Pages

Subscribe:

Recent Posts

Rabu, 16 Desember 2015

Malam Pasti Berlalu





Sore itu, ntah berapa detik, menit, jam, bahkan hari yang telah berlalu. Waktu itu adalah hari yang memang dia impikan, yaitu hari pertunangannya berlangsung. Dia merasa sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Saat itu dia merasakan, rasa yang belum pernah dialaminya, sebuah rasa yang tidak dapat diceritakan dalam sebuah tulisan. Rasa yang membuatnya menerawang jauh pada kejadian-kejadian yang akan dilakukan dimasa depan dengan penuh kebahagiaan.

Saat itu pria yang akan menjadi tunangannya melantunkan janji-janji suci dari bibir manisnya dan menatap dia dengan mata indahnya yang penuh cinta kasih sayang.

“ Dewi,, kamu adalah perempuan terindah yang pernah aku temui selama ini, kamu bagaikan mentari yang selalu bersinar dikala cuaca cerah dan mendung, disaat hujan maupun berawan”

Kemudian pria itu berjongkok dengan satu lutut bertumpu pada lantai sambil menyambut tangannya yang kaku, mungkin darah dalam tubuhnya terhenti tak lagi mengalir ikut menyaksikan kejadian saat itu.

“Dihadapan keluarga kita, aku katakan dari hati dan perasaanku yang mendalam. Maukah kamu bersinar dalam hatiku, disaat senang maupun sedih?!, maukah kamu tetap bersinar saat kamu dekat maupun jauh dari sisiku?!, dan maukah kamu mengisi ruang kosong dalam hidupku ini???

Sabda-sabda cintanya sangat dalam sulit ia memahami atau mungkin bahasanya masih belum melampauinya.

Dikala itu dia tidak tau bagaimana raut wajahnya tergambar dihadapan keluarganya dan keluarga pria itu. Dia hanya melihat senyuman manis dari mulut pria tersebut saat pertanyaan itu tertuju padanya. Dia terdiam kaku, mulutnya masih merangkai huruf-huruf yang akan diucapkan. Darah dalam tubuhnya perlahan mencair dan mengalir kembali, secara tidak sadar kepalanya mengangguk mengikuti hati mewakili mulut yang masih tertutup rapat.

Kemudian pria itu berdiri dan mencium keningnya saat matanya tertutup menerimanya, lalu tepuk tangan menyadarkannya dalam tumpukan-tumpukan hayalan nyata. Saat itu juga dia tidak sadar bahwa jari manis tangan kirinya semakin manis dengan cincin permata yang ntah kapan pria itu memasangnya. Mungkin saat pikirannya sibuk menerjemahkan kata demi kata yang keluar dari mulut indah pria yang melamarnya.

Lalu suara Adzan menyadarkan ingatannya. Kenangan itu terukir dibalik jendela kamar tidurnya saat senja menyapanya. Semua yang terjadi waktu itu benar-benar semu. Hanya melahirkan keindahan yang menyakitkan dalam ASA.

Dia tak mengharap banyak dari pria tersebut, dia suda tau prianya berlayar ke negeri orang jauh disana namun ia juga tak pernah sedikit berfikir prianya berpaling darinya, dia tetap setia, masih terus menyebut namanya dalam doanya, namanya tetap dipuja semoga sukses disana. tapi apa yg  didapat??? tidak ada  bahkan dia tak pernah mendapat kabar hingga dia tak merasakan lagi pria itu adalah tunangannya. Anton namanya, dia teman sekolahnya saat sekolah SMA dan juga adalah pacarnya hingga saat ini menjadi tunangannya yang entah sekarang bagaimana.

                Waktu demi waktu berlalu begitu cepat hingga musim silih berganti. Dunia ini pun banyak peruban. Banyak manusia-manusia yang sulit dipahami. Janji-janji hanya bagaikan angin yang lewat dan hilang begitu saja. Anton laki-laki yang dia impikan dulu untuk mengarungi samudera kehidupan dengan mimpi bahagia yang begitu nyata di angannya. Yang dianggap seperti raja-raja dalam dongeng yang neneknya dulu saat kecil sering menceritakan, seperti dalam novel-novel remaja yang endingnya berakhir bahagia. Aneh, iya pria itu aneh, pria yang sejak dulu dia percaya sekarang menampakkan keanehannya. Keanehan itu membuat kepercayaannya mulai luntur, membuat hatinya merasakan pedih yang belum pernah dirasakan sebelumnya, begitu sakit hatinya bagai tertusuk panah yang beracun saat mengenangnya.

Apa salahku wahai kekasihku.. sepucuk suratpun aku tunggu meskipun lusuh akan aku baca dan akan ku balas karena itu berharga bagiku dibandingkan yang lain namun kau tak pernah memberi kabar bahkan kamu menjelek-jelekkan aku di mata temanku. sekarang aku sadar kamu tak lagi mengharapkanku menjadi pendamping hidupmu. tapi setidaknya kamu tidak memfitnah aku seperti ini dan bahkan aku tak tau apa tujuanmu?? sampai saat ini kamu tidak mengakhiri pertunangan ini dan menggantung hati yang sudah tidak mengharap perlindungan darimu Entah dia berbicara dengan siapa. Sangat sakit hatinya,, meskipun tidak menampakkan wajah kesedihannya sehingga terlihat seperti wanita kuat, namun dibalik itu semua dia hanyalah wanita yang rapuh karena cinta. Bukan tidak terlintas lagi dalam bayang ingatannya, dia masih mengingat jelas. Dia selalu berdoa saat terlintas dalam ingatannya “Tuhan... buat hatiku tenang apapun yang aku alami dan yang aku rasakan saat ini”. Dia percaya bahwa suatu saat nanti Tuhan akan mendengar doa-doanya, akan menjawab permintaan-permintaannya.

Bahkan dia lupa bahwa masih ada keluarganya yang menyayanginya tampa harus diminta, masih ada sahabat, teman dan orang yang selalu ada buatnya, yang selalu memberinya semangat tapi dia hiraukan.

Pria itu mungkin memang dilahirkan untuk mengajarkan tentang kehidupan, Bahwa untuk mencapai dan menemukan kebahagiaan yang nyata harus melewati jalan yang berliku, harus mengalami rasa sakit terlebih dahulu, karena waktu itu pasti ada.

*****

Hari sabtu malam, saat purnama bersinar indah ditemani bintang yang berkedip mesra, tepatnya di bawah pohon mahoni  yang berada di taman kampus. Kejadian itu mengubah kesedihannya, sedikit demi sedikit terlupakan. Kenangan itu memang hal yang harus ditinggalkan, bukan terus berlarut dalam kenangan pahit.

Malem itu terdengan bunyi HP bertanda ada pesan masuk, namun dia tidak langsung membaca dan membalasnya, karena saat itu dia sedang solat. Dia melanjutkan solatnya sampai selesai dan berdoa. Kemudian tak lupa membacanya

DARI: Lukman

“selamat malam...”

18:06

“malem juga” aku membales singkat

Pesan yang sering terjadi pada siapa saja, untuk menyapa dan memberi perhatian pada seseorang.

Beberapa menit baru membalasnya, “mungkin pengirim pesan meninggalkan HPnya karena  lama balesnya juga”.

“Udah makan belum,, habis isyak makan diluar yuk...???”

“Belum sih..., tapi gimana ya!!!?????

“gag usah gimana-gimana, aku jemput habis solat isyak. OK.”

“Iya dehhhh” lalu diletakkan kembali HP dikasur dan beranjak solat isyak.

Malam itu dia berpakaian biasa, seperti hari-hari biasa, bukan acara penting yang harus berdandan cantik dengan sepatu tinggi. Duduk didepan TV sambil menunggu dia menjemput, tiba-tiba teman kosnya memberi tau “Dew, ada temanmu yang mencari diluar”

“Iya iya mbak” dia menyahut sambil keluar

“Haiii,,, langsung aja ya takut terlalu malam!!!”

“Ii iiya”

Selesai makan mereka mampir ke toko dan langsung kearah jalan pulang. Sedikit kata yang keluar dari mulut lukman. Dia pemalu masih seperti yang dewi kenal.

“Mau kemana lagi?? Ini bukan jalan ke kosku lohhh” dia bertanya sedikit penasaran kepada lukman

“Ke taman kampus sebentar, gak apa apa kan??”

“Iya tidak apa-apa.” Jawabnya singkat saja



Dibawah pohon mahoni mereka dukuk menikmati minuman yang dibelinya ditoko tadi. Keluar beberapa kata dengan gugup terlihat dari bibir lukman yang bergetar kaku.

“Malam ini cukup indah ya???” lukman sambil memandang ke atas

Lalu dia pandangi bulan yang menyinari mereka

“Iya” dia jawab santai, meskipun menurutnya biasa saja sama seperti malam-malam biasanya.

“Indah karena aku melihat mersamamu” Lukman mulai mengeluarkan kata-kata yang mungkin sulit dilepaskan

“Ahh,, biasa saja” serunya kaget karena tidak seperti biasanya. Mungkin saja dia menyukainya tapi dia hanya tersenyum dan pura-pura tak mengerti yang di maksud.

“Sebenarnya aku mengajakmu kesini. Se..se.benarnya aku hanya ingin menuruti keinginan hatiku saja” lukman berkata menunduk

“Maksudnya???”

“Iya, semenjak aku mengenalmu aku merasa aneh pada diriku”

Dewi menatap wajahnya yang tak sanggup melihatku saat itu

“Memangnya kenapa dengan dirimu, aneh kenapa?”

“Aku selalu melihatmu, kamu selalu terlintas dalam benakku, aku tak tau dengan keadaanku yang sekarang ini, hingga waktu membawaku menguatkanku mengatakan. Aku harus jujur pada diriku sendiri dan dirimu. Betapa bodohnya aku, sudah tau bahwa kamu sudah bertunangan namun aku masih nekat demi perasaanku padamu. Maaf, maafkan aku yang tak kuasa menahannya”

DIa hanya termenung mendengarnya, ntah apa yang dia fikirkan saat itu. Tatapan yang hanya sekilas dia melihat dari mata lukman yang sayu terkandung kejujuran dalam hatinya. terlihat masih banyak kata yang ingin dikatakan pada dirinya. Kemudian dia melanjutkan kata demi kata yang sempat terhenti.

“dew,, aku tak begitu mempedulikan jawabanmu kamu boleh jawab suatu saat nanti, aku hanya ingin jujur meskipun hatiku berharap sangat dan beban yang aneh ini tidak lagi begitu menyakiti hati. Aku hanya ingin kamu mengisi kekosongan jiwa yang hampa ini, mencerahkan hidupku yang kelam ini, maukah kamu menemaniku dikala susah maupun senang disaat

“Sebenarnya.... sebenarnya aku.”

“sttttt.... Aku tidak perlu jawaban sekarang. Jangan kau jawab semua pertanyaanku tadi, karena hati ini masih belum siap menerimanya. Jawablah bahwa kamu akan memikirkannya.” dia serentak menghentikan perkataannya yang juga ikutan aneh.






0 komentar:

Posting Komentar