Rabu, 04 Oktober 2017
Senin, 11 Januari 2016
MALAS
Pertemuan dan perpisahan itu nyata adanya. Bersyukurlah begitu pula aku bersyukur karena pertemuan kita, tapi tidakkah ini akan dan pasti memulai perpisahan kita yang selanjutnya. Kali ini ijinkan aku memanggilmu MALAS. Iy aq panggil engkau malas, malas yang merajai hatimu. Bukan aku tak mengenal malas, ia juga berteman akrab dengan kehidupanku. Namun, tidakkah kau sadari malas telah banyak menyita waktumu dan waktuku. Jika sebelumnya engkau mengenal pertemuan dan perpisahan, kenapa kali ini engkau tidak bisa menemukan waktu berpisah dengan si pemalas yang menempati hatimu itu.
Minggu, 10 Januari 2016
Luasnya Samudera Cinta
Seorang gadis cantik yang bermasalah dengan
cintanya karena ditinggalkan tunangannya ke negeri Jiran. Dan banyak laki-laki baru yang mulai hadir dalam
hidupnya yang selalu memberikan perhatian kepadanya disaat cintanya mulai berceceran
dan menghasilkan sungai air mata yang terus mengalir hingga bermuara di
samudera kepedihan . Rapuhkah tali ikatan pertunangan yang telah dibuatnya? Mampukah
dia bersabar menunggunya?
Di Sekolah
Sejak
berumur 6 tahun, Desi telah ditinggalkan hamzah
ayah kandungnya yang pergi merantau
ke Malasya untuk
mencari nafkah. Habiba mamanya
hanya seorang diri yang selalu menjaga
dan mendidik Desi anak satu-satunya. Dia tinggal berdua di rumah yang
menghadap ketimur dengan bunga-bunga yang berada di taman halaman rumahnya. Saat
berumur 16 tahun Desi disekolahkan di MAN pamekasan dekat rumahnya.
Tepat hari senin pertama kalinya memasuki masa orentasi siswa, mamanya
mengantar pagi-pagi sekali sampai didepan pintu sekolah. Mentari pagi mulai menyentuh tubuhnya,
cahayanya membangunkan jiwa yang telah tertidur lama mengisi liburan kelulusan
yang amat panjang. Hari pertama sebelum dimulai masa orentasi siswa (MOS) di
MAN Pamekasan mereka tetap melaksanakan upacara bendera. Kini mentalnya di uji,
hatinya yang lembut berdetak cepat merasakan masa awal dimana ia menghadapi MOS.
“HEH, namamu siapa?” Desi kaget mendengar teriakan yang keluar dari mulut
kakak panitia yang menghampirinya
“Desi kak” dia menjawab seperti biasa dengan nada lembutnya yang
dimilikinya.
“Siapa? Aku gak dengar” disusul serupa dari kakak panitia yang semakin membuat
Desi semakin ketakutan, mereka serius ketika mengerjai gadis cantik yang
terlihat lembut itu.
“Desi kak” ia mengulanginya lagi
namun sedikikit berbeda dari suara sebelumnya meskipun masih terdengar lembut
dia mengeraskan suaranya dengan nada gugup yang masih terdengar jelas.
“Yang KERASSS” pria yang pertama berteriak tadi menyuruh semakin mengerasin
suaranya.
“DeeSiiiiiii Kakk” Dia sambil menaikkan pandangannya
“Mana Perlengkapan yang disuruh bawa, Cepet keluarkan”
“Ini kak” Ia mengeluarkan semua perlengkapannya dari tas yang terbuat dari
plastik merah itu.
Semua perlengkapan yang disuruh semuanya lengkap dan kakak panitia itu
hanya mengangguk-angguk. “Iya,, iya” kemudian kakak panitia itu pergi dan
mencari mangsa yang lain.
Hari berikutnya tetap gaduh dengan kata-kata teriakan yang masih terdengar
di setiap kelas. Semua siswa baru yang sedang di ospek tidak ada yang melawan.
Mereka munundukkan pandangannya kepada bangku. Mereka harus mengikuti perintah
yang diberikan. Ketika ada yang melanggar, tamatlah dia. Karena panitia osis
akan membentak dan bahkan membuat dia malu didepan semua siswa-siswi baru. Yang
sebenarnya bentakan itu hanya untuk menguji mental siswa baru.
Sampai hari terakhir semua siswa-siswi baru dikumpulkan di lapangan basket
dalam bentuk kelompok. Sekarang dan selanjutnya tak ada lagi bentakan dari
kakak-kakak osis. Mereka semua osis berkumpul di depan semua kelompok yang
menghadapnya. Majulah ketua osis yang bernama galih beberapa langkah dari teman
osisnya yang lain. Dia memberitakan bahwa ospek telah selesai. Dia mewakili
semua osis meminta maaf kepada mereka siswa-siswi baru yang tidak disukai
dengan perlakuan yang diberikan panitia osis terhadapnya.
***
Hari senin kembali lagi, Mereka siswa-siswi baru masih mengingat dengan
jelas perkataan-perkataan osis ketika memarahinya meskipun sudah berlalu. Dari
sebagian siswa baru menirukan gerak, kata dan logatnya ketika memarahi siswa
yang terkena marah, serta ekspresi dari siswa yang sedang dimarahi lalu mereka
tertawa-tertawa menirunya. Ekspresi ceria dari semua siswa-siswi baru setelah
selesai diospek terlihat dari wajah-wajah bersihnya.
Pagi itu cuaca diluar cerah berawan, suasana sekolah kembali normal setelah
selesai MOS selama tiga hari di minggu yang lalu. Di depan regu-regu berdiri seorang pria
tinggi dan tampan. Ia galih ketua osis yang sedang memimpin upacara yang
berlangsung hari itu. Siapa yang tidak mengenalnya, seluruh siswa mengenal dia
tak lain adalah siswa paling pintar di kelasnya dan juga sebagai ketua osis.
Banyak rumor bahwa galih belum pernah pacaran. Tak jarang gadis-gadis
bersamanya namun hanya teman belajar dan juga banyak yang perlu kepadanya
karena dia sebagai ketua osis dikala itu. Banyak gadis yang mendekatinya namun
dia hanya menganggapnya teman. Ketika kepala sekolah berpidato didepan dan
semua siswa dan siswi istirahat ditempat dalam bentuk regu-regu, dalam salah
satu regu yang berada paling timur
terdengar bisikan salah satu siswi yang berbadan sedikit berlemak dan putih “Lumayan
keren yah ketua osisnya” lalu siswi
disampingnya menyahut “iya katanya bintang kelas pula”.
Desi yang sedang mengikuti upacara tesebut sudah mendengar berita tersebut,
tidak dipungkiri Desi juga ada perasaan kepada galih pria yang menyandang gelar
ketua osis tersebut. Desi siswi baru yang juga merupakan gadis berparas cantik
dan lembut serta solehah seringkali banyak pria menggodanya namun Desi selalu
menolaknya. Ketika berjalan menuju kelas yang telah menjadi tempat belajar
untuk satu tahun kedepan setelah selesai mengikuti upacara, beberapa orang
datang merayu menghampiri jalannya namun dia menghindar.
“Maaf,, aku keburu” dia semakin cepat melangkah menuju kekasnya.
“Boleh kenalan nggak,, kamu kelas 1 apa?? Tanya seorang siswa yang muncul
dari kamar mandi setelah selesai berganti seragam olahraga.
“Maaf,, permisi.” Gadis itu lalu membelah geng yang merupakan teman dari
siswa yang meggunakan baju olahraga kemudian berlari menjauh.
“Heiii, jangan lari nanti jatuh.” Sahut salah satu dari geng baju olahraga
itu.
MINGGU
TERAKHIR SEMESTER GENAP
Masa belajar mengajar sudah beberapa minggu bejalan. Ujian semester sudah
tinggal satu minggu lagi, galih sebenarnya memendam rasa terhadap Desi. Rasa
itu mulai bersemi saat melihat Desi dikerjai temannya ketika MOS. Beberapa minggu
berlalu dia selalu datang pagi-pagi kesekolah hanya untuk mengucapkan selamat
pagi di depan pintu kelasnya dan tak lain juga untuk menikmati pesona wajah
indahnya dikala mentari menyingsingkan sinarnya dan cahayanya menyinari jawah
lembutnya lewat jendela kelasnya.
“Hai,, selamat pagi.” Pemuda yang di panggil galih menunggu di depan pintu
kelasnya dan memberi selamat.
“Pagi... Pagi juga” Gadis yang lembut dan manis itu menjawab pelan, lalu masuk
kedalam kelas yang masih kosong.
“Cantik sekali kamu pagi ini,” Terkuak dari mulut galih tanpa ragu.
Gadis itu yang bernama Desi tidak menjawab dan sibuk mengeluarkan buku dari
dalam tasnya.
“Rajin sekali setiap hari pasti kamu yang pertama kali masuk dikelas
ini???” Galih bertanya sambil melihat-lihat ruangan kelas yang di tempati Desi.
“Tidak juga, aku sudah biasa. Kamu lebih rajin, sebelum aku datang kamu
sudah ada disini di depan kelasku.” Desi
menbantahnya yang dibilang rajin.
“Hehehe itu karena kamu”
Beberapa siswa-siswi mulai datang. Suara Bell bertanda masuk terdengar dari
setiap sudut kelas dan menghentikan percekapannya, lalu galih pamit kepada Desi
yang terlihat cantik di pagi itu dengan jepit rambut pink berbentuk hati
dirambut hitamnya.
“Aku pergi dulu yah,,kapan-kapan jika ada waktu kita ngobrol lagi”. Ketua
osis itu kemudian bergegas keluar dari kelas Desi.
Meskipun kadang sering dicuekin galih tetap saja tidak menyurutkan
semangatnya untuk mendapatkan gadis manis itu. Gadis yang selalu menggetarkan
hatinya ketika memandangnya. Meskipun banyak gadis-gadis yang juga tidak kalah
cantik darinya. Namun hatinya telah memilih.
Pada akhirnya terlihat setiap kali istirahat mereka galih dan Desi sering terlihat bersama
berada di kantin atau taman sekoloh. Galih sering bercerita tentang dirinya
kepada Desi, dia terlihat akrab belakangan ini. Teman-temannya menganggap
mereka sudah pacaran karena terlihat akrab dan beberapa hari ini terlihat
sering bersama.
“Ciee,, ketua osis sekarang sudah punya cewek.” Seru gadis yang bertubuh
tinggi sambil menepuk bahu kedua pasangan itu.
“Eggak kok” Mereka berdua membantah ucapan teman galih secara kompak dengan
muka yang terlihat malu-malu dan tidak terima dibilang pacaran karena
kenyataannya masih belum pacaran.
“Pasangan yang serasi, itu sudah jawabnya kompak.” Lalu dia berjalan
meninggalkannya.
“Ditunggu traktirannya pokonya” Serunya lagi sambil berjalan.
Sudah dikira pacaran padahal galih untuk mengatakan kata cinta saja belum
berani. Apalagi harus meyakinkan Desi bahwa dia mencintainya.
Pada hari-hari berikutnya Desi mendapat kabar melalui sahabatnya aini bahwa
galih akan menunggunya di taman sekolah dekat musolla saat jam istirahat.
Disanalah Galih akan mengungkapkan isi hatinya kepada Desi secara langsung bahwa
dia mencintainya sejak melihat pertama kali saat masuk SMA dan juga dengan janjinya
bahwa akan menjadikannya tunangan. Rayuan dan bunga mawar merah yang sudah
disiapkan yang akan diberikan kepadanya Desi.
Di bawah pohon ketapang tempat yang sering mereka tempati setiap kali
istirahat. Sekitar jam 10:05 Desi telah tiba di tempat yang telah sahabatnya
kabarkan kepadanya. Desi langsung duduk
di tempat duduk yang ada di tengah taman menunggunya, tapi galih belum juga
tampak. Karena soal-soal yang harus memeras otaknya untuk memecahkan soal
tersebut, galih dan anak kelas 12a belum diizinkan keluar sebelum menyelesaikannya.
Ditengah menunggu kedatangan galih Desi membuka sebuah buku yang dibawanya
kemudian membacanya.
Tak lama beberapa menit galih tampak dari ujung jalan berlari kecil
menghampiri Desi yang sedang menunggunya. Ia langsung duduk di sebelah gadis
yang sudah menunggunya dan meminta maaf karena terlambat dengan nafas yang
masih kencang keluar masuk hidungnya. Tangan kanannya yang sedang memegang buku
setelah galih datang ia kemudian meletakkan bukunya disampingnya dan ia tidak
memasalahkannya. Ia hanya menampakkan senyuman manisnya yang biasa dia tebarkan,
sebuah senyuman yang membuat galih semakin jatuh hati kepadanya.
“Sudah lama nunggu ya??? Maaf tadi guru matematika belum mengizinkan
anak-anak keluar”
“nggak kok,, ini juga baru duduk”
“pelajaran apa tadi?”
“IPS kak!!! oia kak ngerti Fisika nggak???
“Sedikit,, emangnya kenapa?”
“Aku ada tugas besok harus udah dipraktekkan !!”
“Tugasnya emang buat apaan,,?
“Disuruh buat sebuah benda melayang di dalam air mas. Suruh jelasin
teorinya dan juga dipraktekkan”
“Ohhh,,, itu mah mudah!!!” galih sambil tersenyum penuh tanda tanya
“Serius aku kak”
“Iya-iya dek beneran, aku dulu kan udah dapet tugas itu. Jadi aku tau”
Tampak muka ceria yang diperlihatkan Desi saat itu, lalu galih
menjelaskannya padanya dan menyuruh membawa benda yang massa jenisnya lebih
berat sedikit dari air dan juga menyuruh membawa garam. Garam di tuangkan
kedalam air yang sudah berisi benda, benda yang tidak terlalu berat namun masih
bisa tenggelam didalam air seperti bawang merah. Kemudian garam perlahan
ditambah dan diaduk hingga benda yang tadinya tenggelam bisa melayang karena
massa jenis air yang dicampur garam bisa mendekati atau sama dengan benda yang
akan dibuat melayang.
“Makasih kak,, klo gag ada kak entah besok aku dapat nilai apa!!
Ngomong-ngomong kak galih ngajak aku kesini ngapain?”
“Besok saja sekarang sudah hampir masuk ini sudah jam 10:25”
“Oke besok klo berhasil aku buat benda melayang, kak aku traktir jajan
dehh!!”
“Aku ikhlas kok. Semoga berhasil”
“Tidak apa-apa kak, makasih loh,, aku masuk kelas duluan ya kak,, besok jam
istirahat ketemu disini lagi” Kemudian Desi berjalan menuju kelasnya yang
berada di paling belakang.
“Oke,, besok yang banyak dan enak jajannya yahh hehehehe ndak ndak
bercanda” ia juga beranjak pergi dari tempat itu dan bunga mawar yang dibawanya
didalam tasnya.
Jam menunjukkan 10:30 dan bell pun berdering bertanda waktu istirahat telah
berakhir. Galih meskipun tak sempat mengatakan maksud ia mengajaknya karena
tersita dengan tugas fisika yang Desi berikan, namun dia masih terlihat senang
karena bisa mengajari gadis itu. Setelah Desi berlalu dari tempat duduk menuju
kelasnya galih meraba hatinya dengan tangan kanannya tiba-tiba sepertinya
getaran didadanya terasa cepat. “Ohh,, aku benar-benar jatuh cinta padanya”
kemudian ia berdiri dan berjalan menuju kelasnya pula dengan wajah tersenyum.
Keesokan harinya galih datang lebih awal dia menyiapkan kata-kata yang akan
diucapkan kepada gadis yang sering membuatnya tersenyum sendiri. Bunga mawar
yang diambil didepan rumahnya dan dikemas rapi, galih tak ingin membuatnya layu
seperti kemaren. Terlihat Desi dan temannya di Kopsis sedang memilih-milih
beberapa jajan yang akan dibelinya.
Kemudian Desi datang dengan kantong plastik yang berisi beberapa jajan
untuk mentraktir galih karena membantu mengerjakan tugas fisikanya.
“Kok banyak sekali”
“Iya kak ini jajan dari temanku juga, aku menjelaskan kepada temanku juga
teori teori yang kak galih jelaskan kemaren dan tadi aku sama guru diberi
pujian karena ujian praktek itu aku sama temanku akan diberikan nilai A oleh
guru ”
“Temanmu tidak kesini?”
“Bentar lagi dia kesini, masih kekamar mandi sebentar. Dia tuh sudah
nongol”
“Sini Ay duduk”
“Makasih lohh kak,, berkat Desi dan kak galih aju juga bisa dapat nilai A.
Oh iya aku Aini teman Desi kak” Dia sambil memberikan tangannya untuk berjabat
tangan.
“Galih”
Bukan saat yang tepat untuk galih yang sudah menyiapkan dengan matang
kata-kata dan keberaniannya yang mengebu-ngebu dalam dadanya. Dihatinya “kenapa
membawa temannya,, andaikan cepat masuk kelas kamu aku akan merasa senang
meskipun kamu tidak memberikan jajan”.
“Ini makan kak aku sama aini beli untuk kak galih”
“Iya makasih ini banyak lohh makan bareng aja”
“Kak makan sama Desi aja, soalnya aku mau ke perpus ada buku yang aku mau
pinjem”
“Beruntung” dalam hatinya berbisik. Setelah beberapa jajan yang telah
mereka habiskan, galih mulai menjalankan maksud dari tujuan kemarin mengajaknya
ketempat itu. Meskipun sempat terhalang oleh temannya tapi dia beruntung karena
aini telah pergi ke perpustakaan dan tinggal dia bersama Desi. Persiapan
kata-kata dan keberaniannya yang telah disiapkan dia buktikan di tempat itu
dengan lancar meskipun Desi masih meminta waktu untuk memikirkannya.
“Dek.... sebenarnya aku mau ngomong sesuatu kepadamu”
“Ngomong apa kak? Serius amat ngomong aja kenapa” kemudian galih mengambil
tangan Desi dari pangkuannya.
“Dek,, kamu perempuan terindah yang aku tau. Sejak aku mengenalmu dalam pikiranku
kamu yang selalu hadir. Dikala malam dan rembulan bersinar aku berharap kamu
ada disamping duduk bersama seperti sekarang. Mustahil jika aku berbohong
padamu aku katakan dengan hati yang masih terlilit sebuah asa yang menggelenggu
dalam dinding-dinding yang rapuh. Aku mencintaimu iya aku mencintaimu des.
Maukah kamu menjadi pacarku?”
“Hmmmmmm....Maaf kak,,,,,, Aku tidak bisa jawab sekarang,, mungkin aku akan
pikirkan nanti. Beri aku waktu untuk memikirkannya.. sampai ujian semester
selesai” Iya ragu untuk menjawabnya ia juga tidak ingin ujiannya senin depan
terganggu masalah itu.
Terlihat kerutan kecil di jidat galih saat mendengar Desi meminta waktu
untuk berfikir. Pikirannya tersita menerjemahkan raut wajah Desi dengan
ketidakpastian mungkin ada dua jawaban iya atau tidak. Mungkin saja dia
menolaknya namun secara halus.
“Maaf kak,, aku pergi kekelas bentar lagi bell berbunyi” Suaranya
mengalihkan tatapannya yang penuh tanda tanya itu.
“Iya,, iya.”.
***
Tepat hari senin, langit berwarna
biru tak ada awan yang menghalangi. Semua siswa setlihat santai tampa beban. Galih
dengan hati tak karuan pergi sekolah kesiangan karena beberapa malam ia tidak
merasakan tidur nyenyak karena selalu memikirkan gadis yang di ditembaknya. Pemuda
yang rajin, pintar dan siswa nomer satu disekolah itu bisa juga kacau karena
cinta yang belum pasti. Hari itu galih meminjam motor buntut milik ayahnya
berniat akan mengajak Desi pulang bareng. Di depan pintu sekolah galih menunggu
Desi cukup lama karena kelas Desi masih ada pelajaran ekstra. Setelah beberapa
jam menunggunya terlihat Desi yang sedang berjalan keluar. Hati dan pikirannya
terpenuhi oleh bayang-bayang cinta yang tak pasti dengan motor yang sudah siap menemani
galih pada hari itu.
“Dek,, pulang bareng yuk” galih mengajaknya sambil menghidupkan motornya
“Maaf kak,, aku bareng temanku naik angkot, kak duluan saja”. Terlihat dari
raut wajahnya sebenarnya tak ingin menolaknya namun Desi tak enak dengan
temannya.
Galih tak putus asa dia lalu meminta ijin pada kedua temannya itu “Adek...
gag apa kalian berdua kan klo Desi aku ajak pulang bareng???”
“gag apa-apa kok kak”
“Terserah Desinya mau apa nggak” teman satunya menjawab.
Tak dipungkiri kedua teman Desi iri padanya karena mereka tidak diajak dan
hanya Desi yang selalu mendapat perhatian dari pria yang menjadi ketua osis.
“Oke sekarang Desi mau nggak pulang bareng kak?
Desi masih terlihat malu namun ajakannya yang memaksa membuat Desi rela
berpisah dengan kedua temannya saat itu. Kemudian Desi naik motor tua itu dan berjalan
dengan asap tebal keluar dari knalpotnya. “Duluan yahhh”. “Iya kak”. “des pegangan
yang kuat”
Di perjalan galih menagih janji Desi yang belum dipenuhi yaitu memberi kepastian
pertanyaan dikala itu dan Desi sebenarnya juga menyukai galih namun harus
memikirkannya beberapa hal karena bagi seorang perempuan dia tak ingin mendapat
cinta dari orang yang salah. Hari itu di atas sepeda itu menjadi saksi
kebahagiaan mereka berdua yang sedang dilanda asmara. Yah meraka jadian, Desi
menerima cinta pertama dari seorang laki-laki yang tampan dan pintar. Sampai di
depan rumah Desi, Galih tersenyum senang ketika menurunkan Desi didepan rumahnya.
Diam sejenak dan tetap tersenyum tampa percakapan Desipun membalas senyumannya
kemudian galih pamit pulang dengan wajah kosong tampa banyak kata yang keluar
dari mulutnya. Hari-hari seterusnya Desi selalu berangkat dan pulang sekolah
bareng.
Tidak seperti biasanya, mamanya penasaran dengan teman yang selalu
mengantar jemput Desi kesekolah. Karena ditanya Desi menceritakan semuanya
kepada sang mama. Mamanyapun tidak menghalangnya karena sudah terlanjur hanya
saja memperingati untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan
hingga sampai waktunya.
Hari Pertunangan
Telah datang seorang pesuruh bertamu kerumah Desi. Dengan pakaian sopan dia
mengucapkan salam. Setelah beberapa kali memanggil pemilik rumah terbukalah
pintu rumah tersebut. Keluar seorang perempuan separuh baya sambil memperbaiki
kerudungnya dan menjawab salam darinya. Dia adalah mama Desi. Kemudian mama Desi
langsung mempersilahkan masuk kedalam. Bukan ditanyakan dulu maksud
kedatangannya takut orang tidak benar. Dilihat dari tampangnya dan pakainnya
sudah dipastikan orang baik. Lalu pesuruh dipersilahkan duduk kemudian mamanya
memanggil papa Desi yang sedang menonton TV bersama Desi. Kebetulan papa Desi
baru datang dari Malasya. Papa Desi tiba diruang tamu dan langsung mempersilahkan
kue yag ada di meja untuk dimakan. “Ayo silahkan makan” sambil menghidupkan
kipas yang ada disebelahnya dia menyuruh istrinya untuk membuatkan kopi. Kemudian
dia menanyakan maksud tujuannya "Ada keperluan apa kemari?!" dan
ketika dijawabnya ia bermaksud menjadikan putrinya sebagai tunangan dari pemuda
bernama galih. Dia pesuruh mewakili galih. Papanya Desi tersenyum dan disela-sela
senyumannya dia sedang berfikir. Ibu Desi
yang akan memhidangkan kopi mendengar percakapannya bahwa putrinya ada yang ingin
menjadikannya tunangan. Papanya lalu menanyakan rupa dari pemuda tersebut dan
anaknya siapa serta dari daerah mana. Ketika pesuruh mengeluarkan foto galih
ukuran 3R, ibunya yang melihatnya langsung mengenalinya persis seperti yang Desi
ceritakan. Sebenarnya Desi telah menceritakan semuanya kepada mamanya.
Papa Desi tidak langsung menerimanya. Dia memanggil Desi yang sedang
menonton TV. Desi tidak mendengar karena suara TV. Kemudian mamanya pergi
kedalam memanggil Desi. Dibawalah Desi keruang tamu untuk ditanyakan
kesediaannya dipinang menjadi tunangan dari saudara galih. Singkat cerita Desi
menerimanya kemudian sang pesuruh berpamit pulang untuk mengabarkan berita
bahagia ini kepada keluarga galih.
Hari petungannya akan dimusyawarahkan secepat mungkin saat keluarga galih
bersilaturrahmi kerumah Desi yang disambut juga dengan keluarga-keluarga
terdekatnya, sekadarnya saja tidak banyak yang mengetahui namun seperti angin
yang berhembus kabar mulai sampai juga hingga telinga tetangga-tetangganya. Setelah
cangkir-cangkir kopi telah surut kemudian datanglah pula hidangan makan malam
untuk menghormati tamu begitu juga menjalankan adat yang telah lama diterapkan.
Selanjutnya menentukan hari pertunangan dan disepakati yaitu hari senin malam.
Kemudian setelah didapat hasil musyawarah keluarga galih berpamit pulang dan
mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan dalam acara pertunangan
nanti sebagai calon dari laki-laki. Sebelum hari pertunangannya tiba. Desi terlihat
asyik memanjakan tubuhnya dengan lulur. Kebaya yang dibelinya di kota terlihat
menambah kecantikannya ketika dicoba dikenakannya.
Setelah sampai pada hari yang telah ditetapkan dikala itu, keluarga dan
tetangga-tetangganya yang diundang sibuk membantu menyiapkan acara kebahagiaan
ini. Desi yang sedang dihias didalam kamarnya terlihat senyam-senyum menunggu
acara pertunangan. Datanglah tamu yang ditunggu-tunggu, sebuah mobil berhias
karangan bunga didepannya yang disambut alunan musyik islami. Diiringi kedua
orang tuanya galih keluar dari mobil tersebut.
Disaksikan orang tua dan sanak keluarga. “Inilah hari yang dinantikan,
pertemuan cinta yang Insyaallah diberkati dan dirhidai Ilahi. semoga dapat
berlanjut sampai pelaminan.” “Amien”. Dalam hitungan detik terikatlah cinta Desi
dan galih dengan ikatan pertunangan yang disaksikan oleh kedua keluarganya. Semua
tamu yang telah datang beranjak pulang ke rumah masing-masing. Setelah malam
semakin sunyi karena semua orang sudah pulang dan kedua orang tuanyapun juga
sudah tidur, mata Desi belum juga tertidur masih tak bisa menghilangkan bahagia
yang terjadi tadi, terlihat dari raut wajahnya, impiannya benar-benar telah
terjadi barusan dan tinggal selangkah lagi menuju jenjang pernikahan, mungkin
dalam beberapa tahun setelah lulus kulia.
Ditinggal Ke Malasya
Sebulan setelah pertunangannya dengan galih, Desi menerima kabar jika
minggu depan ada perpisahan kelas 12 termasuk galih yang juga lulus tahun
sekarang. Susah senang dialami Desi karena mendengar tunangannya sudah lulus
namun merasa sedih karena tak dapat melihatnya setiap hari, tidak lagi
berangkat dan pulang sekolah bareng bahkan Desi tidak akan melihatnya dalam
waktu yang cukup lama karena galih setelah lulus akan merantau ke malasya
dimana pamannya bekerja disana. Disinilah waktu yang akan membuktikan kesetiaan
dalam percintaan. Dimana akan ada suara yang hanya bisa didengarkan dan foto
yang dilihat.
Saat senja berwarna jingga di ufuk barat dan matahari mulai meredupkan
cahayanya galih menyempatkan berziarah kepada makam ayahnya, dengan pakaian muslim
dan surat yaseen yang dibawanya di berjalan kaki menuju tempat pemakaman
ayahnya. Selesai mengirim yaseen kepada ayahnya galih meneteskan air matanya
dan berdoa semoga ayahnya tenang dialam sana dan lebih-lebih galih memohon
kepada Tuhan supaya perjalanan menuju malaysia untuk bekerja. Langit semakin
gelap suasana semakin sunyi galih memegang batu nisan itu dan
mengusap-ngusapnya kemudian meninggalkannya.
Malam itu yang menjadi malam terakhir bagi galih berada dikampungnya dan
besok merupakan hari terakhir melihat wajah tunangannya begitu juga tunangannya.
Ia tak kuasa memberi kabar kepada tunangannya, belum sempat mengirim sms kepadanya
handponenya berbunyi dan ia langsung membukanya yang mengira Desi tunangannya
yang mengirimnya namun setelah dibuka raut wajahnya dari yang terlihat ceria
berubah menjadi hambar lantaran yang mengirim pesan itu bukanlah Desi yang
mengirimnya.
Siang-siang galih dan mamanya serta beberapa sanak keluarganya sudah
terlihat di terminal dengan 2 koper besar. Tidak terlihat Desi disana, setelah
kurang dari 10 menit sebelum bis yang akan dinaiki galih berangkat tidak juga
terlihat Desi dan galih mengambil handponenya disaku celananya dan menghubungi
nomer yang berada di panggilan cepat tombol 1(truuutttttt..... ttruuutttt....truuuuttttt)
“nomer yang anda tuju tidak dijawab cobalah hubungi lagi nanti. Tut tut.
Galih mencium tangan mamanya beserta keluarga yang mengantarnya dan meminta
doa supaya kembali dengan selamat dan juga sukses ditempat barunya.
“Ma aku berangkat, doain aku disana dan mama juga jaga diri baik-baik”
dengan kata terbata-bata seperti baru belajar berbicara dia pamit kepada
mamanya dan air matanya jatuh dibahu mamanya saat galih memeluknya kemudian
pamannya menarik pelukan orang tua dan anak yang akan berpisah dan membawa
galih yang masih dengan mata merah penuh air mata kedalam bis
Selesai pamit dia dan pamannya mengangkat koper dan membawanya kedalam bis.
Setelah galih dan pamannya sudah berada didalam bis terlihat Desi bersama
temannya dengan baju sekolah yang masih dikenakan mereka keluar dari angkot dan
berlari namun setelah sampai di depan pintu bis yang dinaiki galih, bis
tersebut mulai bergerak maju. Desi hanya bisa melambaikan tangan dan meneteskan
air mata. Sementara galih melihatnya dari kaca bis dan mengirimkan sebuah pesan
melalui handphone kepadanya.
“Terima kasih telah mendampingiku
selama ini. Kamu akan membantuku untuk tetap berjuang keras disana karena aku
akan selalu merindukanmu. Doakan aku sehat dan sukses”.
Desi tak sempat mengucapkan kata selamat kepada tunangannya. Hatinya tak
rela berpisah, mungkin setahun sekali bisa bertemu bahkan lebih. Tak sempat
mengucapkan kata hanya air mata yang terus mengalir tak terbendung mengartikan
tak ingin berpisah namun tak ada perbuatan selain mengiklaskan kepergiannya. Setelah
bis yang ditumpangi galih sudah tidak terlihat, keluarga galih beranjak pulang
dan termasuk Desi dengan muka yang tampak pucat.
Setelah beberapa hari ditinggalkan tunangan namun hubungan mereka tetap berjalan
baik. Bagi Desi merindukan seseorang yang jauh disana dapat membuat bahagia
dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan mereka lebih
harmosis saat berpisah. Dari yang biasanya jarang telponan sekarang sering,
sampai kebawa tidur. Dari ucapan yang dulunya hanya selamat pagi dan malam kini
rutin pagi, siang dan malam. Dari yang jarang mengingatkan untuk solat sekarang
malah sama sunnahnya diingatkan.
Di jauh, kerinduan terbungkus kesetian. Perindu menjalankan tugas berat mengecam
hatinya untuk tetap kuat setiap kali kerinduan bersandar. Hampir setiap malam Desi
mendapatkan sms dari tunangannya. Selalu terkandung kalimat yang memberi
harapan dalam pesan-pesannya.
“yang udah malem besok lagi yahh,, met bobo sayang tunggu aku di Indonesia
i miss u”
“iya sayang,, met bobo juga. Aku pasti tunggu kamu disini” balasnya dengan
hati penuh harapan bisa cepat bertemu. Berharap besok saat bangun pintu
kamarnya ada yang mengetok dan tunangannya lah yang akan muncul.
Ketika adzan Subuh berkumandang lantas ibunya mengetok pintu kamarnya,
membangunkan untuk sholat.
“Nakk... Desi bangun.!!!”
“aarrrgggg..... masih ngantuk ma...”
“sudah subuh cepet bangun” mamanya memaksanya
Beberapa menit kemudian Desi membuka pintu dan langsung menuju kamar mandi
berwudu’ kemudian menghampiri mamanya yang sudah menunggunya solat berjamaah.
Rapuhnya tali pertunangan
Di malasya galih mendapat kabar yang tidak begitu menyenangkan. Perusahaan
tempat galih bekerja terjadi penurunan pendapatan yang berdampak terhadap gaji
karyawannya. Dengan gaji yang berkurang galih untuk mencapai target uang yang
dihasilkan semakin lama, namun galih untuk mengumpulkan uang banyak dia mencari
pekerjaan lain di waktu istirahatnya yaitu sore sampai malam sehingga sedikit
waktu santai dan untuk menghubungi Desi pun tak sempat bahkan Desi menelpon
tidak dia terima karena sibuk dengan pekerjaannya.
Semenjak kabar tersebut telah benar-benar nyata kepastiannya, galih
berusaha mencari pekerjaan sampingan di waktu berlainan dengan pekerjaan
utamanya. Kesana-kemari mencari, namun kerasnya kehidupan dinegeri yang lebih
maju dari negerinya sendiri cukup sulit
mencari pekerjaan karena mereka semua tidak ia kenal apalagi hanya ijazah SMA
yang ia agungkan.
Ia membicarakan hal ini pada teman kerjanya dimalasya. Si Anton, yang juga
bekerja di perusahaan tersebut. Anton tidak begitu ngotot dengan pendapatannya karena
untuk behutuhan kesehariannya bersama istri dan anaknya sudah cukup bahkan
sisanya masih ditabung.
“Sudahlah mungkin Tuhan memberimu cara lain untuk mencapai targetmu itu,
mungkin Tuhan menyiapkan jalan yang lain yang tentunya lebih baik dari itu atau
biar kamu berlama-lama tetap bersamaku hahahaha” candanya muncul dalam keadaan
serius.
“Entahlah ton,, semakin lama aku pulang ke Indonesia”
“Tidak... tidak kamu masih bisa kerja sampingan jika kamu tidak capek”
“Kerja apaan? bagaimana dengan kerjaanku sekarang?”
“Kerjanya mudah kok dan kamu ambil shif malam saja”
“Persyaratannya apa?”
“Kamu tenang aja aku yang ngurus. Om aku kerja disana nanti aku minta
bantuan supaya kamu bisa kerja disana”
“Semoga saja ada lowongan,,
terimakasih ton. Nggak tau klo tidak ada kamu gmana nasibku semakin lama aku
berada di Negeri ini.
Galih dengan kerinduan terhadap mamanya,
tunangannya beserta keluarga dan temannya di Indonesia dia mengorbankan waktu
istirahatnya untuk bekerja tambahan supaya bisa cepat kembali ke kampung
halamannya. Perkembangan selanjutnya galih jarang menghubungi Desi yang selalu
ingin tau kabarnya karena sibuk dengan pekerjaannya disana. Pernah Desi kena
marah saat lagi menghubunginya karena saat itu hampir tidak ada waktu istirahat
dan pikiran yang tak tenang, sehingga Desi takut untuk menghubunginya lagi.
Jika aku tak bersabar menunggu seorang yang ku cinta dan
bila aku tak bisa melihat wajahnya dalam waktu yang cukup lama dan bila aku tak
bisa mendengar kabar darinya, apa yang bisa kulakukan. apakah aku harus tinggalkan
dia? Sementara diriku tertawan oleh ikatannya. Apakah aku harus membiarkan
cinta ini pupus? sementara dulu pernah bergelora tuk menjadi impiannya. Apakah
aku harus menganggapnya telah hilang? sementara puing-puing rindu masih
ditemukan dalam hatiku. Rindu yang menyakitkan bukan sebuah penghibur dan
kesabaran pula tak lagi cukup kuat. Apakah aku harus melepaskan meskipun
keinginan dahulu belum didapatkan.
Setelah sering diabaikan, Desi mulai bosen karena saat menghubunginya
selalu tidak ada respon. Setelah beberapa bulan lamanya tak ada kabar, Desi
mendatangi ibu mertuanya yang yang masih satu kota dimana Desi dan ibunya
tinggal, untuk menanyakan kepastian dari hubungan mereka, tetapi apa yang di
dapat dia mendapat kecaman karena galih disana sedang sibuk terhadap
pekerjaannya yang harpir 24 jam.
“Kamu ini tidak sabaran menunggu
tunangannya yang sedang susah payah bekerja dimalasya untuk hidupmu juga kelak”
ucap mertuanya sambil melirihkan pandangannya,
kemudian Desi dengan nada tidak nyaman menjawab “ini sudah beberapa bulan dia tidak ada kabar bahkan saat dihubungi
selalu tidak bisa, saya tidak mengerti maksudnya kenapa tidak memberi kabar!!”
“Tunggu saja sampai dia pulang, atau kamu sudah ada yang lain yahh?”
“MasyaAllah ibu,, tidak ibu, saya hanya hawatir padanya” Desi membantah
pernyataan mertuanya yang menuduh memiliki laki-laki lain selain putranya
Kini Desi hanya pasrah kepada keadaan dan terus menjalani kehidupannya
tampa memikirkan kabar dari tunangannya dan tak sempat meminum teh hangat yang
diberinya lalu Desi pamit pulang setelah mencium tangannya dan beranjak keluar dari
rumahnya.
Kebahagiaan
bagaikan
taman impian yang semua manusia mencarinya namun sedikit dari mereka yang
mendapatkannya. Walaupun beragam impian dan berbeda-beda
jalan untuk mendapatkannya, ada yg menganggap bahagia lantaran cinta, harta kekayaan atau tahta. Mereka
semua lebih banyak yang mengejar kesenangan semata untuk memenuhi keinginannya.
Sebenarnya kebahagiaan yang sesungguhnya sangat sederhana yaitu
hidup
yang tentram, bahagia tanpa adanya rasa kesedihan dan kegundahan. Dan yang
utama adalah mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan maka ketentraman,
kebahagiaan dan perasaan aman akan hadir menyusul.
Cinta yang
sudah terikat hubungan pernikahan Tak menjamin indah bagai pelangi, yang
membawa harmonisan dan bahagia apalagi hanya
tali pertunangan sepertinya.
banyak hambatan yang dilalui saat terbang menggapai surga kebahagiaan yang di
impikan.
suatu ketika jika salah satu sayap -sayap cintanya berguguran disitu sebenarnya
belum akhir dari segalanya, tapi bagaimana Salah satu sayap itu memberi
kekuatan dan tetap setia menemani sayap2 rapuh yang masih melekat di tubuhnya
sehingga semangatnya tetap berkibas. Terkadang bukan hanya hembusan rasa
cemburu yang menghalangi,
terpaan angin
bosan yang
datang tiba-tiba,
pelangi
yang hadir saat menghabiskan hujan rintik jatuh dari lekukan pipi ketika
hampir mencapai impian.
Bertahan pada impian meskipun
angin dilangit cintanya
dapat mengubah
haluan dan rasa
saling percaya yang akan
membawa kita tetap bersama meskipun hanya didepan taman impian dengan beberapa
sayap yg tersisa di tubuh.
Cinta memerlukan kesetian dan kesetiaan itu membutuhkan insan yang dapat
menepati janji-janjinya.*
Jika hidup sudah dibuat berpasang-pasangan, mengapa mereka remaja-remaja
sekarang repot dengan cintanya. Mereka bagi perempuan hanya menunggu dan memilih
yang baik menurut mata dan kemudian hati yang menentukan. Namun setelah hati
sudah memilih kadang kala itu bukan kebenaran yang sudah Tuhan siapkan untukmu
namun hadirlah orang lain yang mungkin tidak kita duga sebelumnya. Jodoh yang
akan memeliharamu di dunia sampai akhiratNYA kelak, yang rela tetap menjaga
nama baikmu dihadapan maupun dibelakangmu serta menjauhkanmu dari kesedihan
yang membuat warna keindahanmu memudar.
Mengingat Hari Pertunangan
Sore itu, entah berapa detik,
menit, jam, bahkan hari yang telah berlalu. Ketika itu masalalunya
mememanggilnya ia mengajaknya bererita, mengingat kejadian yang pernah dilalui.
Sebuah masa yang penuh kebahagiaan yaitu
hari yang memang Desi
impikan, hari pertunangannya
berlangsung. Dia
merasa sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Saat itu dia merasakan, rasa yang belum
pernah dialami, sebuah rasa yang tidak dapat diceritakan dalam sebuah tulisan.
Rasa yang membuatnya
menerawang jauh pada kejadian-kejadian yang akan dilakukan saat masa depan
dengan penuh kebahagiaan. Saat itu galih
melantunkan janji-janji suci dari bibir manisnya dan menatapnya dengan mata indahnya
yang penuh cinta kasih sayang mengatakan didepan keluarga dan keluarganya bahwa galih
benar-benar mencintainya setelah memasang cincin di jari manis tangan kiri Desi
dan memintanya apakah bersedia menjadi tunangannya.
Dikala itu
Desi
tidak tau bagaimana raut wajahnya
tergambar dihadapan keluarganya
dan keluarga galih.
Desi
hanya melihat senyuman manis dari mulutnya saat pertanyaan itu tertuju padanya. Dia terdiam kaku, mulutnya masih merangkai
huruf-huruf yang akan diucapkan.
Darah dalam tubuhnya perlahan
mencair dan mengalir kembali, secara tidak sadar kepalanya mengangguk mengikuti
hati mewakili mulut yang masih tertutup rapat.
"Des... Desi" tiba-tiba suara
mamanya
menghentikan lamunannya.
"iya mam" Desi menjawab dan
keluar dari kamar sambil mengusap pipinya yang basah oleh airmata yang
menetes
dari sudut matanya yang rapuh.
Kenangan saat hari
pertunangannya
itu terukir dibalik jendela kamar tidurnya
saat senja menyapa. Semua yang terjadi waktu itu benar-benar semu. Hanya
melahirkan keindahan yang menyakitkan dalam ASA.
Menikmati lembut bahasa dari lihai bibirmu di atas buaian cinta, membuat
nyaman perasaanku dikala itu. Lalu masa-masa yang indah itu dengan cepat
berlalu bersama sifatmu yang berubah pula. Dia Desi tak lagi mengharap banyak dari galih kekasihnya, dia tau bahwa tunangannya berlayar jauh ke
negeri orang. Desi bahkan tak pernah sedikit
berfikir sang tunangan
berpaling darinya, dia gadis yang setia
dan tetap menunggunya meskipun sudah beberapa tahun tidak ada kabar, dia masih terus menyebut
nama tunangan yang dibanggakan
dalam doa-doanya,
namanya
tetap dia
puja semoga sang tunangan sukses disana. Tapi apa yg dia dapat??? tidak ada,
bahkan tunangannya
tak pernah memberi kabar. Setiap hari, seminggu,
sebulan, setahun bahkan sudah cukup lama dia
mnunggu hingga tak merasakan lagi galih
sebagai
orang yang pantas untuk ditunggu.
Waktu demi waktu berlalu begitu cepat hingga musim silih
berganti. Dunia ini pun banyak berubah. Banyak manusia-manusia yang sulit
dipahami. Janji-janji hanya bagaikan angin yang lewat dan hilang begitu saja. Galih
laki-laki yang dia
impikan dulu untuk mengarungi samudera kehidupan dengan mimpi bahagia yang
begitu nyata di angannya.
Yang dia
anggap seperti raja dan permaisuri dalam dongeng yang nenek-nenek dulu saat kecil
sering ceritakan padanya, seperti dalam novel-novel remaja yang endingnya
selalu berakhir bahagia. Aneh iya dia laki-laki aneh, dia yang sejak dulu Desi percaya sekarang
menampakkan keanehannya. Keanehan itu membuat kepercayaan Desi mulai luntur terbawa
air sungai kecil di pipinya, membuat hatinya
merasakan pgalihh yang belum pernah dia
rasakan sebelumnya, begitu sakit hati yang Desi rasakan bagai tertusuk panah yang beracun
saat mengenangnya. Namun api sejuk terbungkus tubuhnya yang lembut bagaikan
salju. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain selain melelehkan salju yang
terbakar api kecewa dalam tubuhnya melalui matanya yang sayu.
Senja mulai memudar, malam mulai petang dan sunyi.
Rembulan hampir selalu terus menghiasinya, namun tetap tak mengubah kesepian
jiwanya yang kosong. Cahaya rembulan baginya tak terasa indah bahkan purnama
hanya hiasan malam yang datang sebulan sekali.
Dia menghantarkan pertanyaan
lewat angin yang berhembus saat senja mulai pudar warnanya, bintang-bintang berkedip menyapanya menemani malam yg
penuh nada kegundahan. Untuk meringankan kesedihannya yang terbakar api
kecewanya “Apa
salahku padamu wahai kekasihku??? Sepatah kata aku tunggu meskipun sulit diartikan akan aku dengarkan
dan akan ku jawab
karena itu berharga bagiku dibandingkan yang lain namun kau tak pernah memberi
kabar”. Sekarang
dia
sadar bahwa tunangannya
mungkin tak lagi mengharapkannya menjadi
pendamping hidupnya.
Bahkan Desi tak tau apa tujuannya?? sampai saat ini dia tidak mengakhiri
pertunangan dan menggantung hati yang sudah tidak mengharap perlindungan darinya. “Sungguh sakit hati
ini, meskipun aku terus menampakkan wajah berbohongku sehingga aku terlihat
seperti wanita kuat. Bukan tidak terlintas lagi dalam bayang ingatanku, aku
masih mengingat jelas saat kamu memasang cincin di jari manisku dan
janji-janjimu yang manis dulu aku masih mengingatnya” berkata dalam
hatinya yang gundah.
Desi
selalu berdoa saat terlintas dalam ingatannya mengenang laki-laki itu “Tuhan... buat hatiku tenang
apapun yang aku alami dan yang aku rasakan saat ini”.
Meskipun
malam terlihat indah dengan bintang-bintang di sudut gelap pada akhirnya Desi juga
masih membutuhkan
purnama dalam hidupnya. Dia selalu percaya bahwa suatu
saat nanti Tuhan akan mendengar doa-doanya,
akan menjawab permintaan-permintaannya.
Bahkan Desi lupa bahwa masih ada ibunya yang
selalu menyempatkan waktunya untuknya, keluarga yang menyayanginya tampa harus dia minta, masih ada
sahabat, teman dan orang yang selalu ada yang selalu memberinya semangat tapi dia selalu hiraukan. Laki-laki itu mungkin
memang dilahirkan untuk mengajarkan tentang kehidupan, hingga dia sadar untuk mencapai
dan menemukan kebahagiaan yang nyata harus melewati jalan yang berliku, harus
mengalami rasa sakit terlebih dahulu, karena waktu itu pasti ada.
Melanjutkan Kuliah
Malam itu
yaitu malam perpisahan semua siswi mencari kebaya untuk acara perpisahan besok
di Aula MAN Pamekasan dimana Desi juga belajar disana. Tempat persewaan baju
sudah tersewa Desi terlalu lambat sehingga tidak kebagian. Mamanya saat itu
juga menelfon kerabatnya diluar kota kebetulan anaknya seumuran dan menjadi
model majalah kebudayaan jadi saat ditelfon ia menyanggupi sebuah kebaya yang
pernah dipakainya. Saat hari perpisahan berlangsung beberapa pandangan tertuju
pada Desi yang mengenakan kebaya adat dari kerajaan madura, pesonanya
bertabur-tabur saat mengikuti jalannya acara meskipun terlihat kerutan
didahinya mengingat kesedihan yang dialami.
Di hari perpisahan Desi duduk di barisan
nomor dua dari depan paling kiri bersama teman-teman akrabnya, Mereka terlihat
bahagia dan haru mengikuti pesta kelulusan dan juga perpisahan yang digelar di
Aula sekolahnya. Ekspresi haru mengisi suasana perpisahan saat salah satu
perwakilan siswa lulusan terbaik mengisi puisi berjudul Perpisahan. Kehidupan
baru akan mereka jelajahi demi masa depan yang cerah benderang. Mereka saling
bercerita tentang Universitas yang akan dituju untuk menimba ilmu sesuai
keinginan dan bakatnya masing-masing
“Oh iya Des.. kamu melanjutkan
kemana setelah lulus dari sini?” tanya Ratih sambil memandangi kepala sekolah
yang memberi sambutan didepan.
“Aku daftar di UTM bareng Aini juga, do’ain ya semoga diterima disana kalau
kamu sudah daftar dimana”
“Kalian enak ada temannya dari sini, aku sendirian” Jawab Ratih dengan wajah
yang berubah menjadi lusuh
“Memangnya daftar dimana?” ucap Aini penasaran
“Aku daftar Akbid di kediri, cuma aku sendiri dari sekolah ini ”
“Kita berpisah dong…yang daftar di
UTM beberapa anak tapi aku tak begitu akrab hanya Aini yang aku tau bahkan satu
jurusan”
“Hm… Tapi, kita tidak boleh putus komunikasi. Kita selalu saling beri kabar
ya” Aini memberi semangat kepada Ratih yang wajahnya layu.
“Itu harus” Ratih menambahkan
“Ok.
Dengan modal ilmu dan ijazah yang ditempuh di SMAnya Desi mendaftar kuliah
di universitas trunojoyo madura (UTM) bersama beberapa temannya meskipun
jurusan yang ditempuh berbeda dan hanya Aini yang kebetulan satu jurusan. Acara
perpisahan telah usai. Desi mengambil tas yang diletakkan di lantai depan kursi
yang ia duduki. Dia tidak langsung pulang, masih berdiri memandang setiap sudut
ruangan mencari teman-temannya. “Heii teman,,
ayo foto bareng kapan kita bisa berkumpul seperti ini lagi”. Dia mendekati
guru wali kelas yang di gerumuti beberapa temannya yang sedang tersenyum
didepan kamera yang berdiri dengan tiga kaki itu.
***
Pengumuman dari semua Universtas telah diberitakan secara online. Dia
diterima di UTM, setelah memasukkan Nama ID dan Password di portal penerimaan
mahasiswa baru di warnet dekat rumahnya Pamekasan. “Alhamdulillah” Ucapnya didalam ruangan kecil itu. Dia langsung
Tersenyum senang dan mematikan PC yang disewa. Dia berdiri kemudian mendekati
operator dan memasukkan tangan kanannya dalam saku celananya yang kanan. Dia
berikan selembar uang kertas yang sedikit keriput. “Ini kembaliannya bak tiga ribu” dia mengambilnya lalu pergi.
Pada kesehariannya dia selalu bersama temannya sejak SMA hingga kuliah
yaitu Aini. Matahari telah beristirahat dikediamannya. Masjid-masjid telah
selesain mengumandangkan Adzan. Dikamarnya Desi sedang solat Magrib. Baru
rakaat pertama
terdengar bunyi handphonenya bertanda ada pesan masuk. Desi melanjutkan solatnya sampai selesai dan
berdoa. Kemudian membacanya ternyata dari lukman teman dikampusnya yang tak lain
kakak tingkatnya satu jurusan dengannya.
“selamat malam... lagi ngapain?”
“malam juga, baru selesai sholat”
“Sudah makan, makan diluar yuk?” Lukman lagi-lagi mengajaknya makan diwarung favoritnya dan Desi
merasa tak enak setelah beberapa kali ia mengajaknya meskipun sebelumnya bukan
mengajak makan.
“Hm,, gimana ya.. iya deh tapi jangan lama-lama”
Malam itu Desi berpakaian biasa, dengan hijab warna hijau kesukaannya dan jaket batik yang
dikenakan saat itu terlihat cantik meskipun sederhana. Duduk didepan TV sambil
menunggu lukman menjemput, tiba-tiba teman kosnya memberi tau bahwa ada temannya yang mencari diluar. Kemudian Desi
keluar dan beranjak pergi bersama lukman yang sudah datang menjemputnya. Setelah selesai makan mereka masih mampir ke toko. Sedikit kata yang keluar
dari mulut lukman, dia adalah pria pemalu Desi mengenalnya. Sampai di
pertigaan jalan kos Desi, lukman tidak membelokkan motor yang dikendarainya dia
terus lurus. Desi bingung kemana dia akan dibawa dan sampai di taman kampus
galih berhenti dan tersenyum kepada Desi dan mengeluarkan minuman yang dibeli
ditoko tadi.
Purnama
bersinar indah dikelilingi bintang dilangit gelap, tepatnya di bawah pohon cemara
yang berada di taman kampus. Disana mereka
duduk menikmati minuman yang dibelinya ditoko tadi. Keluar beberapa kata dengan
gugup terlihat dari bibir lukman
yang bergetar kaku.
“Malam ini
cukup indah ya???” lukman
sambil memandang ke atas
Lalu Desi pandangi bulan yang
menyinari mereka
“Iya” Desi menjawab santai, meskipun menurutnya biasa saja sama
seperti malam-malam biasanya.
“Indah
karena aku melihat mersamamu” lukman mulai merayunya
“Ahh,,
biasa saja” seru Desi seraya tersenyum
“Sebenarnya
aku mengajakmu kesini. se..se.benarnya aku hanya ingin menuruti keinginan
hatiku saja” lukman
berkata sambil menunduk
“Maksudnya???” Jawab Desi
penasaran
“Iya,
semenjak aku mengenalmu aku merasa aneh pada diriku”
“Memangnya kenapa dengan dirimu, aneh kenapa?” Desi menatap wajahnya yang
tak sanggup melihatnya
saat itu
“Aku
selalu melihatmu, kamu selalu terlintas dalam benakku, aku tak tau dengan
keadaanku yang sekarang ini, hingga waktu membawaku menguatkanku mengatakan.
Aku harus jujur pada diriku sendiri dan dirimu. Betapa bodohnya aku, sudah tau
bahwa kamu sudah bertunangan namun aku masih nekat demi perasaanku padamu.
Maaf, maafkan aku yang tak kuasa menahannya”
Desi
hanya termenung mendengarnya, entah
apa yang Desi
fikirkan saat itu. Tatapan yang hanya sekilas Desi melihat matanya yang sayu
terkandung kejujuran dalam hatinya. terlihat masih banyak kata yang ingin
dikatakan kepada
Desi.
Kemudian lukman melanjutkan
kata demi kata yang sempat terhenti.
“Des, aku tak begitu
mempedulikan jawabanmu kamu boleh jawab suatu saat nanti, aku hanya ingin jujur
meskipun hatiku berharap sangat dan beban yang aneh ini tidak lagi begitu
menyakiti hati. Aku hanya ingin kamu mengisi kekosongan jiwa yang hampa ini,
mencerahkan hidupku yang kelam ini, maukah kamu menemaniku dikala susah maupun
senang?”
“Sebenarnya....
sebenarnya aku.”
“sttttt....
Aku tidak perlu jawaban sekarang. Jangan kau jawab semua pertanyaanku tadi,
karena hati ini masih belum siap di terpa ombak yang lebih besar lagi. Jawablah
bahwa kamu akan memikirkannya.” lukman
serentak menghentikan perkataan Desi yang
tak sampai selesai.
Percakapan mereka mulai lebih
serius saat lukman menyatakan perasaan itu pada Desi, Desi juga tak bisa
berkata apa selain menunduk dan tak sengaja melihat kaki lukman yang bergetar. Sudah
larut malam Desi mengajak pulang kemudian lukman langsung beranjak berjalan ke
sepeda yang di parkir di dekat mereka duduk. Sampai di kosan Desi pun masih
berfikir tentang perasaan lukman kepadanya yang tak tau Desi harus bagaimana
menyikapinya, tak terkira sudah menunjukkan jam 12 Desi belum jua belum menutup
matanya dan masih memikirkan percakapan tadi di taman kampus. Desi harus
memikirkan terlebih dahulu untuk menerimanya, memang lukman laki2 baik, sopan
tidak banyak bicara begitu Desi mengenalnya.
Desi kembali berfikir tentang kejadian
di taman kampus, hal itu yang memaksanya menjawab meskipun lukman tak butuh
jawaban sekarang namun sebagai perempuan Desi sudah pernah merasakan rasanya
menunggu sakitnya menunggu yang sudah lama tak pernah memberi kabar. Desi tak
ingin lukman juga merasakan hal yang sama seperti dirinya yaitu menunggu
seseorang yang tak pernah memberi kabar. Tapi Desi harus menyelesaikan masalahnya
terlebih dahulu yang belum kunjung berakhir dengan tunangannya. Meskipun sedikit
terlintas di hati Desi untuk menerimanya dia masih terikat tali yang sulit
kulepas ikatannya, apakah salah besar jika menerima orang lain saat masih
terikat pertunangan.
Ia tidak nyenyak tidur, lampu kamar
sudah dimatikan dan guling yang dipeluknya tak membuatnya tidur meskipun mata
indahnya tertutup, kata-kata yang diucapkan lukman masih memaksa hatinya untuk
memikirkannya. Earphone di meja kemudian dicolokkan pada handponenya dan
memutar musik, ia kemudian berdoa supaya bisa tidur. Setelah beberapa lagu
melow yang ia putar akhirnya dia juga lelap.
Dia harus memilih pilihan yang sulit
dimana pilihan itu muncul ketika dirinya
kurang mendapat perhatian dari galih yang sedang mempertaruhkan waktunya
untuk mendapatkan ringgit. Kebosanan yang dialaminya membuatnya harus terus
berfikir untuk menerima cinta dari lukman. Lukman dapat membuat kesedihan Desi
selama ini mulai menghilang dan merubahnya menjadi canda tawa.
Sepucuk Surat Untuk galih
Kembang api menghias malam ditahun baru. Letusan apinyanya menggetarkan
jiwa meretakkan dinding hati yang dibuatnya, memaksa membuka hati
ini untuk lepas dan bebas dari penjara cintamu yang kau berikan padaku. dikala api-api itu
bertabur saat itu pula tahun telah berganti. semua orang besorak berbahagia
menikmatinya. beberapa tahun belakangan tidak dengan gadis cantik
yang bersedih,
hatinya
menolak untuk bahagia membuka lembaran kehidupan yang baru. hatinya mulai sadar mengapa
dia masih hidup setelah tunangannya menggantung sekian lamanya bahkan dia tidak bertemu
malaikat yg akan menjemputnya. Dinding yang dibuat
tunangannya itu
sungguh lemah dan mudah retak tapi mengapa hatinya takbisa keluar dari penjaranya yang rapuh itu.
Tepat
pergantian tahun Desi
menuangkan perasaannya
dalam baris2 kertas yang mengkerut salah
satu sudutx, terkena tertetesan air mata yang menetes saat
mengingatnya.
"untuk
galih
Aku mengerti begitupun kamu mengapa aku tuliskan surat
ini, aku tau bahwa hanya aku yang ingin tau kabarmu, tapi kamu tak pernah
memberi kabar. iy hanya aq saja yg merasa rindu padahal kamu lupa, iya
hanya aku saja yg mersakan sedih
padahal engkau tidak. Sedih
ini sudah sering aku alami kau tak perlu risau atau cemas, sedih ini sudah menjadi
sahabat dalam hidupku kau tak perlu tau, sedih ini kadang memberi semangat
untuk bangkit meskipun merasa kecewa. Aku terlihat bodoh masih berharap kepada
seseorang yang tak memberi harapan. Dengan segala kesalahan yang mungkin pernah
aku perbuat kpadamu, aku jelaskan kemaksudku. aku ingin mengakhiri pertunangan
ini. Aku ingin hidup bedas dari kesedihan ini aku tak ingin selalu
membencimu setiap mengingat. Aku sangat berharap kamu sudi mengakhiri
melepaskan aku dari
pertunangan ini.
Desi”
Desi menulis singkat dalam surat
yg akan dia
kirim lewat pos kepada seseorang yang pernah dia impikan menjadi kekasih
hidupnya selamanya dimana dia sedang sibuk bekerja di malasya. Desi hanya bisa mengirim
surat itu setelah dia menghubunginya selalu tidak bisa. surat itu mungkin tak terduga
kedatangannya. tapi Desi
memberi kejelasan bahwa dirinya tak ingin melanjutkannya. Meskipun
perasaannya sulit ditumpahkan dalam tulisan, namun waktu memaksanya mengalirkan
tinta meminta kejelasan dan kebahagiaan yang tak pernah terlihat dalam
nada-nada suaranya yang tertulis dalam surat untuk mengharap tunangannya
membakar ikatan tali yang semu itu, ikatan yang akan terlepas setelah lama
dibakar dan senyawa2 cinta yang masih ada akan menguap ke udara bebas. Setelah
menulis surat itu Desi berusaha dan berjanji pada jiwanya dan bintang yang
tampak disela-sela jendeda untuk tidak merindu kepada tunangannya meskipun
sayap-sayap cintanya yang pernah mereka buat bersama memaksanya jika
diingatnya.
Asmara Terlarang
Liburan semester sudah tiba, mahasiswa-mahasiswa banyak yang pulang kampung
setelah ujian dan tugas-tugasnya selesai, hanya beberapa orang yang ada dikosan
termasuk Desi. Desi duduk dimeja memegang pena dengan kertas folio bergaris dan
tumpukan buku tebal yang ditatapnya. Sekeliling kos dimana dia tinggal sangat sepi, sunyi hanya suara binatang malam yang
terdengar dari sawah disamping kamarnya. Sudah seminggu berlalu Desi yang
mengirim surat itu namun balasan yang ditunggu belum jua datang. kemudian Desi
terkejut setelah terdengar suara ketukan pintu dan memanggil namanya, dan Desi
menyuruhnya masuk.
“Aini sahabatku ada apa kamu kemari??? aini belum menjawab dan langsung
merobohkan badannya dikasur yang sudah Desi rapikan untuk ditiduri. Setelah
beberapa obrolan yang berlansung aini menanyakan hubungan Desi dengan
tungannya, pertanyaan itu membuat Desi penasaran dan Desi menjawab tak ada
masalah namun aini terus bertanya tentang surat, dan aini menuturkan bahwa dia
tak sengaja membaca status facebook galih beberapa menit yang lalu, anini
menuturkan bahwa Desi dalam status itu tak punya sopan santun telah mendatangi
ibu galih dikala itu ingin mempertanyakan hubungan dan meminta mengakhiri
pertunangannya. Dari kata-kata aini yang dituturkannya membuat emosinya Desi
naik kelevel yang lebih tinggi, tugas di lembaran kertas yang tadinya hampir
selesai sekarang mengkerut karena tangannya yang tak kuasa menahan amarah. Desi
saat itu semakin tak sudi setelah mendengar pernyataan tunangannya lewat
temannya, bahkan surat darinya belum berbalas datang kabar yang tak terduga
dari temannya.
Ku hanyutkan kesedihan ini lewat sungai kecil
airmata yang tak
terbendung lagi. Tetes-tetes cinta mengalir bersama airmata, sampai pada sebuah samudera yang luas masih terukir indah
kenangan bersamamu. Seolah tak berdaya menahan kegagalan cinta yang
pernah di impikan sebelumnya. Gelombang-gelombang
kebahagiaan membawanya melewati garis2 kegagalan. Semua kesedihannya larut dalam sebuah tempat yang
terkenal dengan luas dan kedalamannya.
Sudah sering kesedihan menemani hari dan malamnya selama ini tak jarang
kadang kala meneteskan air mata. Desi sudah dewasa bukan lagi gadis imut
seperti sejak SMA, dia akan berusaha dan tak akan lagi mengkiblatkan kehidupan
kepada cintanya yang kering melebihi keringnya pulau madura saat musim kemarau.
Dia akan membuktikan kepada mereka kepada orang yang tak percaya kepadanya
dengan jalan yang dia jalani sekarang.
Sms yang selalu datang disaat waktu yang tepat pula, pesan dari lukman
untuk memberinya semangat.
“Jangan berlarut dalam kesedihan,,, jangan pula memikirkan seseorang yang
tak pernah memikirkanmu karena itu akan membawamu kedalam luka yang lebih
dalam.”
Lukman yang sering memberi semangat dan menghiburnya selalu ada untuk Desi
yang merasa dilanda kekeringan dilahan cintanya. Suatu saat Desi memutuskan pilihan
yang tak seharusnya ia ambil yaitu menerima cintanya yang sudah lama dia
ungkapkan di taman kampus itu. Desi tidak tau harus tetap menunggu tunangannya
sampai kapan hingga akhirnya putus asa dan mengambil sebuah pilihan saat
pikirannya di tutupi kabut-kabut perhatian yang diberikan lukman kepadanya.
Bukanlah Desi saja yang berada dalam kabut kenistaan, lukmanlah yang mengajak Desi
untuk menjalani hubungan tanpa restu orang tua Desi yang masih percaya kepada
galih karena tak jarang dia menghubunginya, mungkin galih punya alasan tersendiri
untuk tidak menghubunginya.
Tidak lepas dalam ikatannya Desi masih terikat tali pertunangan dengan galih.
Namun galih sekarang sudah tidak tampak dalam pandangannya. Lalu setelah beberapa
bulan menjalani hubungan asmara terlarang, kini Desi harus jarang melihat
lukman kekasihnya karena saat ini hari ini Desi mengabadikan momen berfoto
selfie dengannya yang sedang memakai toga, yah dia lulus dari kampus yang
menjadi kenangan asmaranya dimulai dengan lukman tanpa sepengetahuan tunangan
dan kedua orang tuanya sendiri. Sebagai seorang kekasih lukman masih memberi
waktu disela-sela sibuk bekerja di bank. Lukman kebalikan dari tunangannya yang
bekerja di malasya, dia selalu memberi kabar bahkan saat hari libur dia
menyempatkan datang kekampusnya untuk menghilangkan rasa kangen yang menyelimuti
hatinya.
Ketika pulang ia disambut mamanya
seorang diri yang selalu merindukannya meskipun setiap minggu ia pulang.
Mamanya adalah wanita yang sangat kuat dalam menahan rindu. Rindu terhadap Desi
begitu pula kepada ayahnya Desi yang hanya bertemu setiap tahun. Ia begitu
sabar menghabiskan waktunya seorang diri dirumah itu. Terlihat setiap weekend Desi
harus pulang untuk menemani mamanya yang sendiri. Tiba-tiba tak sengaja
terlihat dilayar laptopnya sekilas sebuah foto sedikit mesra Desi dengan
seorang pemuda yang ia belum kenal, bukan tunangannya ketika sang mama menemani
Desi bermain laptop. Mungkinkah mamanya mamanya melihat foto tadi atau ia
mengganggap laki-laki tadi adalah galih tunangannya. Desi melihat wajah
mamanya, namun tak ada perubahan dari raut wajahnya, bisa saja ia tak
melihatnya. Kemudian ia mutar sebuah film korea kesukaannya yang di bintangi
lee min hoo.
Teman baru
Disaat kesibukan Desi dan masalah segitiga cintanya hadirlah sosok pria
yang kaku dan baik hati, dia selalu penampakkan kebaikannya kepada Desi. Dia
selalu menawarkan kebaikannya namun Desi sering kali mengabaikannya bahkan ia cuek
terhadapnya karena sebagai seorang wanita yang sudah memiliki kekasih harusnya
begitu. Dia bernama Fengky laki-laki yang dikenal sejak diklat di tretes. Fengky
tidak mengetahuinya bahwa Desi berpacaran dengan lukman, dia hanya mengetahui
dari temannya Desi bahwa ia bertunangan. Hubungan itu yang membuat Fengky tidak
ingin mengetahui begitu dalam tentang Desi. Meskipun saat pertama memandangnya
di tretes saat diklat menumbuhkan benih-benih cinta yang lama tidur.
Perkenalan itu terjadi saat Fengky dan Desi ikut diklat yang bertempat di
Tretes dalam suatu organisasi kampus. Selama 3 hari ditretes tepat hari minggu
semua panitia dan anggota beranjak pulang ke madura tempat dimana kampus mereka
berada. Di madura Fengky penasaran dengan perempuan berparas cantik dan lembut
itu. Ia mencarinya di facebok yaitu di media sosial yang paling banyak
digunakan. Ketika sudah berteman Fengky mulai sok kenal dan perhatian, namun
kadang Fengky dibuat kesal karena pesannya tidak dibalas meskipun sudah
dibacanya. Fengky meskipun dicuekin dia terus memulai percakapan dan meminta
pin BBM dan juga nomer teleponnya. Sms jarang dibales, mereka lebih aktif di
BBM karena lebih gaul begitu kiranya atau lebih murah dibanding sms.
Percakapan selalu dan selalu laki-laki yang memulai artinya Fengky terus
yang memulai dan juga yang bertanya bahkan parahnya jawaban darinya sangat
singkat bagaikan soal pilihan ganda yang hanya di jawab A/B/C dan D. Mereka
mulai terlihat akrab terlihat dari sapaan yang saling memanggil kakak. Entah
panggilan kakak datang dari mana, bukan karena mereka saudaraan atau lebih tua
dari Fengky tapi Fengky pertama kali memanggilnya meskipun umurnya lebih muda
darinya dan akhirnya sapaan itu digunakan mereka berdua seterusnya.
Desi pulang setiap minggu dari tempat kosnya. Pada hari sabtu malam, Fengky
menyapanya “Selamat malam” dan dia membalasnya agak lama. Fengky mengingatkan
pada masa lalunya yang telah kelam. Fengky menanyakan tentang kebenaran pertunangannya
karena penasaran. Malam itu juga ia bercurhat tentang hubungan pertunangannya
dengan galih yang tak seperti yang ia diharapkan. Selama Desi bertunangan ia
jarang jalan keluar berdua dan setelah beberapa bulan lamanya sang tunangan
tidak pernah menghubunginya. Mungkin dari situlah Desi mulai bosan dan menerima
cowok lain meskipun masih terikat pertunangan dengan galih si cowok kurang
perhatian itu. Namun Desi tidak menceritakan cowok barunya kepada Fengky. Ia
hanya menceritakan kekecewaannya terhadap tunangannya. Kejadian itu yang
membuat kuntum-kutum cinta Fengky cepat bermekaran dalam hatinya yang kosong.
Dulunya benih cinta sudah tumbuh namun tumbuh lambat akibat diketahuninya Desi
bertunangan. “Ini peluang, yah peluang berharga” hatinya bicara senang.
Hari berikutnya Fengky menelpon prayusman sahabat dekatnya di desa yang
sudah lama tidak bertemu. Dia ada di Jakarta dan Fengky kuliah di Bangkalan. Fengky
menceritakan apa yang dihadapinya perihal cinta yang dimilikinya terhadap Desi
perempuan bertunangan. Dan Prayusman menanggapinya dengan canda.
“Tembak saja, kan belum jadi istrinya masih tunangan apalagi ada masalah”
“Kamu itu, bercanda terus. Nanti aku dibunuh orang” Jawab Fengky.
“Kan benar, nanti keburu dinikahi atau ditukung orang lain! Baru tau rasa
nanti! Langsung tembak”
“Tunggu putus hubungan dengan tunangannya dulu, biar tak ada masalah
kemudian hari”
“Ya terserah kamu asal kamu kuat menunggu! Hahahaha” Dia memasrahkan pada Fengky
keputusannya lalu menertawakannya.
Fengky tetap tidak mau ambil resiko dan siap menunggunya meskipun tidak tau
hasilnya nanti. Allah bersama orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Masalah
jodoh pasti semua kebagian. Dengan kesibukan prayusman dengan pekerjaannya di
Jakarta, Ia pamit mau nutup teleponnya.
Sore itu banyak mahasiwa yang turun dari bis dan juga bis mini. Hari minggu
sore merupakan memang banyak yang balik ke kampus setelah weekend bagi yang
rumahnya tidak begitu jauh. Seperti Desi yang setiap hari kamis sore pulang dan
minggu sore balik lagi. Sore itu Fengky tidak sengaja bertemu Desi di jalan. Desi
dijemput temannya dari pertigaan jalan kekampus. Lambaian lucu yang lembut dari
tangannya, paling jelas ketika mengingat tentangnya. Desi selalu melambaikan
tangannya sambil tersenyum manis ketika menyapa Fengky.
***
Cinta, kata itu begitu menakutkan baginya. Kata itu seperti monster yang
menakutkan. Sudah lama mengenal yak namun dilain sisi ia tak tau harus
bagaimana dengan Desi yang masih terikat sebuah pertunangan dengan galih yang
menggantungnya dan juga taktentang Desi, Fengky masih belum siap untuk menyatakan
cinta meskipun hatinya terpatri dan serius kepada Desi namun ia harus menunggu
tidak ada hubungan dengan galih yang Desi ceritakan. Jika nanti ingin
melamarnya Fengky juga tidak siap karena ia belum memiliki pekerjaan bahkan
belum menjadi sarjana S1 Pertanian di kampus di salah satu kota di madura yang
juga satu kampus dengan Desi. Bagi Fengky ia tak ingin berpacaran ia ingin
hubungan yang serius namun ia juga belum lulus dan punya pekerjaan yang laut
kehilangan perempuan yang sudah memberi perubahan dalam hidupnya. Fengky hanya
bisa memberi perhatian supaya tidak terputus hubungan dengannya. Bisa saja jika
mereka pertunangannya berakhir pasti mudah mengetahuinya.
Meskipun cara mencintainya yang terlihat kaku namun jangan ditanya
ketulusannya. Ia berbeda dengan laki-laki kebanyakan, ia juga berterimakasih
bisa mencintainya secara diam meskipun tidak seharusnya seperti itu, dimana
suatu saat dapat menghancurkan hatinya. Semenjak mengenalnya rasa bahagia yang
dirasakan, entah sekarang yang sudah terlihat akrab bagaimana menjelaskan
kebahagiaan kepada semua orang. Sebagai pria yang kaku dan pemalu, mencintai
secara diam dapat menambah semangat, tentu! meskipun semangatnya kadang kala
diiringi kekecewaan.
Suatu ketika Desi dihadapkan dengan kebaikan yang diberikan dia dan harus menerimanya diwaktu itu karena tidak ada pilihan lain selain menerima pertolongan Fengky teman yang baik itu. Fengky sering kali berbuat baik kepada Desi seorang wanita yang dikaguminya, di waktu Desi membutuhkan sesuatu maka Fengky dengan suka rela membantunnya semampu yang ia bisa lakukan. Perhatian dan pengertian ia lemparkan untuk berharap dirinyalah yang akan dia sanding nanti. Disitulah Fengky memberi bantuan kepada Desi yang sedang membutuhkannya. Dan kejadian itulah yang membuat mereka semakin akrab. Bahkan suatu saat segala perbuatan baik dipersembahkan untuk seorang Desi. Suatu ketika terjadi di waktu Desi ingin pergi ke Surabaya dan membutuhkan sepeda motor. Desi meminta tolong kepada Fengky untuk meminjamkan motornya. Fengky lansung mengambil handphonenya dan menghubungi Desi dikala itu juga Fengky mengantarnya kekosannya.
Suatu ketika Desi dihadapkan dengan kebaikan yang diberikan dia dan harus menerimanya diwaktu itu karena tidak ada pilihan lain selain menerima pertolongan Fengky teman yang baik itu. Fengky sering kali berbuat baik kepada Desi seorang wanita yang dikaguminya, di waktu Desi membutuhkan sesuatu maka Fengky dengan suka rela membantunnya semampu yang ia bisa lakukan. Perhatian dan pengertian ia lemparkan untuk berharap dirinyalah yang akan dia sanding nanti. Disitulah Fengky memberi bantuan kepada Desi yang sedang membutuhkannya. Dan kejadian itulah yang membuat mereka semakin akrab. Bahkan suatu saat segala perbuatan baik dipersembahkan untuk seorang Desi. Suatu ketika terjadi di waktu Desi ingin pergi ke Surabaya dan membutuhkan sepeda motor. Desi meminta tolong kepada Fengky untuk meminjamkan motornya. Fengky lansung mengambil handphonenya dan menghubungi Desi dikala itu juga Fengky mengantarnya kekosannya.
“Assalamualaikum,,
kamu butuh motor tah?”
“Waalaikumsalam...Iya kak!,, motor kakak nganggur
nggak??”
“Iya ini motorku pake aja aku sekarang kosong kok gag ada
acara”
“Tapi neneran kakak gag mw keluar-keluar kan... soalnya
ini tugasku besok harus dikumpulkan”
“Iya,,, bentar lagi aku antar kekosmu”
“iy iy kak.. makasaihh”
“Oke!. Yaudah aku kesana. Assalamualaikum...”
“Waalaikumsalam”
Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa Fengky masih membutuhkan
motornya meskipun tidak terlalu penting karena hanya untuk keluar membeli nasi
atau yang lain. Tapi demi perempuan yang ia senangi, Fengky terus saja ingin
selalu membantunya meskipun harus mengorbankan dirinya sendiri. Ia melakukannya
hanya semata-mata karena cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya.
Motornya telah ia pinjamkan ia tak punya kaki untuk keluar. Didalam kamar ia
main handphonenya kemudian beberapa saat mendengar kabar lewat status facebook
temannya bahwa sahabatnya yang telah lama merantau ke jakarta pulang dan
sekarang ada dirumahnya.
Setelah Desi mengembalikan motornya dia bergegas menyiapkan beberapa
bajunya kemudian dimasukkan kedalam tas. Sebenarnya dia pulang karena ingin
melihat sahabatnya serta karena Fengky juga telah lama tidak pulang kerumahnya.
Prayusman sahabatnya sudah sejak lulus SMA tidak bertemu dan bercerita langsung
hanya melalui telepon mereka saling bercerita kehidupannya yang sekarang
berjauhan.
Ketika melihat persiapan Fengky saat mengantar motornya Desi bertanya
padanya hendak mau kemana dengan jaket yang dikenakan dan juga tas ransel yang
baru saja ditutupnya.
“hendak mau kemana kamu”
“Mau pulang, kamu tumben gag pulang minggu ini?”
“ya sebenarnya mau pulang tapi teman kosanku sudah pulang duluan ketika aku
berada disurabaya”
“kenapa kamu gag ikut aku aja??? Aku sendiri kok”
“kakak itu sudah siap sementara aku masih belum siap-siap lagian aku gag
ada helm”
“Helm ada yang tak terpakai, ya kalau mau ikut tak tunggu kamu cepat
siap-siap”
Tanpa basa-sabi Desi menerima tawarannya
“Iya kak tungguin sebentar,, maaf lohh menunda waktunya hehehe”
Desi lalu bergegas pergi ke kosnya. Dia masih sempat mandi kemudian
menyiapkan baju dan barang-barang yang akan dibawanya yang dimasukkan kedalam
tas ranselnya. Fengky menunggunya didepan kosnya sementara Desi masih
kesana-kesini menyiapkan barang-barangnya. Tepat jam 4 Desi telah selesai
menyiapkan barang yang akan dibawa pulang kemudian menghampiri Fengky yang
memberikan helm kepadanya. Mereka langsung saja berangkat dan terburu-buru
karena saat itu langit terlihat menghitam dengan awan tebal yang menutupinya.
Sepertinya tak akan lama hujan akan turun.
Setelah melewati kota sampang hujan benar-benar turun membasahi sebagian
bajunya. Fengky mencari tempat berteduh, duaratus meter lebih didepan ada pom
bensin ia mulai menyalakan leting kekanan. Hujan semakin deras tak mungkin
melanjutkan perjalanannya. Langit gelap mentari tak terlihat tertutup awan yang
membawa hujan setelah terlihat jam didinding musolla sudah bertanda masuk waktu
magrib. Sambil menunggu hujan berhenti mereka menyempatkan solat di mosolla
tersebut. Dengan sedikit kurang percaya diri Fengky mengajak solat berjamaah
dan Desi mengikutinya.
Sebelum mengambil wudu’ Desi masih menghubungi
mamanya yang menunggu dirumahnya supaya tidak khawatir.
“Assalamualaikum ma...”
“Waalaikumsalam...”
“Ma,, jangan khawatir aku sama temanku masih berteduh di pom, hujan masih
deras nanti klo sudah hujan berhenti aku langsung pulang”
“Iya nak hati-hati dijalan. Klo ada apa-apa hubungi mama”
“Iya ma.. ya udah ma aku cuma mau ngabarin ini. Tak tutup dulu aku mau
solat dulu, Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Betapa senangnya Fengky bisa menjadi imam dalam solatnya entah doa apa yang
ia lantunkan setelah selesai solat. Sungguh sangat besar kesenangannya dengan
kejadian yang telah ia jalani. Hujan belum juga reda adzan isyak berkumandang
lalu mereka melanjutkan solat isnyak berjamaan lagi. Tak terasa sudah
berjam-jam mereka menunggu hujan reda namun sepertinya saat itu cukup deras dan
merata di seluruh madura terlihat sejak hendak berangkat tadi awan yang
menutupi langit.
Menunggu hujan berhenti hampir dua jam-an lalu hanya gerimis yang tersisa
dari awan tebal tadi. Fengky merasa salah tingkah bila Desi menatapnya. Ia berusaha mengendalikan dirinya ketika
saling bertatapan. Tidak bisa bertatapan lama ia cepat-cepat mengambil
handphonenya dan pura-pura melihat dan memencetnya. Fengky menguatkan untuk
mengangkat pandangannya menuju wajah lembutnya. Ia mencuri pandangannya dan mengobrol untuk meredam perasaan yang
bergejolak di dalam hatinya.
Kemudian mereka melanjutkan
perjalanan pulang yang tersisa sekitar 40Km. Karena menabrak gerimis yang
menghadang baju bagian depan Fengky terlihat basah yang memaksa harus menahan
dingin malam itu. Sampai dirumah Desi ia mengajaknya mampir kerumahnya namun Fengky
langsung bergegas membelokkan motornya dan pamis pulang karena jalan semakin
menggelap dan sepi dan juga ia tak merasa enak jika hanya seorang diri mampir
kerumah perempuan bahkan malam-malam ia takut menurunkan derajadnya sebagai
laki-laki dan juga takut ada fitnah dikemudian hari.
“Kakak tidak mampir dulu”
“Nggak, sudah malem tidak enak”
“Kakak tidak takut sendiri sudah malam dan rumah kakak masih jauh”
“Nggak kok, insyaAllah aman dan selamat. Aku pulang yah Assalamualaikum”
“Iya kak hati-hati dijalan. Waalaikumsalam wr... wb...”
Fengky pasrah kepada Allah SWT menyusuri gelapnya malam serta gerimis yang
menghadang menuju rumah tercintanya. Dinginnya air hujan dan angin yang
mengerutu menggetarkan giginya tubuhnya kedinginan. Terus tampa henti ia
semakin menarik gas motornya menerobos kabut-kabut jalanan. Keinginan cepat
sampai dirumahnya dan bertemu kedua orang tuanya.
***
Prayusman bagi Fengky bukan hanya sekedar sahabat tapi lebih dari sebatas
saudara. Hampir setiap hari waktunya dihabiskan bersamanya. Banyak kenangan
yang dilukis dengannya tampa bosan. Banyak tempat yang menjadi kenangan
masalalunya bahkan masih tersisa beberapa tempat yang masih kokoh setelah
dihembus waktu yang bergulir dan masih menyimpan kenangan bersama
sahabat-sahabatnya.
Di gubuk kecil bergembok tanpa pintu berjendela tanpa dinding ditepian
jalan berdebu. Sekarang hanya menjadi gudang cerita. Sedih, resah, bahagia,
canda dan tawa semua tersimpan diruang kosong beratap jerami yang mengering,
keriput dan rapuh bersama aliran mentari hingga purnama menyelam dalam
kegelapan malam. Tempat itulah yang dahulu menyamarkan luka kehidupan, menghilangkan penat dalam kegundahan,
mengubah kesepian menjadi kedamaian jiwa, menjadi canda-tawa.
Ilalang menari-nari dihamparan tanah yang kering, angin berdesau berhembus
dari sudut masa, kini zaman berlalu begitu cepat sudah berapa tahun Fengky dan
Prayusman tidak berkumpul di tempat itu. Hari dan malam mereka jalani
sendiri-sendiri. hingga penat menjadi kebiasaan, rindu menjadi kertas lusuh yg
akan dilukis dan dilukis sampai mentari tidak dapat membaca apa yang tercipta.
Tapi mereka sekarang dapat menikmati kebersamaan yang telah lama mereka
tinggalkan karena waktu dan keadaan yang membuat mereka menjalani kehidupannya
masing-masing.
Ketika mereka berkumpul prayusman bertanya tentang Desi yang pernah
diceritakan lewat telepon.
“Gimana kabarnya Desi??? :-D”
“Kamu selalu itu yang ditanya, kenapa bukan sahabatnya yang kau kenal
tanyakan gimana sehat atau apalah?”
“Tidak sahabat, Menunggu itu pekerjaan hati. Itu tidak bisa dilihat. Setelah
aku melihatmu aku sudah tau kamu itu sehat dari luar namun aku tanyakan
hubunganmu dengan dia karena aku juga ingin tau apakah hatimu juga demikian.”
“Belum sobat,, aku merasa tak pantas dan bersalah jika aku mengatakan itu
sekarang, karena dia masih bertunangan dan yang aku bisa lakuin sekarang ya
menunggu dan menunggu”
“Apa??? Menunggu... Menunggu bukanlah sebuah perjuangan sobattt,, lakukan
sekarang,, cepat katakan, pergilah... dengan begitu kamu akan tau apakah dia
pantas untuk kau tunggu atau tidak”
Prayusman sahabatnya menyarankan
secepatnya untuk mengatakan perasaan yang telah lama di pendam Fengky terhadap Desi
teman kampusnya yang telah memiliki tunangan, namun Fengky telah mengetahui
setelah Desi pernah bercerita bahwa dia dengan tunangannya ada masalah tapi
tunangannya tidak mengakhirinya. Fengky masih bingung dengan perasaan yang
dimilikinya dia takut merasa salah. Sahabatnya selalu memberi semangat untuk
selalu menyatakan cintanya “hai kawan menunggu bukan perjuangan bangkitlah
jangan sampai nanti kamu mudah dibinasakan oleh perempuan”
Menunggu bisa dikatakan perjuangan dan juga bukan,
menunggu bukan sebuah perjuangan tapi harus diketahui bahwa menunggu dapat
memberi semangat meskipun kadang kala akhirnya mengecewakan. Menunggu merupakan
perjuangan jika yang ditunggu memberi harapan kepada orang yang memiliki
harapan kepadanya.
Menunggu memang bukanlah sebuah perjuangan tapi bagi Fengky yang kaku
dengan asmara dan takut salah, menunggu adalah cara terbaik untuk berada
dijalan yang benar meskipun sahabatnya mengatakan bahwa menunggu bukanlah
sebuah perjuangan. Kadangkala menunggu adalah cara terbaik, dimana kita sering
mendengar ketika mengambil sebuah keputusan tidak baik jika tergesa-gesa
walaupun kita ingin cepat, kita tak ingin sembarangan dalam memilih. Banyak
didunia ini hal yang indah butuh waktu yang lama untuk menampakkan keindahannya
seperti bunga ia takkan mekar dalam semalam, bulan ia butuh berhari-hari untuk
menampakkan purnama dan banyak hal yang lain pula. Ada baiknya menunggu orang
yang kita inginkan dan kita cintai dari pada harus memilih orang karena tergesa
dan memuaskan diri dengan orang yang bukan keinginan kita. Ketahuilah bahwa
menunggu adalah sebuah tujuan yang misterius.
Mungkinkah cinta Fengky terhadap Desi sebuah cinta yang terlarang???
Ini bukan cinta yang baik meskipun lahir dari hati yang
begitu tulus. Cinta ini membuat siapa saja kecewa namun kekecewaan sekarang
bukan semata untuk berhenti berharap kepada yang lain, meskipun hatinya masih
terikat sebuh cinta yang kuat. Mungkin suatu saat harapan-harapan itu lahir
kembali namun tidak setulus seperti yang terdahulu. Tak ada yang membuat hati
merasa bahagia kecuali cintanya meskipun cintanya menari dalam kenelangsaan.
Dalam setiap helai nafasku selalu terlintas bayangmu yang
tak kuasa aku gapai. Nafasku tersedah-sedah ketika ingin menggapai impian itu.
Aku berharap kamu tau perasaan ini. Perasaan berlapiskan
salju putih yang suci, dinginnya membekukan perlahan membunuh cinta itu
sendiri.
Aku yang telah menemukan cinta pada dirimu. Bukan cintamu
yang menemukanku. Sehingga engkau pantas membunuhku dengan sifatmu yang begitu.
Seperti
apakah cinta yang halal dan baik itu, menurut kebanyakan orang mungkin cinta
yang diridoi Allah, cinta yang tidak didasarkan oleh nafsu begitu dia mendengarnya.
Namun apakah cinta yang sudah menempati lapisan waktu dalam kesehariannya dalam
kurun waktu yang cukup lama masih dikatakan nafsu???. Setiap do’anya terlantun
nama yang indah yang selalu bersenandung dalam kerinduannya. Lantas perasaan
apa yang seperti demikian? Mungkin Allah menciptakan dia seorang laki-laki
dengan jiwa kesabarannya sehingga dia mampu mencintai secara diam dalam kurun
waktu yang begitu lamanya.
Suatu malam handponenya bergetar, sms dari Fengky mengucapkan selamat
malam. “Semalat malam”
“malam juga”
“udah makan blum?” Fengky berencana mengajaknya makan
“masih kenyang nanti saja aq beli di dekat kos”
‘”oww... klo lapar jangan ditahan nanti sakit”
Beberapa menit kemudian Fengky sampai di depan kos Desi dan membawa nasi
bungkus. Sementara Desi masih menyendiri di kamarnya yang juga belum makan
sejak siang tadi. Hanya berapa teman
kosnya yang berada disana dan mereka juga belum tau yang dialami Desi.
“Des,, Desi” Fengky memanggil dari depan pintu kosnya
“Tunggu mas saya panggil dulu” Suara perempuan menyahut dari dalam.
Kemudian terdengar suara panggilan didalan kosnya, berarti Desi masih
dipanggil. Setelah kurang lebih lima menit Desi keluar juga dengan mukenah yang
masih melekat ditubuhnya. Fengky melihat raut wajah Desi yang lusuh dan rapuh.
“Kamu kenapa? Kok mukamu kayak gitu”
“Nggak apa-apa kok. Kecapean aja daripagi belum istirahat”
“Ya beda aja gag seperti orang yang kecapean, emangnya dari pagi ngapain?”
“dari pagi sampe sore kuliah terus
kepantai jadi ya beginilah”
“Owww,,, ini nasi makan katanya kamu belum makan” Fengky percaya saja kalau
dia hanya kecapean
“Tunggu bentar aku ngambil uang dulu”
Desi masuk kekamarnya, Fengky
meletakkan nasi bungkus itu di kursi yang ada didepan kosnya kemudian dia
pulang karena dia hanya ingin memberinya nasi. Setelah Desi keluar dia tak lagi
melihat Fengky karena sudah pulang hanya nasi bungkus yang diletakkan di kursi
yang dia tinggalkan, Desi mengambilnya dan membawanya masuk kemudian
memakannya.
Beberapa malam fengki tidak berkomunikasi dengannya. Pada suatu malam yang terasa aneh, tepatnya malam jumat. Fengky berdiri didepan kos ber cat warna ungu, tak lama kemudian keluarlah perempuan dengan baju merah bertabur motif burung berwarna putih. Mereka duduk diteras depan kosnya dan mengobrol. Sementara Fengky banyak berfikir saat ingin mengeluarkan kata-kata dari mulutnya yang kaku karena tak biasa berbicara dengan perempuan. Bahkan malam itu pertama kalinya Fengky mengunjungi dan mengajak mengobrol seorang perempuan. Bertahun-tahun selama hidupnya ia selalu tidur dalam bayang ketidak percayadirian. Dengan niatnya yang begitu tulus ia akhirnya memutuskan mengakhirinya malam itu juga.
Telah puas dalam menunggu
Mekarnya sekuntum jiwa keberanian
Ketulusan bersanding kejujuran hati
Suci mewangi bagaikan melati
Dengarkan dia berbicara mengejutkan sekali, lihatlah tatapannya!. Setumpuk
gerogi menepi diterpa sebaris gelombang kejujuran memenuhi wajahnya yang
terlihat malu. Dinding-dinding penghalang kini telah runtuh. Cukup bijak dia
mengungkapkannya.
“Sebenarnya aku ingin ngomong sesuatu
padamu, sebenarnya aku ingin ngomong hal ini sejak dulu, tapi setelah aku tau
kamu bertunangan jadi aku hanya bisa memendamnya dan mengagumimu saja. Tapi
kamu pernah bercerita tentang hubunganmu yang bermasalah jadi aku sekarang dengan
segala kekurangan dan ketidak pantasanku aku katakan sebenarnya aku menyukaimu.
Fengky memegang tangannya, saran salah satu sahabatnya supaya diakui
keseriusannya bahwa benar-benar mencintainya. Dengan perasaan gerogi ia
menjemput tangan Desi yang berada dipangkuannya. Tangan itu dipengang dengan
lembut, beberapa saat menikmati
kelembutannya tiba-tiba tubuhnya menjadi dingin dan bergetar, lalu tangan yang
ia pegang perlahan dilepaskannya kembali dan melanjutkan perkataannya yang
belum usai.
Aku benar-benar mencintaimu, rasa itu tulus dari dalam
hati, meskipun sulit menjelaskan alasannya. Aku tau kamu sedang sibuk-sibuknya
dalam bisnis yang kamu tekuni, bukan aku keburu katakan ini tapi aku hanya
ingin tau juga perasaanmu kepadaku. Aku mohon kamu jawab, namun aku tak akan
memaksa karena aku rela menunggumu sampai kapanpun atau sampai masalah dengan
tunanganmu selesai tapi kamu harus beri aku kepastian. Aku akan selalu berharap
padamu meskipun kamu katakan tidak sekakarang mungkin lain waktu kamu berubah pikiran.
Maafkan atas keterusteranganku ini”.
Dia menunduk bukan tak serius mengabarkan berita tersebut kepada Desi. Fengky
tak kuasa melihat sinar dimatanya yang serasa menembus ke dalam hatinya.
Mungkin dahulu mamanya waktu mengandung meminta pada Tuhan tuk menyisipkan
bintang di matanya supaya semua orang bisa melihat sinarnya. Sinar kelembutan
dan kemurahan hati. Lemah dirinya, hanya bisa mencuri pandangan itu saat Desi
tak melihatnya.
Setelah Fengky terseret-seret mengatakan, mengertilah ia sebenarnya
kebaikan Fengky selama ini karena menyimpan rasa kepadanya. Ia tak memberi
kepastian, ia juga meminta maaf atas rasa yang diberikan Fengky. Ia juga tak
akan mengerti betapa dalamnya rasa yang dimiliki Fengky. Ia memilih untuk tidak
memikirkan cinta disaat masih studinya belum selesai.
................Beberapa
bulan kemudian..........
Matahari yang baru terbit sepertinya
malu, ia bersembunyi dibalik awan. Fengki yang masih kecewa dengan jawaban yang
diberikan desi terdiam sejenak ketika menatap handphonenya. Dia melihat foto
desi dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Laki-laki yang bersama desi
ternyata pacar barunya, ia jadian sekitar dua minggu yang lalu. Terkadang hal
itu wajar, namun membuat tertawa. Bagaimana mungkin seorang laki-laki dapat
dibinasakan oleh perempuan sepertinya.
Langganan:
Postingan (Atom)