap kepada seseorang yang tak memberi harapan. Dengan segala kesalahan yang mungkin pernah aku perbuat kpadamu, aku jelaskan kemaksudku. aku ingin mengakhiri pertunangan ini. Aku ingin hidup bedas dari kesedihan ini aku tak ingin selalu membencimu setiap mengingat. Aku sangat berharap kamu sudi mengakhiri melepaskan aku dari pertunangan ini.

                                                                                                                                Desi”



Desi menulis singkat dalam surat yg akan dia kirim lewat pos kepada seseorang yang pernah dia impikan menjadi kekasih hidupnya selamanya dimana dia sedang sibuk bekerja di malasya. Desi hanya bisa mengirim surat itu setelah dia menghubunginya selalu tidak bisa. surat itu mungkin tak terduga kedatangannya. tapi Desi memberi kejelasan bahwa dirinya tak ingin melanjutkannya. Meskipun perasaannya sulit ditumpahkan dalam tulisan, namun waktu memaksanya mengalirkan tinta meminta kejelasan dan kebahagiaan yang tak pernah terlihat dalam nada-nada suaranya yang tertulis dalam surat untuk mengharap tunangannya membakar ikatan tali yang semu itu, ikatan yang akan terlepas setelah lama dibakar dan senyawa2 cinta yang masih ada akan menguap ke udara bebas. Setelah menulis surat itu Desi berusaha dan berjanji pada jiwanya dan bintang yang tampak disela-sela jendeda untuk tidak merindu kepada tunangannya meskipun sayap-sayap cintanya yang pernah mereka buat bersama memaksanya jika diingatnya.



Asmara Terlarang

Liburan semester sudah tiba, mahasiswa-mahasiswa banyak yang pulang kampung setelah ujian dan tugas-tugasnya selesai, hanya beberapa orang yang ada dikosan termasuk Desi. Desi duduk dimeja memegang pena dengan kertas folio bergaris dan tumpukan buku tebal yang ditatapnya. Sekeliling kos dimana dia tinggal sangat  sepi, sunyi hanya suara binatang malam yang terdengar dari sawah disamping kamarnya. Sudah seminggu berlalu Desi yang mengirim surat itu namun balasan yang ditunggu belum jua datang. kemudian Desi terkejut setelah terdengar suara ketukan pintu dan memanggil namanya, dan Desi menyuruhnya masuk.

“Aini sahabatku ada apa kamu kemari??? aini belum menjawab dan langsung merobohkan badannya dikasur yang sudah Desi rapikan untuk ditiduri. Setelah beberapa obrolan yang berlansung aini menanyakan hubungan Desi dengan tungannya, pertanyaan itu membuat Desi penasaran dan Desi menjawab tak ada masalah namun aini terus bertanya tentang surat, dan aini menuturkan bahwa dia tak sengaja membaca status facebook galih beberapa menit yang lalu, anini menuturkan bahwa Desi dalam status itu tak punya sopan santun telah mendatangi ibu galih dikala itu ingin mempertanyakan hubungan dan meminta mengakhiri pertunangannya. Dari kata-kata aini yang dituturkannya membuat emosinya Desi naik kelevel yang lebih tinggi, tugas di lembaran kertas yang tadinya hampir selesai sekarang mengkerut karena tangannya yang tak kuasa menahan amarah. Desi saat itu semakin tak sudi setelah mendengar pernyataan tunangannya lewat temannya, bahkan surat darinya belum berbalas datang kabar yang tak terduga dari temannya.

Ku hanyutkan kesedihan ini lewat sungai kecil airmata yang tak terbendung lagi. Tetes-tetes cinta mengalir bersama airmata, sampai pada sebuah samudera yang luas masih terukir indah kenangan bersamamu. Seolah tak berdaya menahan kegagalan cinta yang pernah di impikan sebelumnya. Gelombang-gelombang kebahagiaan  membawanya melewati garis2 kegagalan. Semua kesedihannya larut dalam sebuah tempat yang terkenal dengan luas dan kedalamannya.

Sudah sering kesedihan menemani hari dan malamnya selama ini tak jarang kadang kala meneteskan air mata. Desi sudah dewasa bukan lagi gadis imut seperti sejak SMA, dia akan berusaha dan tak akan lagi mengkiblatkan kehidupan kepada cintanya yang kering melebihi keringnya pulau madura saat musim kemarau. Dia akan membuktikan kepada mereka kepada orang yang tak percaya kepadanya dengan jalan yang dia jalani sekarang.

Sms yang selalu datang disaat waktu yang tepat pula, pesan dari lukman untuk memberinya semangat.

“Jangan berlarut dalam kesedihan,,, jangan pula memikirkan seseorang yang tak pernah memikirkanmu karena itu akan membawamu kedalam luka yang lebih dalam.”

Lukman yang sering memberi semangat dan menghiburnya selalu ada untuk Desi yang merasa dilanda kekeringan dilahan cintanya. Suatu saat Desi memutuskan pilihan yang tak seharusnya ia ambil yaitu menerima cintanya yang sudah lama dia ungkapkan di taman kampus itu. Desi tidak tau harus tetap menunggu tunangannya sampai kapan hingga akhirnya putus asa dan mengambil sebuah pilihan saat pikirannya di tutupi kabut-kabut perhatian yang diberikan lukman kepadanya. Bukanlah Desi saja yang berada dalam kabut kenistaan, lukmanlah yang mengajak Desi untuk menjalani hubungan tanpa restu orang tua Desi yang masih percaya kepada galih karena tak jarang dia menghubunginya, mungkin galih punya alasan tersendiri untuk tidak menghubunginya.

Tidak lepas dalam ikatannya Desi masih terikat tali pertunangan dengan galih. Namun galih sekarang sudah tidak tampak dalam pandangannya. Lalu setelah beberapa bulan menjalani hubungan asmara terlarang, kini Desi harus jarang melihat lukman kekasihnya karena saat ini hari ini Desi mengabadikan momen berfoto selfie dengannya yang sedang memakai toga, yah dia lulus dari kampus yang menjadi kenangan asmaranya dimulai dengan lukman tanpa sepengetahuan tunangan dan kedua orang tuanya sendiri. Sebagai seorang kekasih lukman masih memberi waktu disela-sela sibuk bekerja di bank. Lukman kebalikan dari tunangannya yang bekerja di malasya, dia selalu memberi kabar bahkan saat hari libur dia menyempatkan datang kekampusnya untuk menghilangkan rasa kangen yang menyelimuti hatinya.

            Ketika pulang ia disambut mamanya seorang diri yang selalu merindukannya meskipun setiap minggu ia pulang. Mamanya adalah wanita yang sangat kuat dalam menahan rindu. Rindu terhadap Desi begitu pula kepada ayahnya Desi yang hanya bertemu setiap tahun. Ia begitu sabar menghabiskan waktunya seorang diri dirumah itu. Terlihat setiap weekend Desi harus pulang untuk menemani mamanya yang sendiri. Tiba-tiba tak sengaja terlihat dilayar laptopnya sekilas sebuah foto sedikit mesra Desi dengan seorang pemuda yang ia belum kenal, bukan tunangannya ketika sang mama menemani Desi bermain laptop. Mungkinkah mamanya mamanya melihat foto tadi atau ia mengganggap laki-laki tadi adalah galih tunangannya. Desi melihat wajah mamanya, namun tak ada perubahan dari raut wajahnya, bisa saja ia tak melihatnya. Kemudian ia mutar sebuah film korea kesukaannya yang di bintangi lee min hoo.

Teman baru

Disaat kesibukan Desi dan masalah segitiga cintanya hadirlah sosok pria yang kaku dan baik hati, dia selalu penampakkan kebaikannya kepada Desi. Dia selalu menawarkan kebaikannya namun Desi sering kali mengabaikannya bahkan ia cuek terhadapnya karena sebagai seorang wanita yang sudah memiliki kekasih harusnya begitu. Dia bernama Fengky laki-laki yang dikenal sejak diklat di tretes. Fengky tidak mengetahuinya bahwa Desi berpacaran dengan lukman, dia hanya mengetahui dari temannya Desi bahwa ia bertunangan. Hubungan itu yang membuat Fengky tidak ingin mengetahui begitu dalam tentang Desi. Meskipun saat pertama memandangnya di tretes saat diklat menumbuhkan benih-benih cinta yang lama tidur.

Perkenalan itu terjadi saat Fengky dan Desi ikut diklat yang bertempat di Tretes dalam suatu organisasi kampus. Selama 3 hari ditretes tepat hari minggu semua panitia dan anggota beranjak pulang ke madura tempat dimana kampus mereka berada. Di madura Fengky penasaran dengan perempuan berparas cantik dan lembut itu. Ia mencarinya di facebok yaitu di media sosial yang paling banyak digunakan. Ketika sudah berteman Fengky mulai sok kenal dan perhatian, namun kadang Fengky dibuat kesal karena pesannya tidak dibalas meskipun sudah dibacanya. Fengky meskipun dicuekin dia terus memulai percakapan dan meminta pin BBM dan juga nomer teleponnya. Sms jarang dibales, mereka lebih aktif di BBM karena lebih gaul begitu kiranya atau lebih murah dibanding sms.

Percakapan selalu dan selalu laki-laki yang memulai artinya Fengky terus yang memulai dan juga yang bertanya bahkan parahnya jawaban darinya sangat singkat bagaikan soal pilihan ganda yang hanya di jawab A/B/C dan D. Mereka mulai terlihat akrab terlihat dari sapaan yang saling memanggil kakak. Entah panggilan kakak datang dari mana, bukan karena mereka saudaraan atau lebih tua dari Fengky tapi Fengky pertama kali memanggilnya meskipun umurnya lebih muda darinya dan akhirnya sapaan itu digunakan mereka berdua seterusnya.

Desi pulang setiap minggu dari tempat kosnya. Pada hari sabtu malam, Fengky menyapanya “Selamat malam” dan dia membalasnya agak lama. Fengky mengingatkan pada masa lalunya yang telah kelam. Fengky menanyakan tentang kebenaran pertunangannya karena penasaran. Malam itu juga ia bercurhat tentang hubungan pertunangannya dengan galih yang tak seperti yang ia diharapkan. Selama Desi bertunangan ia jarang jalan keluar berdua dan setelah beberapa bulan lamanya sang tunangan tidak pernah menghubunginya. Mungkin dari situlah Desi mulai bosan dan menerima cowok lain meskipun masih terikat pertunangan dengan galih si cowok kurang perhatian itu. Namun Desi tidak menceritakan cowok barunya kepada Fengky. Ia hanya menceritakan kekecewaannya terhadap tunangannya. Kejadian itu yang membuat kuntum-kutum cinta Fengky cepat bermekaran dalam hatinya yang kosong. Dulunya benih cinta sudah tumbuh namun tumbuh lambat akibat diketahuninya Desi bertunangan. “Ini peluang, yah peluang berharga” hatinya bicara senang.

Hari berikutnya Fengky menelpon prayusman sahabat dekatnya di desa yang sudah lama tidak bertemu. Dia ada di Jakarta dan Fengky kuliah di Bangkalan. Fengky menceritakan apa yang dihadapinya perihal cinta yang dimilikinya terhadap Desi perempuan bertunangan. Dan Prayusman menanggapinya dengan canda. 

“Tembak saja, kan belum jadi istrinya masih tunangan apalagi ada masalah”

“Kamu itu, bercanda terus. Nanti aku dibunuh orang” Jawab Fengky.       

“Kan benar, nanti keburu dinikahi atau ditukung orang lain! Baru tau rasa nanti! Langsung tembak”

“Tunggu putus hubungan dengan tunangannya dulu, biar tak ada masalah kemudian hari”

“Ya terserah kamu asal kamu kuat menunggu! Hahahaha” Dia memasrahkan pada Fengky keputusannya lalu menertawakannya.

Fengky tetap tidak mau ambil resiko dan siap menunggunya meskipun tidak tau hasilnya nanti. Allah bersama orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Masalah jodoh pasti semua kebagian. Dengan kesibukan prayusman dengan pekerjaannya di Jakarta, Ia pamit mau nutup teleponnya.

Sore itu banyak mahasiwa yang turun dari bis dan juga bis mini. Hari minggu sore merupakan memang banyak yang balik ke kampus setelah weekend bagi yang rumahnya tidak begitu jauh. Seperti Desi yang setiap hari kamis sore pulang dan minggu sore balik lagi. Sore itu Fengky tidak sengaja bertemu Desi di jalan. Desi dijemput temannya dari pertigaan jalan kekampus. Lambaian lucu yang lembut dari tangannya, paling jelas ketika mengingat tentangnya. Desi selalu melambaikan tangannya sambil tersenyum manis ketika menyapa Fengky.

***

Cinta, kata itu begitu menakutkan baginya. Kata itu seperti monster yang menakutkan. Sudah lama mengenal yak namun dilain sisi ia tak tau harus bagaimana dengan Desi yang masih terikat sebuah pertunangan dengan galih yang menggantungnya dan juga taktentang Desi, Fengky masih belum siap untuk menyatakan cinta meskipun hatinya terpatri dan serius kepada Desi namun ia harus menunggu tidak ada hubungan dengan galih yang Desi ceritakan. Jika nanti ingin melamarnya Fengky juga tidak siap karena ia belum memiliki pekerjaan bahkan belum menjadi sarjana S1 Pertanian di kampus di salah satu kota di madura yang juga satu kampus dengan Desi. Bagi Fengky ia tak ingin berpacaran ia ingin hubungan yang serius namun ia juga belum lulus dan punya pekerjaan yang laut kehilangan perempuan yang sudah memberi perubahan dalam hidupnya. Fengky hanya bisa memberi perhatian supaya tidak terputus hubungan dengannya. Bisa saja jika mereka pertunangannya berakhir pasti mudah mengetahuinya.

Meskipun cara mencintainya yang terlihat kaku namun jangan ditanya ketulusannya. Ia berbeda dengan laki-laki kebanyakan, ia juga berterimakasih bisa mencintainya secara diam meskipun tidak seharusnya seperti itu, dimana suatu saat dapat menghancurkan hatinya. Semenjak mengenalnya rasa bahagia yang dirasakan, entah sekarang yang sudah terlihat akrab bagaimana menjelaskan kebahagiaan kepada semua orang. Sebagai pria yang kaku dan pemalu, mencintai secara diam dapat menambah semangat, tentu! meskipun semangatnya kadang kala diiringi kekecewaan.

Suatu ketika Desi dihadapkan dengan kebaikan yang diberikan dia dan harus menerimanya diwaktu itu karena tidak ada pilihan lain selain menerima pertolongan Fengky teman yang baik itu. Fengky sering kali berbuat baik kepada Desi seorang wanita yang dikaguminya, di waktu Desi membutuhkan sesuatu maka Fengky dengan suka rela membantunnya semampu yang ia bisa lakukan. Perhatian dan pengertian ia lemparkan untuk berharap dirinyalah yang akan dia sanding nanti. Disitulah Fengky memberi bantuan kepada Desi yang sedang membutuhkannya. Dan kejadian itulah yang membuat mereka semakin akrab. Bahkan suatu saat segala perbuatan baik dipersembahkan untuk seorang Desi. Suatu ketika terjadi di waktu Desi ingin pergi ke Surabaya dan membutuhkan sepeda motor. Desi meminta tolong kepada Fengky untuk meminjamkan motornya. Fengky lansung mengambil handphonenya dan menghubungi Desi dikala itu juga Fengky mengantarnya kekosannya.

 “Assalamualaikum,, kamu butuh motor tah?”

“Waalaikumsalam...Iya kak!,, motor kakak nganggur nggak??”

“Iya ini motorku pake aja aku sekarang kosong kok gag ada acara”

“Tapi neneran kakak gag mw keluar-keluar kan... soalnya ini tugasku besok harus dikumpulkan”

“Iya,,, bentar lagi aku antar kekosmu”

“iy iy kak.. makasaihh”

“Oke!. Yaudah aku kesana. Assalamualaikum...”

“Waalaikumsalam”

Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa Fengky masih membutuhkan motornya meskipun tidak terlalu penting karena hanya untuk keluar membeli nasi atau yang lain. Tapi demi perempuan yang ia senangi, Fengky terus saja ingin selalu membantunya meskipun harus mengorbankan dirinya sendiri. Ia melakukannya hanya semata-mata karena cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya. Motornya telah ia pinjamkan ia tak punya kaki untuk keluar. Didalam kamar ia main handphonenya kemudian beberapa saat mendengar kabar lewat status facebook temannya bahwa sahabatnya yang telah lama merantau ke jakarta pulang dan sekarang ada dirumahnya.

Setelah Desi mengembalikan motornya dia bergegas menyiapkan beberapa bajunya kemudian dimasukkan kedalam tas. Sebenarnya dia pulang karena ingin melihat sahabatnya serta karena Fengky juga telah lama tidak pulang kerumahnya. Prayusman sahabatnya sudah sejak lulus SMA tidak bertemu dan bercerita langsung hanya melalui telepon mereka saling bercerita kehidupannya yang sekarang berjauhan.

Ketika melihat persiapan Fengky saat mengantar motornya Desi bertanya padanya hendak mau kemana dengan jaket yang dikenakan dan juga tas ransel yang baru saja ditutupnya.

“hendak mau kemana kamu”

“Mau pulang, kamu tumben gag pulang minggu ini?”

“ya sebenarnya mau pulang tapi teman kosanku sudah pulang duluan ketika aku berada disurabaya”

“kenapa kamu gag ikut aku aja??? Aku sendiri kok”

“kakak itu sudah siap sementara aku masih belum siap-siap lagian aku gag ada helm”

“Helm ada yang tak terpakai, ya kalau mau ikut tak tunggu kamu cepat siap-siap”

Tanpa basa-sabi Desi menerima tawarannya

“Iya kak tungguin sebentar,, maaf lohh menunda waktunya hehehe”

Desi lalu bergegas pergi ke kosnya. Dia masih sempat mandi kemudian menyiapkan baju dan barang-barang yang akan dibawanya yang dimasukkan kedalam tas ranselnya. Fengky menunggunya didepan kosnya sementara Desi masih kesana-kesini menyiapkan barang-barangnya. Tepat jam 4 Desi telah selesai menyiapkan barang yang akan dibawa pulang kemudian menghampiri Fengky yang memberikan helm kepadanya. Mereka langsung saja berangkat dan terburu-buru karena saat itu langit terlihat menghitam dengan awan tebal yang menutupinya. Sepertinya tak akan lama hujan akan turun.

Setelah melewati kota sampang hujan benar-benar turun membasahi sebagian bajunya. Fengky mencari tempat berteduh, duaratus meter lebih didepan ada pom bensin ia mulai menyalakan leting kekanan. Hujan semakin deras tak mungkin melanjutkan perjalanannya. Langit gelap mentari tak terlihat tertutup awan yang membawa hujan setelah terlihat jam didinding musolla sudah bertanda masuk waktu magrib. Sambil menunggu hujan berhenti mereka menyempatkan solat di mosolla tersebut. Dengan sedikit kurang percaya diri Fengky mengajak solat berjamaah dan Desi mengikutinya.

 Sebelum mengambil wudu’ Desi masih menghubungi mamanya yang menunggu dirumahnya supaya tidak khawatir.

“Assalamualaikum ma...”

“Waalaikumsalam...”

“Ma,, jangan khawatir aku sama temanku masih berteduh di pom, hujan masih deras nanti klo sudah hujan berhenti aku langsung pulang”

“Iya nak hati-hati dijalan. Klo ada apa-apa hubungi mama”

“Iya ma.. ya udah ma aku cuma mau ngabarin ini. Tak tutup dulu aku mau solat dulu, Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Betapa senangnya Fengky bisa menjadi imam dalam solatnya entah doa apa yang ia lantunkan setelah selesai solat. Sungguh sangat besar kesenangannya dengan kejadian yang telah ia jalani. Hujan belum juga reda adzan isyak berkumandang lalu mereka melanjutkan solat isnyak berjamaan lagi. Tak terasa sudah berjam-jam mereka menunggu hujan reda namun sepertinya saat itu cukup deras dan merata di seluruh madura terlihat sejak hendak berangkat tadi awan yang menutupi langit.

Menunggu hujan berhenti hampir dua jam-an lalu hanya gerimis yang tersisa dari awan tebal tadi. Fengky merasa salah tingkah bila Desi menatapnya.  Ia berusaha mengendalikan dirinya ketika saling bertatapan. Tidak bisa bertatapan lama ia cepat-cepat mengambil handphonenya dan pura-pura melihat dan memencetnya. Fengky menguatkan untuk mengangkat pandangannya menuju wajah lembutnya. Ia mencuri pandangannya  dan mengobrol untuk meredam perasaan yang bergejolak di dalam hatinya.

 Kemudian mereka melanjutkan perjalanan pulang yang tersisa sekitar 40Km. Karena menabrak gerimis yang menghadang baju bagian depan Fengky terlihat basah yang memaksa harus menahan dingin malam itu. Sampai dirumah Desi ia mengajaknya mampir kerumahnya namun Fengky langsung bergegas membelokkan motornya dan pamis pulang karena jalan semakin menggelap dan sepi dan juga ia tak merasa enak jika hanya seorang diri mampir kerumah perempuan bahkan malam-malam ia takut menurunkan derajadnya sebagai laki-laki dan juga takut ada fitnah dikemudian hari.

“Kakak tidak mampir dulu”

“Nggak, sudah malem tidak enak”

“Kakak tidak takut sendiri sudah malam dan rumah kakak masih jauh”

“Nggak kok, insyaAllah aman dan selamat. Aku pulang yah Assalamualaikum”

“Iya kak hati-hati dijalan. Waalaikumsalam wr... wb...”

Fengky pasrah kepada Allah SWT menyusuri gelapnya malam serta gerimis yang menghadang menuju rumah tercintanya. Dinginnya air hujan dan angin yang mengerutu menggetarkan giginya tubuhnya kedinginan. Terus tampa henti ia semakin menarik gas motornya menerobos kabut-kabut jalanan. Keinginan cepat sampai dirumahnya dan bertemu kedua orang tuanya.

***

Prayusman bagi Fengky bukan hanya sekedar sahabat tapi lebih dari sebatas saudara. Hampir setiap hari waktunya dihabiskan bersamanya. Banyak kenangan yang dilukis dengannya tampa bosan. Banyak tempat yang menjadi kenangan masalalunya bahkan masih tersisa beberapa tempat yang masih kokoh setelah dihembus waktu yang bergulir dan masih menyimpan kenangan bersama sahabat-sahabatnya.

Di gubuk kecil bergembok tanpa pintu berjendela tanpa dinding ditepian jalan berdebu. Sekarang hanya menjadi gudang cerita. Sedih, resah, bahagia, canda dan tawa semua tersimpan diruang kosong beratap jerami yang mengering, keriput dan rapuh bersama aliran mentari hingga purnama menyelam dalam kegelapan malam. Tempat itulah yang dahulu menyamarkan luka kehidupan,  menghilangkan penat dalam kegundahan, mengubah kesepian menjadi kedamaian jiwa, menjadi canda-tawa.

Ilalang menari-nari dihamparan tanah yang kering, angin berdesau berhembus dari sudut masa, kini zaman berlalu begitu cepat sudah berapa tahun Fengky dan Prayusman tidak berkumpul di tempat itu. Hari dan malam mereka jalani sendiri-sendiri. hingga penat menjadi kebiasaan, rindu menjadi kertas lusuh yg akan dilukis dan dilukis sampai mentari tidak dapat membaca apa yang tercipta. Tapi mereka sekarang dapat menikmati kebersamaan yang telah lama mereka tinggalkan karena waktu dan keadaan yang membuat mereka menjalani kehidupannya masing-masing.

Ketika mereka berkumpul prayusman bertanya tentang Desi yang pernah diceritakan lewat telepon.

“Gimana kabarnya Desi??? :-D”

“Kamu selalu itu yang ditanya, kenapa bukan sahabatnya yang kau kenal tanyakan gimana sehat atau apalah?”

“Tidak sahabat, Menunggu itu pekerjaan hati. Itu tidak bisa dilihat. Setelah aku melihatmu aku sudah tau kamu itu sehat dari luar namun aku tanyakan hubunganmu dengan dia karena aku juga ingin tau apakah hatimu juga demikian.”

“Belum sobat,, aku merasa tak pantas dan bersalah jika aku mengatakan itu sekarang, karena dia masih bertunangan dan yang aku bisa lakuin sekarang ya menunggu dan menunggu”

“Apa??? Menunggu... Menunggu bukanlah sebuah perjuangan sobattt,, lakukan sekarang,, cepat katakan, pergilah... dengan begitu kamu akan tau apakah dia pantas untuk kau tunggu atau tidak”

            Prayusman sahabatnya menyarankan secepatnya untuk mengatakan perasaan yang telah lama di pendam Fengky terhadap Desi teman kampusnya yang telah memiliki tunangan, namun Fengky telah mengetahui setelah Desi pernah bercerita bahwa dia dengan tunangannya ada masalah tapi tunangannya tidak mengakhirinya. Fengky masih bingung dengan perasaan yang dimilikinya dia takut merasa salah. Sahabatnya selalu memberi semangat untuk selalu menyatakan cintanya “hai kawan menunggu bukan perjuangan bangkitlah jangan sampai nanti kamu mudah dibinasakan oleh perempuan”

Menunggu bisa dikatakan perjuangan dan juga bukan, menunggu bukan sebuah perjuangan tapi harus diketahui bahwa menunggu dapat memberi semangat meskipun kadang kala akhirnya mengecewakan. Menunggu merupakan perjuangan jika yang ditunggu memberi harapan kepada orang yang memiliki harapan kepadanya.

Menunggu memang bukanlah sebuah perjuangan tapi bagi Fengky yang kaku dengan asmara dan takut salah, menunggu adalah cara terbaik untuk berada dijalan yang benar meskipun sahabatnya mengatakan bahwa menunggu bukanlah sebuah perjuangan. Kadangkala menunggu adalah cara terbaik, dimana kita sering mendengar ketika mengambil sebuah keputusan tidak baik jika tergesa-gesa walaupun kita ingin cepat, kita tak ingin sembarangan dalam memilih. Banyak didunia ini hal yang indah butuh waktu yang lama untuk menampakkan keindahannya seperti bunga ia takkan mekar dalam semalam, bulan ia butuh berhari-hari untuk menampakkan purnama dan banyak hal yang lain pula. Ada baiknya menunggu orang yang kita inginkan dan kita cintai dari pada harus memilih orang karena tergesa dan memuaskan diri dengan orang yang bukan keinginan kita. Ketahuilah bahwa menunggu adalah sebuah tujuan yang misterius.

Mungkinkah cinta Fengky terhadap Desi sebuah cinta yang terlarang???

Ini bukan cinta yang baik meskipun lahir dari hati yang begitu tulus. Cinta ini membuat siapa saja kecewa namun kekecewaan sekarang bukan semata untuk berhenti berharap kepada yang lain, meskipun hatinya masih terikat sebuh cinta yang kuat. Mungkin suatu saat harapan-harapan itu lahir kembali namun tidak setulus seperti yang terdahulu. Tak ada yang membuat hati merasa bahagia kecuali cintanya meskipun cintanya menari dalam kenelangsaan.

Dalam setiap helai nafasku selalu terlintas bayangmu yang tak kuasa aku gapai. Nafasku tersedah-sedah ketika ingin menggapai impian itu.

Aku berharap kamu tau perasaan ini. Perasaan berlapiskan salju putih yang suci, dinginnya membekukan perlahan membunuh cinta itu sendiri.

Aku yang telah menemukan cinta pada dirimu. Bukan cintamu yang menemukanku. Sehingga engkau pantas membunuhku dengan sifatmu yang begitu.



            Seperti apakah cinta yang halal dan baik itu, menurut kebanyakan orang mungkin cinta yang diridoi Allah, cinta yang tidak didasarkan oleh nafsu begitu dia mendengarnya. Namun apakah cinta yang sudah menempati lapisan waktu dalam kesehariannya dalam kurun waktu yang cukup lama masih dikatakan nafsu???. Setiap do’anya terlantun nama yang indah yang selalu bersenandung dalam kerinduannya. Lantas perasaan apa yang seperti demikian? Mungkin Allah menciptakan dia seorang laki-laki dengan jiwa kesabarannya sehingga dia mampu mencintai secara diam dalam kurun waktu yang begitu lamanya.

Suatu malam handponenya bergetar, sms dari Fengky mengucapkan selamat malam. “Semalat malam”

“malam juga”

“udah makan blum?” Fengky berencana mengajaknya makan

“masih kenyang nanti saja aq beli di dekat kos”

‘”oww... klo lapar jangan ditahan nanti sakit”

Beberapa menit kemudian Fengky sampai di depan kos Desi dan membawa nasi bungkus. Sementara Desi masih menyendiri di kamarnya yang juga belum makan sejak siang tadi.  Hanya berapa teman kosnya yang berada disana dan mereka juga belum tau yang dialami Desi.

“Des,, Desi” Fengky memanggil dari depan pintu kosnya

“Tunggu mas saya panggil dulu” Suara perempuan menyahut dari dalam.

Kemudian terdengar suara panggilan didalan kosnya, berarti Desi masih dipanggil. Setelah kurang lebih lima menit Desi keluar juga dengan mukenah yang masih melekat ditubuhnya. Fengky melihat raut wajah Desi yang lusuh dan rapuh.

“Kamu kenapa? Kok mukamu kayak gitu”

“Nggak apa-apa kok. Kecapean aja daripagi belum istirahat”

“Ya beda aja gag seperti orang yang kecapean, emangnya dari pagi ngapain?”

“dari pagi sampe sore kuliah  terus kepantai jadi ya beginilah”

“Owww,,, ini nasi makan katanya kamu belum makan” Fengky percaya saja kalau dia hanya kecapean

“Tunggu bentar aku ngambil uang dulu”

            Desi masuk kekamarnya, Fengky meletakkan nasi bungkus itu di kursi yang ada didepan kosnya kemudian dia pulang karena dia hanya ingin memberinya nasi. Setelah Desi keluar dia tak lagi melihat Fengky karena sudah pulang hanya nasi bungkus yang diletakkan di kursi yang dia tinggalkan, Desi mengambilnya dan membawanya masuk kemudian memakannya.


Beberapa malam fengki tidak berkomunikasi dengannya. Pada suatu malam yang terasa aneh, tepatnya malam jumat. Fengky berdiri didepan kos ber cat warna ungu, tak lama kemudian keluarlah perempuan dengan baju merah bertabur motif burung berwarna putih. Mereka duduk diteras depan kosnya dan mengobrol. Sementara Fengky banyak berfikir saat ingin mengeluarkan kata-kata dari mulutnya yang kaku karena tak biasa berbicara dengan perempuan. Bahkan malam itu pertama kalinya Fengky mengunjungi dan mengajak mengobrol seorang perempuan. Bertahun-tahun selama hidupnya ia selalu tidur dalam bayang ketidak percayadirian.  Dengan niatnya yang begitu tulus ia akhirnya memutuskan mengakhirinya malam itu juga.



Telah puas dalam menunggu

Mekarnya sekuntum jiwa keberanian

Ketulusan bersanding kejujuran hati

Suci mewangi bagaikan melati



Dengarkan dia berbicara mengejutkan sekali, lihatlah tatapannya!. Setumpuk gerogi menepi diterpa sebaris gelombang kejujuran memenuhi wajahnya yang terlihat malu. Dinding-dinding penghalang kini telah runtuh. Cukup bijak dia mengungkapkannya.

Sebenarnya aku ingin ngomong sesuatu padamu, sebenarnya aku ingin ngomong hal ini sejak dulu, tapi setelah aku tau kamu bertunangan jadi aku hanya bisa memendamnya dan mengagumimu saja. Tapi kamu pernah bercerita tentang hubunganmu yang bermasalah jadi aku sekarang dengan segala kekurangan dan ketidak pantasanku aku katakan sebenarnya aku menyukaimu.

Fengky memegang tangannya, saran salah satu sahabatnya supaya diakui keseriusannya bahwa benar-benar mencintainya. Dengan perasaan gerogi ia menjemput tangan Desi yang berada dipangkuannya. Tangan itu dipengang dengan lembut,  beberapa saat menikmati kelembutannya tiba-tiba tubuhnya menjadi dingin dan bergetar, lalu tangan yang ia pegang perlahan dilepaskannya kembali dan melanjutkan perkataannya yang belum usai.

Aku benar-benar mencintaimu, rasa itu tulus dari dalam hati, meskipun sulit menjelaskan alasannya. Aku tau kamu sedang sibuk-sibuknya dalam bisnis yang kamu tekuni, bukan aku keburu katakan ini tapi aku hanya ingin tau juga perasaanmu kepadaku. Aku mohon kamu jawab, namun aku tak akan memaksa karena aku rela menunggumu sampai kapanpun atau sampai masalah dengan tunanganmu selesai tapi kamu harus beri aku kepastian. Aku akan selalu berharap padamu meskipun kamu katakan tidak sekakarang mungkin lain waktu kamu berubah pikiran. Maafkan atas keterusteranganku ini”.

Dia menunduk bukan tak serius mengabarkan berita tersebut kepada Desi. Fengky tak kuasa melihat sinar dimatanya yang serasa menembus ke dalam hatinya. Mungkin dahulu mamanya waktu mengandung meminta pada Tuhan tuk menyisipkan bintang di matanya supaya semua orang bisa melihat sinarnya. Sinar kelembutan dan kemurahan hati. Lemah dirinya, hanya bisa mencuri pandangan itu saat Desi tak melihatnya.

Setelah Fengky terseret-seret mengatakan, mengertilah ia sebenarnya kebaikan Fengky selama ini karena menyimpan rasa kepadanya. Ia tak memberi kepastian, ia juga meminta maaf atas rasa yang diberikan Fengky. Ia juga tak akan mengerti betapa dalamnya rasa yang dimiliki Fengky. Ia memilih untuk tidak memikirkan cinta disaat masih studinya belum selesai.



................Beberapa bulan kemudian..........

            Matahari yang baru terbit sepertinya malu, ia bersembunyi dibalik awan. Fengki yang masih kecewa dengan jawaban yang diberikan desi terdiam sejenak ketika menatap handphonenya. Dia melihat foto desi dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Laki-laki yang bersama desi ternyata pacar barunya, ia jadian sekitar dua minggu yang lalu. Terkadang hal itu wajar, namun membuat tertawa. Bagaimana mungkin seorang laki-laki dapat dibinasakan oleh perempuan sepertinya.