Pages

Subscribe:

Recent Posts

Jumat, 04 Mei 2012

Desa Gapurana: Sebuah Desa di Pulau Poteran


Desa Gapurana: Sebuah Desa di Pulau Poteran
Abd Rahman
110311100030
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Pendahuluan
            Indonesia merupakan daerah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan dengan jumlah pulau 17.508, dari jumlah tersebut 10.000 merupakan pulau kecil, seperti halnya di Kabupaten sumenep terdapat beberapa pulau kecil diantaranya pulau poteran. Berkenaan dengan semakin tipisnya sumber daya di darat maka perlu lebih untuk pengembangan sumberdaya di laut maupun pesisir. Dengan hal tersebut diperlukan pengembangan-pengembangan dan pemanfaatan di daerah pulau-pulau kecil. Pulau kecil memiliki sumber daya alam yang potensial namun cara pengelolaan, ketersediaan sarana dan prasarana yang ada sehingga belum dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan potensi yang ada di pulau tersebut.    
            Dalam upaya menggali sumber daya di laut adalah dengan pemanfaatan pulau-pulau kecil, supaya dapat dikelola dengan baik karena dari sumber daya di darat semakin menipis. Penggalian sumberdaya di laut maupun pesisir perlu ditingkatkan dengan memberikn perhaian yang lebih terhadap sector kelautan. Hal tersebut supaya dapat mendukung kesejahteraan masyarakat di pulau tersebut.

Gambaran Umum Desa Gapurana di Pulau Poteran
Poteran adalah daerah kepulauan yang merupakan bagian dari Sumenep-Madura yang secara geografis berada di sebelah timur pulau Madura, secara astronomis berada antara 113,92º sampai 114,08 LS dan terletak antara 7,04º sampai 7,12º BT. Luas 50,267080 Km² atau 2,40 % dari luas kabupaten Sumenep. Di pulau tersebut terdapat satu kecamatan yaitu Kecamatan Talango dengan pembagian administrasi delapan desa yakni; Desa Talango, Desa Padike, Desa Gapurana, Desa Cabbiya, Desa Palasa, Desa Essang, Desa Poteran dan Desa Kombang.  Jumlah penduduk pulau poteran pada tahun 2005 adalah sebanyak  41.047 jiwa, untuk jumlah penduduk laki-kaki adalah 19.416 jiwa atau sekitar 47 %, sedangkan penduduk perempuan 21.631 jiwa atau sekitar 53 % dari jumlah keseluruhan, dari jumlah tersebut 62% dikatagorikan hidup di bawah garis kemiskinan. Beberapa obyek wisata yang ada di pulau poteran seperti wisata religi dan pantai. Asta Sayyid Yusuf merupakan salah satu wisata yang ada di poteran yang ada di Desa Talango, di kombang dan padike menghadirkan suasana yang beda dengan keadaan pantai yang indah namun belum dikelola. Untuk menuju pulau poteran melalui tongkang atau perahu yang ada di Pelabuhan Indonesia III yang ada di kalianget.
Desa Gapurana berada di pulau poteran yang merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep. Lahan pertanian yang tidak bagus membuat hasil tani tidak maksimal. Sebenarnya di pulau ini memiliki sumberdaya alam yang potensial, seperti ikan dan rumput laut, namun masih dikelola secara tradisional. Gapurana bukan sebuah desa pertanian, namun cukup baik untuk ditanami jagung dan dan berbagai macam palawija.
            Hampir di daerah pedesaan poteran banyak di temukan pemukiman dengan pola memanjang dan berkelompok-kelompok dari setiap kelompok berjarak cukup jauh. Saat ini pola pemukiman memanjang sudah sulit ditemukan di dekat jalan-jalan Desa. Jarang di temukan jalan yang beraspal di perkampungan, jalan yang ada hanya jalan-jalan kecil yang sempit, karena tidak ada lapisan pada jalan ketika musim hujan  becek. Di depan rumah mereka terdapat sebuah alat dari bahan bambu ber bentuk persegi pada sisi bawah tanam ke tanah sebagai pembersih sandal atau kaki dari lumpur tanah saat di jalan. Pola pemukiman taneyan lanjeng (halaman panjang) banyak di temukan di daerah kabupaten sumenep (Wiyata, Latief.2002).
            Masyarakat gapurana mayoritas beragama Islam, dan memiliki nilai religi yang masih terkontaminasi dengan kepercayaan yang kuno, karena masih banyak yang percaya pada paranormal dan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti setiap malam jumat membakar kemenyan, hal ini bukan hanya di lakukan pada malam jumat tapi saat slamatan dan tahlil. Ustad pun ada yang mengharuskan, saat kemenyan dibakar barulah slamatan tersebut dimulai. Setiap anak mereka setelah lulus Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau SD mayoritas di pondokkan, namun yang melanjutkan ke SMP sangatlah sedikit.

Pola Interaksi Sosial
Masyarakat di pulau kecil atau daerah pesisir yang berhadapan dengan lautan tidak salah lagi jika dalam memenuhi kehidupannya mereka bekerja sebagai nelayan (tangkap ikan), namun selain tangkap ikan berkebun dan berternarnak sebagai pendapatan untuk kebutuhan hidup, dimana lahan di gapurana ini dapat ditanami jagung dan berbagai macam palawija,. Untuk mendapatkan ikan mereka tidak hanya berlayar di sekitar pulau Poteran tapi hampir mengelilingi pulau Madura, memang benar kata pepatah nelayan itu Abhantal ombhek asapo’ angen (berbantal ombak berselimut angin).
Kesuksesan di dapat masyarakat poteran saat merantau kedaerah perkotaan, namun tidaklah dekat. Daerah umum yang dituju adalah Daerah Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya bahkan ada yang keluar negeri. Hal ini terjadi karena di pulau poteran kerjanya hanya nelayan dan bertani sulit untuk mendapatkan uang lebih hanya pas untuk dimakan. Di Jakarta mereka bekerja tidaklah kerja yang berat tapi hanya buka toko atau warung. Sukses di dapat karena warung yang mereka jaga buka 24 jam jadi pendapatan mereka lebih besar dibanding toko-toko yang hanya buka siang saja. Pekerjaan ini hanya menahan ngantuk supaya tidak ketiduran, namun itu tidaklah sendiri menjaga warung tetapi ada teman untuk saling ganti dalam menjaga warung. Dan ada juga yang bekerja mengangkut kayu namun pekerjaan ini biasanya orang-orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dari kesuksesan tersebut akan terlihat saat kembali ke pulau poteran dengan membangun rumah yang besar dan membawa motor-motor bagus. Namun yang tetap berada di pulau poteran dengan mengandalkan hasil laut dan tani tetaplah keadaannya hanya cukup untuk memenuhi untuk hidup.
Rasa saling tolong-menolong, bersedia berkorban untuk kepentingan orang banyak dan memiliki sikap toleransi yang tinggi membuat masyarakat ini mudah dalam mengerjakan hal apapun, seperti jika ada salah satu dari  tetangga akan mengadakan pesta perkawinan maka banyak tetangga yang akan datang membantu tanpa harus dimintai pertolongan bahkan ada yang mau membantu membarkan biaya buat acara tersebut seperti tandek, panggung pengantin, beras, Sond System dan alat-alat yang lainnya. Jadi yang punya kepentingan atau acara tersebut tidak banyak mengeluarkan biaya dan itu tidak hanya pada acara perkawinan saja tapi semua kegiatan yang masih perlu bantuan pasti masyarakat datang. Bila suatu kegiatan tersebut sudah hampir hari jadi, tetangga-tetangganya banyak yang datang untuk berkumpul-kumpul membincangkan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sambil bermain domino hingga larut malam namun tidak henti sampai hari jadi tapi hingga satu minggu atau lebih, berbeda dengan saat melayat bahkan emat puluh hari sampai lebih yang berkumpul dan menginap di sana.

Kelompok Sosial
            Di masyarakat gapurana terdapat kelompok-kelompok untuk meningkatkan usaha-usaha dalam bidang pertanian dan tankap ikan sepertik kelompok tani dan kelompok nelayan dan juga ada kompolan RK dan arisan, kompolan merupakan pertemuan keagamaan antara sesame laki-laki atau sesama perempuan. Kompolan dilaksanakan secara bergiliran dari satu rumah jama’ah ke rumah jama’ah lainnya. Kompolan RK adalah sebuah perkumpulan yang di lakukan kaum adam untuk mempersiapkan alat pelengkapan penguburan, kelompok ini telah menyediakan peralatan yang dibutuhkan bila salah satu dari keluarga anggota meninggal maka alat tersebut diberikan, dengan adanya kelompok ini masyarakat tidak susah payah mencari peralatan untuk penguburan. Kelompok ini dilakukan kaum adam untuk memperkuat tali persaudaraan dalam masyarakat, untuk menyediakan sarana-sarana dlam kompolan ini ada sumbangan sebagai pemasukan dan untuk membeli alat-alat yang digunakan oleh mayit, dalam kegiatan kompolan RK bukan hanya acara berkumpul namun di isi dengan tahlil  dan doa yang di pinpin ustad sebagai ketua kompolan dalam lingkungan tersebut.

Selain kaum adam kaum, hawa juga mengadakan sebuah kompolan yang lebih kepada keagamaan (dhiba’) yang beranggota perempuan namun dalam perkumpulan ini di isi tambah dengan simpan-pinjam, Prosesi kompolan ini dimulai dari hal-hal ritual yang didahului dengan doa-doa pembuka dan diikuti dengan bacaan dhiba’. Femanfaatan kegiatan ini memberi dampak positif terhadap masyarakat sebagai media penting transformasi nilai-nilai agama di masyarakat, dengan adanya simpan pinjam sehingga memberi peluang modal terhadap masyarakat.

Kebudayaan di Desa Gapurana
Musim kemarau di pulau poteran merupakan hari dimana banyak perayaan perkawinan berlangsung hampir setiap hari, bahkan dalam satu haripun terdapat dua atau lebih pesta perkawinan. Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Pesta tersebut dilakukan secara besar-besaran dalam satu hari satu malam atau lebih. Dikatakan besar jika dalam pesta tersebut terdapat Tayub beserta Tandhe’ (penari perempuan di tayuban), Panggung pengantin, pengantin kuda bahkan ludruk pada malam berikutnya hingga biaya yang dikeluaran puluhan juta.
Pada acara ini ada 5 sesi  yang mertama adalah ngentangngen (begadang) dimulai 30 hari sebelum perayaan, kerabat atau keluarga pemilik pesta berkumpul membincangkan perencanaan pesta perkawinan atau hanya minum kopi. Kedua adalah taruban (struktur sementara) dimana tetangga berkumpul untuk membuat tempat respsi dan dapur dari luas lapangan di bagi dua per tiga untuk respsi dan sisanya dapur di bagian belakang, yang di selenggarakan 2 hari sebelum acara. Yang ketiga adalah berasan satu hari sebelum acara inti dimana tetangga datang memberi beras kepada pemilik pesta atau undangan yang tidak bisa datang pada acara utama bisa datang pada sesi ini dan pada hari tersebut musik telah dimainkan dan diselenggarakan juga panggung yang mirip istana kemudian malam pesta di adakan uji coba penampilan pengantin di atas panggung dengan baju pengantin yang yang menawan. Acara yang ditunggu-tunggu adalah resepsi atau acara inti pada acara ini semua undangan datang secara bergilir sampai matahari menjelang tidur (sore), undangan wanita dengan kebaya yang mahal hanya untuk acara kebanggaan ini sedang laki-laki sopan dengan kemeja lengan panjang dan sarung beserta songkok dan pada kesempatan ini tayuban dimainkan sebagai pertunjukan favorit yang berada di ruang undangan laki-laki sedang ruang wanita panggung pengantin. Dan acara terakhir adalah bersih-bersih yang di bantu oleh tetangga dimana perempuan membantu mencuci piring sedang yang laki-laki menurunkan tenda.
Tayub saat ini masih terus berkembang terutama di Madura, Setiap daerah pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda sesuai perkembangan kehidupan masyarakat itu sendiri. Pola pewarisan nilai-nilai tayub secara tradisional di lingkungan komunitas tandek menggunakan pendekatan belajar dan mengajar sambil bekerja (Cahyono, Agus.2006). Masyrakat Madura bagian timur dikatakan tangguh dengan kemampuannya melakukan akulturasi dari budaya luar. Seperti halnya yang dikatakan Cahyono pewarisan tayub diperkenalkan seperti pendidikan informal atau sambil lalu.
Tayub di Madura merupakan pertunjukan yang disajikan pada pesta perkawinan. Tayuban merupakan sesuatu yang minor dan penuh dengan kenegatifan, karena di poteran adalah mayoritas beragama Islam. M. Endy Saputro dalams “Muslim localizing democracy: a non-pesantren village in Madura as a preliminary study” menyebutkan bahwa di Madura Tayub merupakan tarian yang tidak islami namun hal ini sulit hidilangkan karena merupakan hiburan atau pertunjukan yang sudah biasa di masyarakat poteran bagian timur.
Gapurana telah lama dikenal sebagai bidang tayub karena tayub di selenggarakan di desa ini pada musim kering yang merupakan hiburan untuk kaum pria. Tayub di poteran berpengaruh terhadap ekonomi dan nilai masyarakat, dimana tayuban disini terdapat tandhek yang menari dan ngejung (seperti menyanyi) yang di sawer oleh undangan yang datang dimana setiap yang naik ke bidang tandhe’ mereka mempersiapkan uang dari 20 sampai 500 ribuan untuk di sawerkan sinden atau tandhe, saat menyawer nama-nama yang menyawer disebut dan di sebutkan  saat tandhe’ ngejung itulah yang di cari sehingga uang yang di keluarkan tidak di pikirkan.
Di daerah Madura bagian timur di kenal dengan seni tayub, kesenian tersebut merupakan pengaruh kesenian jawa. Kesenian yang ada di Madura termasuk tayub, tandhe’ dan ketoprak terjadi tumpang tindih antara lingkungan budaya pesantren dan non pesantren yang menunjukkan proses asimilasi kultural lingkungan budaya (Hidayat, Komaruddin dan Putut Widjanarko.2008). Jadi tayub tersebut merupakan hasil akulturasi dari kebudayaan jawa.
Selain tayub di Gapurana juga ada yang namanya penganten kuda atau disebut juga serunin saronen, saronen merupakan sebuah kebudayaan gapurana yang merupakan hasil pemikiran masyarakat. Saronen adalah tarian kuda yang diiringi musik. Kebudayaan ini dilaksanakan pada perayaan perkawinan atau selamatan. Kuda terdebut  di hiasi seperti pengantan sedangkan pengantannya menaikinya sambil diiringi musik dari serunin di belakangnya. Pengantan kuda ini di pertontonkan mulai dari halaman rumah pengantan dengan tarian-tarian kuda yang unik ini sampai beberapa putaran kemudian berangkat ke beberapa rumah kelurga dekatnya sang pengantan dan kembali dan berakhir di rumah sang pengantan. Pada waktu pertontonan tarian kuda yang di naiki pengantan beserta musik yang mengiringinya kemudian keluarga-keluarga pengantan memberi uang kepada pengantan dan yang mengendalikan kuda beserta juga yang memainkan musik. Pada perjalanan menuju rumah-rumah keluarga kuda bukan sekedar berjalan tapi juga menari-nari mengikuti irama musik.
            Ludruk yang juga merupakan tradisi yang ada di gapurana, tradisi ini di pertotonkan pada malam hari pada keesokan hari dari pesta perkawinan. Ludruk merupakan pertontonan yang di sukai masyarakat gapurana, ludruk sama seperti halnya drama namun pada pembukaan di awali dengan tarian kemudian lawak. Pada intinya ludruk menceritakan tentang kerajaan masa lalu. Semua pemeran adalah laki-laki namun jika ada yang wanita itu bukan wanita melainkan laki-laki yang berdandan seperti wanita.

Penutup
            Di pulau-pulau kecil seperti pulau poteran khususnya desa gapurana memikliki sesuatu yang berbeda dari yang lain seperti halnya dalam kebudayaan banyak tradisi-tradisi yang berkembang disana seperti; tayub, saronen dan ludruk yang suda biasa di lakukan pada musim kemarau pada waktu perayaan pesta perkawinan. Dari kebudayaan yang berkembang disana maka kita sebagai warga Negara Indonesia harus saling menghargai dari perbedaan-perbedaan kebudayan tersebut.
            Demikian yang dapat saya paparkan mengenai keadaan  Desa Gapurana yang menjadi pokok bahasan Artikel ini yang masih banyak kekurangan atau kesalahannya, karena terbatasnya pengetahuan atau kurangnya referensi atau rujukan yang ada, maka dari hal-hal tersebut saya sebagai penulis berharap pembaca memberi kritik dan saran untuk menyempurnakan pada kesempatan yang berikutnya. Semoga dari artkel yang saya buat dapat berguna bagi pembaca.

Daftar Pustaka
        Cahyono, Agus. Pola Pewarisan Nilai-Nilai Kesenian Tayub (Inhertance Pattern of Tayub Values). Universitas Negeri Semarang. Volume 7, Nomer 1 (Januari-April 2006)ss: 23-36
Hidyat, Komaruddin dan Putut Widjanarko.2008. Reinventing Indonesia: menemukasn kembali masadepan bangsa. Jakarta: PT Mizan Publika.
Saputro Endy. 2009. Muslim localizing democracy: a non-pesantren village in Madura as a preliminary study. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.
Wijaya, Latief. 2002. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta: LKiS.


5 komentar:

  1. salam kenal,
    belakangan ini saya sedang mecari informasi mengenai pulau poteran dan tulisan ini sangat membantu.
    saya sendiri belum pernah kesana dan masih sangat buta dengan daerah tersebut, tapi sangat tertarik.
    Saya mau tanya-tanya sedikit (sedikit banyak maksudnya), kalau boleh tau, akses untuk sampai ke poteran bagaimana ya? Dan untuk akhir bulan ini (akhir tahun juga) apakah ada kapal yang akan sampai di pulau poteran? Soalnya saya dengar-dengar kapal ke karimun jawa tidak ada karena ombak tinggi, apa ke pulau poteran masih beroperasi?
    Desa gapurana desa paling besar di pulau poteran kah? Dan kalau menginap kira-kira bisa dimana ya?
    Terima kasih banyak.
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  2. Akses ke pulau poteran yaitu dengan perahu yang ada di pelabuhan, serta ada kapal kecil "tongkang" (mobil bahkan truk bisa). Waktu yg diperlukan cepet soalnya jarahnya kurang lebih 500 meter antar pelabuhan. Kapal akan berangkat setiap kurang lebih 30 menit atau tergantung penumpang (jika penuh berangkat). Masalah ombak tidak mengganggu kecuali bulan agustus, tapi perahu tetap jalan, untuk tongkang mnunggu arus tenang. Masalah penginapan tidak ada, kalau di dekat wisata religi Asta sayyid yusuf kemungkinan ada..

    BalasHapus
  3. Penginapan bisa di Kalianget yaitu dekat pelabuhan, karena disana banak orang yang berziarah

    BalasHapus
  4. apakah benar di desa kombang kepulauan poteran krisis air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, dll. ya mas?

    BalasHapus